Jam dinding sudah menunjukkan waktu lewat tengah malam, hampir pukul satu dini hari. Namun mereka berdua masih belum tidur juga setelah melakukan aktivitas yang cukup melelahkan tadi. Jiyong belum merasa mengantuk, dia masih betah menatap istrinya yang juga masih sama-sama terjaga.
"Nggak ngantuk, Ra?"
"Dipelototin kamu mulu, gimana bisa ngantuk," sahut Dara setengah bercanda.
Jiyong tertawa pelan. Tangannya terulur untuk mengusap rambut istrinya. "Go sleep now, Babe. Aku nggak mau kamu kecapekan—"
"Udah terlanjur, Jiyong. Aturannya, kalo kamu nggak mau aku kecapekan, ya nggak usah ngajakin kayak tadi."
"Haha. Sorry.... capek banget, ya?"
Dara mengerucutkan bibir, lalu dia mengangguk cepat. Persis seperti anak kecil yang sedang merajuk. "Capek banget, Jiyong. Sebadan-badan pegel semua. Kayaknya aku besok mau rebahan aja deh seharian. I need to re-charge my energy."
"Segitunya?! Maaf, ya, kayaknya aku keterlaluan banget sampe bikin kamu kayak gini..."
Dara menggeleng. "Nope, no need to say sorry. Capek, emang. But it's worth it, because I admire every single moment I spent with you. Walaupun capek, ya nggak apa-apa. Kan capeknya juga sama kamu."
".....Ra."
"Hmm?"
"Gimana kalo next anniversary kita naik gunung?"
"Hah? Apaan, random banget?!"
"Katanya gapapa kalo capeknya bareng-bareng sama aku?"
"Ya nggak naik gunung juga.... ogah banget kalo itu mah!"
Jiyong tergelak. "Apa bedanya? You said it's worth it to spend your moment with me, even tho it's tiring."
"Ya beda lah! Kalo naik gunung capek doang. Kalo kayak yang tadi kan capek... tapi enak juga."
Lelaki itu semakin tergelak mendengarnya. "Okay, okay. Ngerti. Harus ada enaknya, ya?"
"Iya... gitu. Hehe." sahut Dara sambil nyengir. "Oh iya, by the way, Ji."
"Hm?"
"Happy anniversary." Dara mendekat untuk menjatuhkan ciuman singkat di bibir suaminya. "I love you. With all my heart. I really love you."
Jiyong terpaku, nge-blank untuk beberapa saat. Dan ketika sudah sadar lagi, dia malah protes. "Shit. Kok bisa sih aku nggak nyadar sekarang udah lewat tengah malam? Harusnya aku duluan yang ngucapin ke kamu!"
Dara ketawa. "Apaan sih, kompetitif banget."
"Biarin."
"Yaudah, buruan ucapin balik."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Dirgantara 2
Fanfiction[sequel of the dirgantara] still about the daily life of jiyong, sandara and their children. © geezdragon, 2020