Bukan kisah ketua geng motor dengan gadis cantik, bukan kisah ketua OSIS yang memiliki banyak penggemar, bukan pula kisah most wanted yang menjadi rebutan. Ini adalah kisah dua orang manusia biasa yang sedikit rumit karena kemustahilan yang ada.
Man...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Saat ini Nadine, ibunya, dan Dima sedang makan di kantin rumah sakit. Jam sudah menunjukkan pukul empat sore. Setelah bujukan Dima akhirnya kedua orang itu mau untuk makan. Tadinya Herlina ingin menunggu suaminya selesai operasi namun bujukan seorang Dima mampu meluluhkan hatinya.
Bagaimanapun kesehatan lebih utama, jika kita tidak menjaga pola makan karena ada orang sakit, itu sama halnya kita menunggu waktu untuk sakit pula.
"Tante, makan yang banyak," ucap Dima kepada Herlina.
"Iya, kamu juga," jawabnya. Ia menyudahi makan, lain halnya dengan Nadine yang malah melamun dengan tatapan kosongnya.
"Nggak usah mikir yang enggak-enggak," celetuk Dima seraya menyenggol lengan Nadine hingga gadis itu terkejut.
Ia menghela napas berat. "Gue nggak berharap hari ini dateng, Dim," lirihnya.
Dima berdecak kesal, biasanya Nadine yang selalu menebar positif vibes setiap kali Dima ada masalah. Gadis itu tahu bagaimana cara menghibur dan menyenangkan hati seseorang, terutama hati seseorang yang sedang sedih.
Nadine sangat pandai dalam merangkai kata menjadi obat penenang. Namun sekarang dia sedang tidak baik-baik saja. Nadine yang kuat kini sedang berada di masa terpuruknya.
"Kalian ngobrol aja di sini, ya, tante mau ke sana dulu," ucap Herlina lalu bangkit dari duduknya. Ia berniat kembali ke kamar suaminya, menunggu proses operasi yang setengah jam lalu di mulai.
Herlina mengembangkan senyum lalu mengangguk, setelahnya ia melangkah pergi.
"Lo kuat, Dine, gue yakin," seru Dima memberi semangat. Nadine hanya mengangguk lesu. Ia kembali mengaduk nasi di hadapannya. Perutnya lapar namun mulutnya tidak bisa menerima suapan itu.
"Oh iya, tadi gimana prakteknya?" tanya Nadine dan Dima menggeleng.
"Lancar aja kok, mungkin lo ngulang sendiri minggu depan,"
"Iya, nggak apa-apa juga sih,"
Hening.
Dima asyik dengan makanannya sementara Nadine sibuk dengan pikiran kalutnya. Selain operasi ayahnya yang kini sedang berlangsung, Nadine juga masih memikirkan siapa Non Baik itu.
Kepalanya masih di penuhi dengan pertanyaan itu. Sampai kapan ia akan menemukan titik terang dari kebingungannya ini.
"Gue ke toilet bentar, ya," ucap Nadine sambil bangkit dari duduknya.
Dima mengangguk dan melanjutkan makan, jujur saja Dima memang sangat kelaparan sejak pulang sekolah tadi. Beruntung, menu di kantin rumah sakit ini tidak terlalu buruk untuknya.
Gadis itu menghentikan kegiatannya kala deringan ponsel di atas meja itu berbunyi. Rupanya ada panggilan masuk ke ponsel Nadine yang di tinggal pemiliknya itu.