Nadine terpaksa ke kantin seorang diri, Dima masuk dalam mode magernya, gadis itu sangat malas beranjak dari bangkunya. Ia hanya menggunakan jasa titip pada Nadine. Toh, ia tidak terlalu lapar, ia hanya membutuhkan minum sekarang.Waktu istirahat tidak jauh dari kata ramai, entah di dalam kelas, di koridor, di lapangan, sampai di perpustakaan pun terlihat penuh sesak.
Nadine melongokkan kepalanya melihat keadaan kelas sebelah yang rumor pagi ini ada salah satu siswa yang menjadi korban pembullyan. Ternyata benar, seorang perempuan yang duduk di tengah menjadi pusat perhatian.
Nadine sangat miris melihat hal itu, ia harus menyelamatkannya sebelum terlambat.
Namun belum sempat kakinya melangkah, pergelangan tangannya di cekal seseorang membuatnya urung.
"Jangan cari masalah," ucapnya dan dia adalah Fathur. Perlahan ia melepas cekalan itu lalu menatap Nadine lekat.
"Tapi-...
Fathur meletakkan jarinya di depan bibir, menyuruhnya untuk diam.
"Tuh," tunjuknya pada sekelompok orang juga beberapa guru dari arah berlawanan. Mereka masuk ke dalam kelas itu.
"Gue tahu perundungan nggak bakal di halalin di sekolah kita, tapi bukan berarti kita yang menyelesaikan itu. Udah ada yang ngurus itu semua," ucapnya dan Nadine mengangguk.
"Btw, malam minggu nanti ada acara, nggak?"
Apa ini, Fathur sudah membicarakan acara malam minggu. Nadine sudah berbunga-bunga di dalam hatinya.
"Ke Taman Cinta, sih, Kak. Ada apa emangnya?"
"Taman Cinta?"
"Iya, kayak rumah buat anak jalanan yang nggak ada tempat tinggal. Semacam organisasi gitu lah," jelas Nadine dan laki-laki itu mengangguk paham.
"Okelah,"
"Ada yang mau ketemu sama lo, ada yang mau dia bicarain juga katanya," ucap Fathur dengan sedikit bergetar. Ia baru saja memasukkan orang lain dalam masalahnya. Ia hanya berharap semoga Alana tahu keadaan dan tidak aneh-aneh ketika bertemu Nadine.
"Siapa?"
"Pacar gue," jawabnya.
Nadine tertawa membuat kening Fathur berkerut. "Nggak usah becanda, Kak, nggak lucu," ucap Nadine.
Fathur menggeleng. "Gue serius, Na,"
Nadine terdiam cukup lama, gadis itu mencoba mencerna kalimat penuh penekanan dari laki-laki itu.
Nadine menyesal beberapa menit yang lalu sempat tertawa, seharusnya ia percaya akan jawaban Fathur itu.
"Emang kenapa, Kak, kok pacar kakak mau ketemu sama gue?"
"Ntar deh, lo pasti tahu sendiri,"
"Oh, okelah,"
Nadine berusaha tetap tenang walaupun di hatinya sudah bergejolak setelah mengetahui satu fakta tentang hal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diorama Nadine [END]
Teen FictionBukan kisah ketua geng motor dengan gadis cantik, bukan kisah ketua OSIS yang memiliki banyak penggemar, bukan pula kisah most wanted yang menjadi rebutan. Ini adalah kisah dua orang manusia biasa yang sedikit rumit karena kemustahilan yang ada. Man...