40. Heartbreak

219 40 8
                                    

Ketika Jisoo nggak bisa lagi mengontrol emosinya dan tangisannya kemudian pecah, Mino yang sejak tadi mengawasi akhirnya menghampiri mereka untuk menenangkan adeknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ketika Jisoo nggak bisa lagi mengontrol emosinya dan tangisannya kemudian pecah, Mino yang sejak tadi mengawasi akhirnya menghampiri mereka untuk menenangkan adeknya. Dia meminta Jinwoo untuk menunggu Jisoo lebih tenang dulu, kemudian dia membawa Jisoo ke ruangan pribadinya di kafe itu agar mereka nggak jadi pusat perhatian pengunjung lain.

"Mas Mino...." panggil Jisoo dengan suaranya yang parau. Sejak Mino menawarkan diri untuk memberinya pelukan tadi, dia terus memeluk kakaknya itu dan nggak mau melepaskannya.

"Iya, Dek,"

"Mas Mino udah dikasih tau duluan ya sama Kak Jinwoo soal ini?"

Mino menghela napas panjang dan kembali mengusap rambut adeknya sebelum dia menjawab pertanyaan itu. "Iya. Waktu itu Jinwoo curhat ke Mas Mino, dan dia juga nangis waktu cerita ke Mas, Dek-"

"Dia juga nangis?"

"Iya."

"Berarti dia juga sama-sama nggak mau pisah, kan? Terus kenapa nggak cari solusi yang lebih baik aja, sih? Kenapa harus kayak gini?"

Mino kembali dibuat terdiam oleh pertanyaan yang dilontarkan Jisoo. Dia udah hafal betul dengan sifat adeknya itu. Jika dia berhadapan dengan suatu keadaan yang nggak sesuai dengan keinginannya, Jisoo akan terus bertanya-tanya seperti ini, dia nggak akan bisa terima begitu saja.

"Dek, dengerin Mas Mino. Mas tau banget gimana sayangnya Jinwoo ke kamu. Dia pasti ngerasa berat juga buat ambil keputusan ini. Tapi Mas yakin Jinwoo punya pertimbangan sendiri kenapa akhirnya milih buat nurutin kata orangtuanya dan pisah sama kamu." ucap Mino panjang lebar. "Hidup tuh nggak selalu berjalan kayak yang kita inginkan, Dek. Kadang ada nggak enaknya juga. Kalo segalanya dipaksain sesuai keinginan kita malah nggak baik ntar jadinya."

Jisoo hanya diam, walaupun dalam hatinya dia masih nggak bisa menerima keadaan ini. Dia nggak pernah memiliki masalah yang serius dengan Jinwoo, mereka hampir nggak pernah bertengkar. Tapi mereka tiba-tiba terpaksa harus berpisah. Tentu saja sulit baginya buat menerima semua ini.

"Jinwoo nunggu di luar. Kamu masih mau ketemu dia nggak? Kalo iya, ayo keluar, Mas Mino temenin. Kalo nggak mau ya gapapa ntar Mas suruh Jinwoo pulang aja. Gimana?"

Jisoo menggeleng, "Suruh pulang aja."

Menuruti perkataan Jisoo, Mino akhirnya keluar dari ruangannya untuk menemui Jinwoo.

"Dia belum mau ketemu lagi sama lo."

Perkataan Mino barusan membuat Jinwoo menghela napas panjang. "Terus gimana? Sebenernya masih ada yang pengen gue bicarain sama Jisoo..."

"Percuma ngobrol sekarang, Nu, dianya masih kacau gini. Besok-besok aja gapapa, kan?"

Jinwoo mengangguk, akhirnya menyetujui saran Mino. "Terus gue kayaknya juga harus ngobrol sama bokap lo-"

"Mau ketemu bokap gue juga? Jangan gila lo anjir, ntar kalo dia malah ngamuk gimana?!"

"Ya justru biar nggak diamuk makanya gue harus jelasin semuanya ke Om Jiyong juga, kan..."

The Dirgantara 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang