17. Confused

108 81 173
                                    

Malam ini Fathur kembali ke rumah sakit, setelah mengistirahatkan tubuh sampai sore tadi ia sudah cukup bertenaga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Malam ini Fathur kembali ke rumah sakit, setelah mengistirahatkan tubuh sampai sore tadi ia sudah cukup bertenaga. Pikirannya juga lebih segar karena ia sempat tidur walaupun sebentar.

Memang istirahat yang cukup sangat di perlukan bagi tubuh kita. Selain karena pentingnya kesehatan, kita juga bisa berpikir jernih saat keadaan tubuh kita yang fit dan berstamina.

Dengan setelan casual seperti biasa ia berangkat, sebelum itu ia menyempatkan mampir ke toko roti langganan Alana. Alana sangat menyukai makanan yang manis dan berasal dari bahan tepung seperti roti atau kue sejenis. Namun Fathur kerap kali mewanti-wanti karena kesehatannya yang belum pulih.

Semua menjadi tugasnya, ia yang selalu memantau dan mengawasi Alana yang membandel ingin makan roti.

Alana menderita gagal ginjal dan masih terus melakukan perawatan di rumah sakit. Keluarganya memilih Alana di rumah sakit saja, mengingat bagaimana sibuk mereka yang tidak mungkin bisa merawat Alana dengan maksimal.

Akhirnya keduanya memutuskan untuk meninggalkan Alana di sana. Mereka sudah mempercayakan pihak rumah sakit atas kesembuhan putrinya.

"Kok cuma roti tawar, sih," gerutu Alana ketika membuka kantong kresek besar yang di bawa Fathur dan hanya mendapati beberapa lembar roti tawar bukan kue favoritnya.

Fathur menatap Alana teduh, membuat gadis itu salah tingkah sendiri. Yakinlah, sekarang ia sedikit menyesal sempat mengeluh seperti itu.

"Maaf," cicitnya lucu berhasil membuat Fathur semakin gemas dengan manusia di hadapannya itu.

Fathur mengulas senyum. "Kamu lagi sakit, dan cuma roti ini yang bisa kamu konsumsi. Denger Na-...

Fathur mengubah posisi duduknya mencari posisi yang nyaman. "Kalo kamu nurut, apapun bakal aku turutin, asal nggak aneh-aneh dan bahayain kesehatan kamu," ucap Fathur serius.

Alana mengangguk ragu, akhirnya tersenyum menampilkan gigi kelincinya yang lucu. "Iya, aku bakal nurut mulai sekarang," ucapnya yakin.

"Dih, ntar juga kumat lagi bandelnya," sindir Fathur membuat tangan Alana terangkat kemudian memukul pelan lengan laki-laki itu.

Fathur mengaduh sekilas. "Tuh kan, jangan main pukul Na, ntar jadi kebiasaan," peringat Fathur.

Alana memutar bola mata malas. "Orang cuma becanda juga, kan tadi pelan mukulnya." Alana membela diri.

"Iya sama aja, nanti jadi kebiasaan. Ntar kamu main tangan lagi sama anak-anak kita," ucap Fathur dengan sangat enteng.

Detik itu juga Alana tertawa keras. Bisa-bisanya Fathur berpikir sampai sejauh itu. Alana memegangi perutnya yang sakit karena saking kerasnya dia tertawa.

"Kan bener, Na. Udah, mulai sekarang jangan mukul-mukul lagi,"

Alana mengatur napas, tawanya belum sepenuhnya selesai. "Sumpah, geli banget denger kamu nyebut 'anak-anak kita'." Tawa Alana kembali pecah.

Diorama Nadine [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang