18. Paman Sam

267 24 1
                                    

Vote sebelum kalian baca n happy reading!
~*~

Tima dan Noor saling bertukar pandang. Seakan ada kebingungan di antara mereka. Tima tidak tahu harus mengatakan apa. Tapi yang jelas ada yang aneh dengan kekasihnya.

"Adam tiba-tiba datang. Ia membersihkan lemari dan menemukan sebuah foto. Anehnya dia mencoba menyembunyikan foto itu di belakangnya. Seakan ada yang janggal karena ketika aku menegur, keringatnya langsung jatuh ke mana-mana. Tubuhnya basah dan wajahnya pucat. Seperti orang ketakutan," jelas Tima panjang lebar.

"Adam sudah pulang, kan?" tanya Noor.

Tima mengangguk.

"Kalau gitu kita besok ke rumah Paman Sam untuk menemui Adam. Sekarang kita harus kuliah dulu," perintah Noor.

~*~

Seperti yang sudah direncanakan kemarin, pagi ini Tima dan Noor bersiap berangkat ke rumah Paman Sam. Adam sampai sekarang masih tinggal bersama Paman Sam di Surabaya. Tima hanya ingin menemui Adam sembari silaturahim bersama pamannya.

Tima dan Noor hanya butuh satu jam untuk sampai. Sebelumnya ia sudah mengabari Adam dan Pamannya sebelum ia datang sehingga rumah sudah siap semua. Tima sudah tidak sabar akan bertemu pamannya lagi. Sementara ini kali keduanya Noor akan bertemu paman yang sering diceritakan sahabatnya itu. Yang penuh nasihat dan teka-teki.

Tima dan Noor sudah berada di depan rumah. Sambutan datang dari Adam dan Paman Sam. Tampak senyuman dari Paman Sam melihat Tima datang.

"Apa kabar, Sayang?" tanya Paman Sam kemudian Tima meraih tangan pamannya dan bersalaman.

"Baik, Paman. Kau adalah Paman terbaikku dan akan selalu begitu. Aku menyayangimu, Paman!" ungkap Tima, kemudian pipinya memerah.

Selain Tima, Noor juga mencoba bersalaman dengan Paman Sam. Respons yang baik dari Paman Sam dengan membalas salam dari Noor. Ia tersenyum hangat. Ia pangling,  ternyata ini yang namanya Paman Sam.

Dengan senyum dari bibirnya yang pecah-pecah, Paman Sam mempersilakan keduanya masuk. Mata hitamnya menatap anak-anak itu dengan sayu. Kulit-kulitnya rapuh keriput tampak dimakan usia. Umur-umur yang berat untuk Paman Sam menjalani hari.

"Paman tidak perlu repot, Paman duduk saja. Biar Adam yang ambil minum!" sindir Tima sembari menatap sinis Adam.

Dengan suara yang serak basah, Paman Sam menggelengkan kepalanya. "Tidak perlu, Nak Adam. Paman bisa siapkan minum untuk kalian!"

"Paman, biar Adam saja!" seru Tima.

Adam terbata-bata. "Adam saja, Paman!"

"Ya sudah, tolong ambilkan, Adam!" perintah Paman Sam.

Adam mengangguk, kemudian langsung masuk ke dapur.

"Tima ...," Paman Sam memanggil ponakannya itu. Tima langsung menoleh. "Hati-hati dengan orang-orang di sekitarmu, ya!"

Tima dan Noor saling tatap. Kemudian Tima menatap pamannya serius. "Ha-hati-hati ke-kenapa?"

"Paman ada firasat yang buruk. Paman tahu kamu sekarang sedang dalam pencarian. Sedang dalam kebingungan yang berat dan terjebak dalam teka-teki yang tak gampang terpecahkan." Paman Sam tersenyum sendu.

Tima menggelengkan kepalanya tak mengerti. Bagaimana Paman bisa mengerti? Batinnya.

Paman Sam tersenyum seakan tahu apa yang dipikirkan gadis itu. "Sudah, jangan dipikirkan. Paman bisa membaca dari raut mukamu. Kamu tampak gelisah bahkan saat pertama kali kamu datang. Biasanya kamu akan datang memeluk Paman dan kali ini tidak. Itu artinya ada sesuatu yang kamu lupakan serta pasti ada tujuan lain sehingga kamu datang. Sudah-sudah, Adam datang!"

Andong Pocong : Story About Ibu Kos (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang