Fathur bingung dengan Alana yang tiba-tiba bersikap dingin padanya. Biasanya gadis manis itu selalu menyambut kedatangannya dengan ceria. Namun tidak untuk malam ini, Alana mempertahankan wajah datarnya."Kamu baik-baik aja, kan?" Fathur sudah tidak bisa menahan kecanggungan itu.
"Baik," ketusnya.
Alana masih fokus dengan ponsel di tangannya.
Fathur menggaruk tengkuknya yang tidak gatal lalu melangkah keluar ruangan. Ia mondar mandir di depan ruangan itu. Di lihatnya Alana dari balik kaca, gadis itu masih diam di tempat. Matanya juga tidak beralih dari ponsel.
Lima menit berlalu, akhirnya Fathur masuk kembali. Ia sudah merangkai kata-kata yang pas untuk ia ucapkan pada kekasihnya itu.
"Di depan ada bubur kesukaan kamu, aku beliin ya," tawarnya dan Alana menggeleng pelan.
Hening.
Fathur duduk di kursi yang tadi ia tempati.
"Coba jelasin soal ini," pinta Alana sambil menyodorkan ponselnya, menampilkan layar yang terdapat foto Fathur dan seorang gadis sedang memilih buku. Itu adalah Nadine saat mereka di toko bunga.
Tentu saja Alana tahu karena ada temannya yang mengirim foto kepada dirinya.
Sial, pasti Alana salah paham soal ini. Fathur menatap Alana lekat namun gadis itu mengeluarkan tatapan tajamnya.
"Na, ini nggak seperti yang kamu pikirin, kamu bisa kan denger penjelasan aku dulu?"
Alana menarik kembali tangannya yang semula terulur menyodorkan ponsel itu. "Kamu mau jelasin kalo kamu sama dia nggak ada apa-apa, cuma nemenin beli bunga, gitu kan?" desak Alana.
Laki-laki itu menghela napas. Jika sudah mode marah Alana seperti orang lain baginya.
"Aku tanya, dia udah punya pacar belum?"
Fathur mengangkat bahu, sejauh ini ia juga tidak tahu apakah Nadine punya pacar atau tidak.
"Nggak tahu, Na, kita nggak sedekat itu,"
Alana mengernyitkan keningnya. "Nggak deket tapi kenapa mau di ajak ke toko bunga?"
Gadis itu menatap Fathur lekat. "Kamu bayar berapa?" lanjutnya.
Demi apapun Fathur tidak tahan dengan cara gadis itu menyikapi masalah. Selalu seperti ini dan Fathur benar-benar muak.
Fathur bangkit dari duduknya. "Nggak usah berlebihan, Na, kita sama-sama dewasa,"
Alana berdecih. "Jangan bahas dewasa di sini, di antara kita nggak ada yang dewasa, nggak usah halu," semprot Alana dengan mulut pedasnya.
"Na, dia cuma adik kelas. Jangan kayak gini," pinta Fathur yang mulai lelah menghadapi gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diorama Nadine [END]
Novela JuvenilBukan kisah ketua geng motor dengan gadis cantik, bukan kisah ketua OSIS yang memiliki banyak penggemar, bukan pula kisah most wanted yang menjadi rebutan. Ini adalah kisah dua orang manusia biasa yang sedikit rumit karena kemustahilan yang ada. Man...