Bab 19 : Kerja Sama (1)

4 4 0
                                    


"Setelah sekian lama, akhirnya kita kembali berada di kapal yang sama. Meski tak tahu untuk sementara ... atau selamanya."

.

----
Happy Reading
----

Pagi ini terjadi sebuah keributan. Di lapangan indoor SMA Nuansa, murid-murid bergerombol mengerumuni dua orang yang tengah menjadi pusatnya. Bukan hal baik, karena ekspresi mereka menunjukkan rasa tak senang.

"Pak Rudi bilang kalo lo yang kasih tau ke dia. Bener?"

Itu Dean. Rahangnya mengeras dengan matanya yang menatap tajam. Amarah sedang menguasai dirinya, meski ia mencoba untuk menekannya kuat-kuat.

Karena yang berhadapan dengannya saat ini adalah Agatha.

"Yan, biar gue jelasin du—"

"Gue kasih waktu 5 menit," ucap Dean. Datar.

"Yan! Gak bisa! Penjelasan gue bakal panjang! Kalo gak gue jelasin semuanya—" Agatha terdiam saat mendengar murid-murid berbisik tentangnya. Ia menunduk, memeluk bola basket di tangannya semakin erat.

Baru kali ini harga dirinya terasa begitu direndahkan. Baru kali ini orang-orang itu menggunjing dirinya secara terang-terangan.

Agatha ingin sekali mengamuk dan melayangkan bola pada para nyamuk di sekelilingnya yang sedang berdenging itu.

"Sisa 3 menit, Agatha."

Terserah. Pasrah saja, Agatha lelah karena akhir-akhir ini terlalu memikirkan banyak hal.

"Bener. Gue yang kasih tau Pak Rudi kalo lo batal ikut lomba tenis meja, jadi gue minta Pak Rudi supaya bisa berangkat lebih pagi ke tempat penyelenggaraan lomba kemarin." Agatha tersenyum miris. "Maaf. Gue ngelakuin ini karena gue gak mau lo melambung terlalu tinggi dan ninggalin gue."

Dean tertawa sarkas. "Tapi lo tau gue butuh sertifikat kejuaraan lomba tingkat nasional itu buat masuk ke sekolah atlet yang gue mau, Tha!"

"Lo—lo bisa pake sertifikat gue!" Agatha berkata impulsif.

"Gue gak sudi. Di sertifikat lo juga tercantum nama lo."

"Lagian, apa istimewanya, sih, sertifikat kejuaraan?!" Karena Mala saja tidak menganggapnya berarti. Agatha kesal. "Lo bisa masuk ke sekolah atlet cuma dengan sertifikat yang udah lo dapet!!"

"Tapi gue maunya masuk ke sekolah yang gue mau, Tha! Salah kalo gue punya mimpi?! Padahal gue butuh banget sertifikat kejuaraan itu dan lo bikin gue kehilangan kesempatan!! Pendaftarannya bulan depan, asal lo tau!!"

"YA TERUS GIMANA?! GUE TAKUT LO NINGGALIN GUE, DEAN!"

Inilah Agatha. Si Penggila Olahraga. Cewek kuat yang tak pernah menindas orang yang lebih lemah. Cewek impulsif yang terlalu overthinking. Cewek cantik yang mencintai dirinya sendiri. Cewek yang jiwanya sebenarnya tak sepenuhnya 'sehat' tapi bersikukuh untuk terus menyangkalnya.

"Lagi pula, lo yakin banget lo bisa menang kalo ikut?"

Rahang Dean mengeras. "Gue bisa menang kalo gue sung—"

"Dengan kemampuan lo yang masih jauh di bawah gue?! Lo yakin?!" Kalimat Agatha berhasil membuat Dean tercekat. "Lo lebih payah dari gue, Dean. Lo masih harus ningkatin kemampuan lo bareng gue. Jadi ... jadi ... jadi lo gak boleh ninggalin gue."

Entah sejak kapan, kerumunan itu menjadi sunyi.

Agatha menatap Dean dengan matanya yang berkaca-kaca. "Lo gak boleh jadi terlalu tinggi, Dean. Lo gak boleh ninggalin gue. Gue takut ...."

Without 'You'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang