Mereka sedang perjalanan ke rumah Nadine, mengambil pakaian ganti untuk ibunya. Tentang masalah pembiayaan itu, Nadine dan ibunya sudah sepakat untuk menolak pemberian seseorang itu, lebih tepatnya dari Dima. Nadine memilih menggunakan uang yang selama ini ia kumpulkan.Rencana awal uang tersebut ingin ia gunakan untuk masuk kampus pilihannya namun harapannya tidak bisa terwujud untuk saat ini.
Di samping itu, ia juga tidak mempermasalahkan jika uang itu di gunakan untuk biaya operasi ayahnya. Nadine tipikal orang yang tidak mudah menerima pemberian orang, apalagi orang tersebut tidak ia ketahui.
Jika orang itu menyebutkan namanya dan Nadine tahu, mungkin ia akan mempertimbangkan lebih dahulu. Setidaknya jika ia mengetahui siapa orang baik itu, ia bisa mengucapkan terima kasih sebagai bentuk penghargaannya.
Di sisi lain, Dima masih tidak habis pikir dengan sahabatnya itu. Sejauh ini ia bisa mengerti jika Nadine bukanlah orang yang gampangan. Ia memiliki loyalitas yang tinggi, ia rela mengorbankan apapun demi kepentingan orang lain.
Seperti yang ia lakukan itu, ia rela menggunakan uang tabungan yang sudah dari sekolah menengah pertama ia kumpulkan untuk biaya operasi ayahnya.
Dima tahu bagaimana perjuangan Nadine mengumpulkan uang itu. Dulu, Nadine tidak pernah ke kantin sekolah dan selalu membawa bekal dari rumah. Uang saku dari ayahnya semua ia kumpulkan, dan Dima tahu itu semua.
Ia ingat bagaimana semangatnya Nadine saat menceritakan kampus impiannya, bagaimana antusiasnya gadis itu saat mendengar kabar bahwa ada jurusan baru yang sangat ia minati. Dima tahu itu semua dan sekarang semua hanya angan. Jelas, semua ini sakit sekali bagi Nadine.
"Gue yang lunasin tadi, Dine," celetuk Dima.
Nadine mengalihkan pandangan dari ponsel ke Dima di sampingnya. Setelahnya Nadine menghela napas panjang.
"Gue udah nebak sih dari tadi, kalo bukan lo siapa lagi, Dim," jawab Nadine.
"Kenapa lo nggak mau?" tanya Dima dengan nada santai.
Nadine mengangkat bahu. "Gue emang nggak bisa buat nerima itu, dan jumlahnya juga nggak sedikit," jawab Nadine.
Jeda.
"Gue nggak akan sanggup buat ganti itu semua, lagian uang yang gue kumpulin udah cukup kok buat biaya operasi ayah," sambungnya.
"Tapi gue cuma mau bantu, Dine, sebagai manusia sosial bukan yang lain,"
"Nggak apa-apa, Dim, gue ngerti niat lo baik, emang gue aja yang nggak bisa terima," balas Nadine.
"Gue juga mikir ucapan terima kasih aja nggak bakal cukup buat balas kebaikan lo," lanjutnya.
"Tapi kenapa juga lo korbanin uang tabungan yang udah lo kumpulin bertahun-tahun-...
"Karena dia ayah gue," potong Nadine membuat Dima langsung terdiam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diorama Nadine [END]
Novela JuvenilBukan kisah ketua geng motor dengan gadis cantik, bukan kisah ketua OSIS yang memiliki banyak penggemar, bukan pula kisah most wanted yang menjadi rebutan. Ini adalah kisah dua orang manusia biasa yang sedikit rumit karena kemustahilan yang ada. Man...