13. Cerita Tima

330 29 0
                                    

PART UNTUK 18+

Halo! Selamat datang di sudut pandangku—Tima. Aku dikhususkan untuk bercerita satu part kali ini. Hari ini aku berdiri di atap-atap penuh cinta. Mereka menggelar tikar merah yang amat panjang. Seakan ingin menyambut seseorang yang istimewa. Mobil itu? Keren sekali saat datang. Lintasan itu dimeriahkan bunga-bunga sepanjang kanan kiri jalan.

Seseorang pria berjas keluar. Aku menyebutnya, tampan dan pemberani. Ia membawa buket bunga dengan harumnya yang tercium sampai menusuk hidungku. Bahkan aromanya sampai di tempat aku berdiri saat ini.

Sepertinya orang kaya. Terlihat dari pakaiannya yang rapi. Berdasi. Jasnya merah. Seperti akan mengungkap sebuah ... rasa. Ya, aku tau itu. Adam pernah melakukan ini. Tapi tak seromantis pria itu.

Tubuhnya ramping. Wajahnya itu oval. Bibirnya merah lembut. Cukup sekali kecup mungkin aku sudah babak belur. Hahaha bercanda. Ia membenahi rambutnya yang hitam. Tak terlalu disisir rapi. Matanya itu sayu-sayu basah. Kelopak matanya selalu berair. Tak pernah kering.

Ia berjalan dengan telapak kaki besar. Aku tak bisa menghitung seberapa besar sepatu itu. Tapi kuyakin ukuranya sekitar 38-40. Tak tahu pastinya. Gaya berjalannya lurus, tegap. Aku dibuat takut, padahal kan nggak nyeremin hahaha.

Dia memarkirkan mobilnya di depan taman. Ya, cuma dibiarkan gitu. Enggak takut ilang? Orang kaya mah beli lagi ya guys ya? Mobilnya tak terkunci juga. Memang gila cinta mungkin, ya? Emang benar-benar gila!!

Well, i followed him from behind. I feel crazy. AAAAAA! Dia menuju sebuah jembatan merah. Mungkin mereka janjian bertemu di sana? Tak sabar untuk melihat mereka mengungkapkan cinta!

On a bridge, many beautiful light arranged very neatly. Like firelies. So beautiful. Itu sangat romantis bagiku. Pria itu berjalan tak tergesa. Santai saja.

Di suatu pohon, terangnya alam di malam yang tak kelam. Ya, tertempel lampu kelap-kelip. Indah sekali. Di balik jembatan itu juga ada sebuah ranting yang sengaja dibentuk love. Juga tersusun lampu mengikuti bentuk ranting itu. Lampu warna merah,  tanda cinta.

Pria itu tiba-tiba berada di atas jembatan itu. What? Cepat sekali? Hahaha, mungkin karena aku terlalu banyak menikmati pemandangan. Aku juga ingin Adam memperlakukanku seperti ini.

HUJAN!! Pria itu menaburi kekasihnya potongan-potongan bunga mawar merah. Menggandengnya, mengangkat lengannya, dan membuatnya berputar seperti dansa. Kemudian berlutut. Memegang telapak tangan wanita itu. Dan mengatakan "I LOVE YOU."

Aku termenung. Merasakan sensasi cinta itu. Atmosfer yang sedang berjalan. Membayangkan Adam. Cintanya. Ketulusanya.

"Sayang, aku melakukan semua ini karenamu. Tetaplah mencintaku." Pria itu mengecup telapak tangan kekasihnya.

Wanita itu tersenyum malu. Aku ingin sekali diposisinya. Pria itu berdiri. Mengacak-acak rambut panjang kekasihnya. Mencium dahinya.

"Lila, aku mencintaimu!" ucap Pria itu.

Lila mengangguk. "Aku juga, Herry. Terima kasih atas semua ini ...."

Herry mengecup bibir Lila. Merasakan hangatnya bibir yang saling bersentuhan lembut. Merangsang beberapa kulit-kulit yang sensitif. Mengelus-ngelus pipinya. Mencium aroma tubuhnya yang harum semerbak parfum bunga mawar. Saling bersentuan—kali ini lebih dekat. Semakin dempet saja. Menyentuh kancing hitam milik Herry. Memerotolinya satu demi satu. Dari atas, semakin ke bawah dan sekarang sampai ke bawah.  Pakaian itu kini sudah terbuka, menyisakan jam tangan hitam saja yang masih terpakai. Dan ....

BOOM!

Allahu Akbar .... Allahu Akbar ....

Azan subuh menjadi akhir sekaligus penutup mimpi mereka. Tima dan Noor terbangun di kamar mereka masing-masing. Basah semuanya. Tubunya dipenuhi aliran air yang bocor dari pori-pori kulit. Ya, membasahi baju tidur yang mereka kenakan.

Mereka sama-sama mendapat petunjuk. Di malam yang sama. Dengan mimpi yang berbeda. Firasat berbeda. Berada di dua sisi berbeda.

Segera kaki-kakinya turun, melipat selimut. Mengelap keringat dengan tisu yang ada di meja. Mencuci muka, kemudian berwudlu. Mereka sama-sama akan salat subuh hari ini.

Rencananya akan bercerita keesokan harinya. Ya, semoga saja petunjuk malam ini bermanfaat untuk membantu arwah pengantin itu.

"Menurut kesaksian warga, Sang Pengantin peneror desa adalah pengantin bergaun putih yang sama dengan yang pernah dilihat warga desa menaiki sebuah andong, di dalamnya juga ada pocong. Hal itu diungkap sebelum kematian salah seorang warga keesokan harinya. Siapapun dari mereka ketika bertemu pocong, pasti akan mati saat itu juga bahkan jika beruntung ia akan mati esok. Artinya, pocong yang menaiki andong (seperti yang pernah disaksikan) ada hubungannya dengan sosok pengantin tersebut. Benarkah dugaanku?" Tima mensejajarkan telapak tangannya, mengangkatnya. Duduk tahyat akhir, beralaskan sajadah, berusaha berpikir segala kemungkinan yang ada setelah salat subuh.

~*~
M

asih tanda tanya ni mereka ini siapa wkw coba tebak tebak dulu aja kali ya.

Jangan lupa vote ya!

Andong Pocong : Story About Ibu Kos (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang