08. Noor Halizah

479 37 2
                                    

Sebelum baca harap vote!
Share ke teman kamu yang suka horor!
~•~

Tima duduk di kasurnya dengan mata yang tak menutup semalaman. Masih ada di otaknya kini sisa-sisa memori Jihan, anak yang baru hilang beberapa hari yang lalu.

Termenung di pagi yang sepi. Ditemani kicauan burung gereja yang memutari rumahnya setiap waktu. Kicauan burung itu menyadarkan Tima. Sudah pukul 06.30. Kini sudah waktunya berangkat kuliah.

Biasanya Tima butuh waktu minimal 1 jam untuk siap-siap. Namun saat ini, kondisi tidak memungkinkan. Untung saja jarak rumah ke universitas tidak terlalu jauh karena ia sudah menyewa rumah di daerah ini.

Lima menit hanya cukup untuk membasuh muka, kemudian ganti baju. Terpaksa hari ini tidak mandi. Jika ia mandi, pasti akan telat dan gerbang akan ditutup pukul 07.00.

Wanita itu menatap cermin besar yang tertempel di lemari coklat tempat ia menyimpan baju-bajunya. Melihat dari ujung rambut sampai badannya. Semua seperti tak terawat. Wajahnya tampak pucat. Beberapa komedo tumbuh di antara hidungnya. Tanpa mandi, kau masih cantik Tima! Cepatlah, jika kau memuji dirimu sendiri, nanti bisa telat!

Tima berpikir, butuh waktu seharian hanya untuk memuji wajah cantiknya. Maka dari itu segeralah ia mencegat taksi yang ada di depan rumahnya. Kata Bu Siti, cantik tuh dari hati. Cantik tuh enggak hanya sekedar fisik kok. Fisik cantik? Itu bonus!

Tima tiba dengan waktu yang sangat ngepres. 06.59. Perjalanan yang cukup melelahkan karena jalanan hampir saja macet sebab ada mobil yang mogok di pinggir jalan.

Tima berhenti di depan gerbang. Menarik napas, kemudian membuangnya. Masih menatap universitas itu. Universitas Sidoarjo. Tima tersenyum. Teringat masa kecilnya. Mimpi yang tak pernah ia bayangkan. Masuk universitas favorit. Sungguh benar-benar perjuangan!

Kakinya tanpa sadar tergerak memasuki tempat itu. Langkahnya cepat. Sepatu hitam dengan ikat tali yang belum terikat. Hal yang paling mengerikan adalah terjatuh karena ikat sepatu itu. Apalagi menabrak orang sampai kertas beserta buku-buku besar berhamburan layaknya anai-anai.

"Aww ... sorry. I am so sorry!" Tima langsung mengibas pakaiannya takut ada yang kotor. Perlahan sorot matanya beralih ke wanita yang ia tabrak barusan. Tampak wanita itu membereskan buku-bukunya. Tergopoh takut terlambat ikut kelas.

"Santai aja!" balas wanita itu.

Setelah membereskan buku-bukunya, wanita tersebut berdiri. Sekejap melihat siapa yang membuatnya terjatuh tadi. "Tima?"

Tima juga masih asyik membereskan buku-bukunya yang sudah ternodai oleh pasir-pasir. Pelan-pelan ia menatap wanita di depannya.

Bibir Tima membawa senyuman. "Noor Halizah?"

"Tima? Kamu apa kabar?" tanya Noor.

"Noor?" Tima segera berdiri setelah membereskan barang-barangnya. Segera setelahnya melakukan cipika-cipiki karena posisi tangannya sedang membawa buku, jadi tidak bisa saling berpelukan.

"Aku kangen banget sama kamu! Semenjak kamu izin kepada dosen bahwa kamu akan ngekos, kamu sudah tidak terlihat lagi?" ungkap Noor.

"Ceritanya panjang Noor. Tempat baruku sangat aneh."

"Aneh?"

Tima mengangguk. "Iya, aneh! Bagaimana kalau kita cerita setelah jam pelajaran saja atau saat jam istirahat?"

Noor juga mengangguk. "Kebetulan kita ada di kelas yang sama, kan? Jadi enak nih buat cerita berdua."

Tima tertawa kecil. "Hahaha. Bukankah kita juga sebangku? Prodi Pendididkan Sastra dan Bahasa Indonesia. Impian kita."

Andong Pocong : Story About Ibu Kos (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang