22. Doubt

88 55 3
                                        

Pagi ini berbeda dengan pagi kemarin, hari ini semua anggota keluarganya lengkap

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Pagi ini berbeda dengan pagi kemarin, hari ini semua anggota keluarganya lengkap. Ayahnya sudah membaik tinggal istirahat yang cukup dan mengurangi aktivitas. Herlina dan Nadine juga melarangnya untuk bekerja dahulu.

"Ayah, makan yang banyak, biar cepet pulih," ucap Nadine sementara sang ayah tersenyum simpul.

"Gimana sekolah kamu, Nak?"

"Lancar-lancar aja, Yah," jawab Nadine lalu tersenyum.

Acara makan pagi itu di lanjutkan dengan obrolan ringan. Menu yang di masak Herlina adalah ayam goreng pedas manis dengan oseng kangkung kesukaan mereka.

Sampai pembahasan yang membuat Nadine kembali berpikir.

"Soal uang kamu, nanti pasti ayah ganti, Nak. Kamu harus kejar impian kamu buat lanjut kuliah," ucap sang ayah membuat Nadine merasa sesak.

"Nggak usah, Yah, Nadine juga udah pertimbangin buat ambil keputusan itu. Nadine nggak lanjut kuliah juga nggak apa-apa," ucap Nadine mencoba menyakinkan keputusannya adalah hal yang tepat. Ia harus segera mengubur mimpi-mimpinya, sebelum semakin meluas dan dia sendiri yang keteteran mengendalikannya.

Heru menggeleng. "Kamu harus tetap kuliah, jangan sampai seperti ayah dan bunda yang cuma lulus SMP," tuturnya sementara Nadine menahan rasa sesak di dada.

"Bener kata ayah, Dine, kamu harus tetep kuliah apapun yang terjadi," tambah Herlina menatap Nadine teduh.

"Ayah akan bekerja keras buat kamu, kamu harus sukses, Dine," ujar Heru penuh keyakinan.

Nadine terasa tertampar dengan kalimat itu. Ia merasa hidup dalam ekspektasi orang lain yang membuatnya semakin ragu. Padahal mulai saat ini ia sudah bertekad untuk mengubur impiannya sedalam mungkin.

Merelakan angan-angannya yang bahkan belum terwujud itu.

"Nadine beneran nggak apa-apa, Yah, Bun. Walaupun Nadine nggak lanjut kuliah Nadine juga masih bisa kerja dan bantu-bantu urusan rumah,"

Gadis itu menarik napas mengisi pasokan oksigen di paru-parunya. "Sekarang ini Nadine mau fokus sekolah dulu, Nadine nggak mau mikirin masa depan yang masih belum pasti itu. Tapi yang perlu ayah sama bunda tahu, Nadine baik-baik saja,"

"Nadine lagi berusaha buat ngubur mimpi-mimpi Nadine, Yah, Bun," batin Nadine berteriak.

"Nadine rasa masih lama juga, sekarang kan Nadine masih kelas sebelas, masih ada satu tahun lagi," lanjutnya.

"Tapi walaupun begitu, jauh di lubuk hati Nadine, Nadine pengen banget bisa kuliah. Nadine pengen tahu gimana rasanya pake jas almamater dan menjadi mahasiswa,"

"Ayah sama bunda jangan khawatir, ya," Nadine memaksa senyum itu terbit di bibirnya.

"Nadine lagi nggak baik-baik aja, tapi Nadine udah lega setidaknya uang yang Nadine kumpulin selama ini bisa digunakan buat kesembuhan ayah,"

Diorama Nadine [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang