"Halo, Jinwoo? Saya mau ketemu dan ngobrol bentar, bisa nggak?"
"...."
"Iya, sekarang. Bentar aja."
"...."
"Nggak, nggak di rumah. Di kafe Mino aja,"
"...."
"Oke. Yaudah. Tiga puluh menit lagi kita ketemu."
Setelah menutup teleponnya dengan Jinwoo, Jiyong segera naik ke lantai atas untuk mengambil jaket dan kunci motornya, sekalian mengecek juga apakah Jisoo udah tidur atau belum.
Sampai di depan kamar Jisoo, dia mendorong pelan pintu kamar yang sudah sedikit terbuka. Dara masih duduk di tepi ranjang Jisoo sambil sesekali mengusap rambut putrinya yang udah tertidur.
Jiyong mengetuk pelan pintu kamar Jisoo karena kayaknya Dara belum sadar kalo dia ada di sini, di depan pintu. Setelah mendengar ketukan pintu itu baru Dara menoleh dan mendekat ke arahnya.
"Kenapa?" tanya Dara sambil menghampiri suaminya, lalu dia memperhatikan penampilan lelaki itu dari atas sampe ke bawah. "Kok pake jaket? Mau ke mana?"
"Udah tidur ya Adek?" Jiyong melongok ke dalam kamar Jisoo, sama sekali nggak menjawab satu pun pertanyaan Dara.
"Iya. Kamu mau ke mana, Ji?" Dara mengulangi pertanyaannya.
"Mau keluar bentar. Ketemu Jinwoo."
Dara langsung melotot. Bahaya banget ini mah, pasti Jinwoo mau diomelin gara-gara udah bikin anaknya nangis. "Ngapain?! Mau dimarahin?"
"Iyalah. Gak bisa aku tuh liat Jisoo sampe nangis kayak tadi, Ra." kata Jiyong.
"Tapi jangan dimarahin juga dong Jinwoo nya? Ntar kalo Jisoo tau, terus dia malah jadi ngambek ke kamu, gimana?"
"Kalo nggak dimarahin, besok-besok dia bisa bikin Jisoo nangis lagi."
Dara menghela napasnya. Jiyong kalo udah gini, udah nggak bisa dihalang-halangin lagi. "Yaudah, yaudah terserah kamu aja. Mau berangkat sekarang?"
"Iya. Pergi dulu ya, Sayang," pamit Jiyong. Lalu dia maju selangkah mendekati Dara untuk mencium dahinya.
"Hm, hati-hati, Ji."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Dirgantara 2
Fanfiction[sequel of the dirgantara] still about the daily life of jiyong, sandara and their children. © geezdragon, 2020