part 7

74 6 0
                                    

"Kalo jatuh cinta itu udah pasti, udah dalem, dan biasanya udah lama juga. Nah kalo suka itu cuma perasaan sesaat, kayak sekedar kagum aja"

/╲/\╭(•‿•)╮/\╱\

Asiy merutuki dirinya sendiri saat melangkah menuju pesantren, mengingat-ingat apa saja yang tadi dilakukannya bersama Azam dan Ilham yang datang 52 menit setelahnya, hanya mengikuti 8 menit bimbingan. Entah berniat atau tidak dia datang kesana.

Tadi, bukannya memperhatikan materi yang disampaikan Azam, Asiy justru memperhatikan yang menyampaikannya. Cara Azam menyampaikan materi memang sangat lugas walau ia juga perlu berpikir dulu sebelum menerangkan.

Suara Azam bahkan masih terngiang dalam telinganya dan entah mengapa itu berhasil membuat degup jantungnya tak beraturan.

"Ah malah jadi gila aku nya" Asiy memukul pelan kepalanya saat memori di otaknya menampilkan kilasan wajah Azam yang sedang tersenyum.

"Tapi ganteng banget, berdamage lagi. Maksudnya apaan sih kok aku ngomong kayak gitu? Nggqk tau, nggak jelas" Asiy bermonolog.

/╲/\╭(•‿•)╮/\╱\

"Asiy!" Bina dan Fina berteriak di telinga Asiy, membuat sang empunya terlonjak kaget.

"Gila ya kalian? Ngapain sih?" Asiy mengusap-usap telinganya yang terasa berdengung.

"Harusnya kita yang tanya, kamu ngapain senyum-senyum sendiri kayak gitu?" Jawab Aqila sinis masih memakan rotinya. Mereka sedang di kantin, biasanya Asiy akan berceloteh sampai berbusa dan saling menjawab dengan yang lain. Tapi ini Asiy hanya diam sambil senyum-senyum sendiri.

"Aku?" Asiy menunjuk dirinya sendiri, ketiha temannya mengangguk.

"Aku nggak senyum senyum kok, cuma lagi makan jadinya diem" Asiy mengelak.

"Siapa yang percaya Asiy? Biasanya makan juga sambil ngobrol kalo selesai nelen. Dari tadi dipanggil juga nggak nyaut sampek harus teriak di telinga.

Asiy diam, apa benar uang diucapkan Bina barusan? Tanggu! Bukankah barusan dia memikirkan Azam? Dan dia senyum sentum sendiri? Ini sudah tidak benar.

"Tuhkan ngelamun lagi" Fina menepuk bahu Asiy pelan.

"Nggak kok, cuma lagi mikirin olimpiade besok senin" kentara sekali kalau Asiy berbohong. Mana ada orang memikirkan olimpiade matematika yang isinya rumus dan angka dengan senyum?

"Iyaim deh terserah. Orang pinter mah beda"

"Eh, btw... bu Eka kan nggak masuk dari kemarin karena ibunya meninggal, terus kamu dibimbing sama siapa lesnya?" Tanya Bina.

"Itu.... Bu Nana" Asuy sudah berpikir keras dan hanya itu yang ada di otaknya. Entah kenapa Asiy tidak ingin menceritakan tentang Azam.

"Bu Nana kan guru sejarah"

"Aduh bodoh banget sih jawaban aku" batin Asiy.

"Cuma diinjemin hp nya terus search sendiri" Asiy bernapas lega, setidaknya jawaban ini jauh lebih baik dan masuk akal. Semoga saja ketiga temannya ini yang kadang kepo akut kayak dora bisa percaya.

"Orang pinter mah beda. Belajar sendiri juga udah paham" puji Fina yang hanya diamini Asiy.

Asiy tidak akan menceritakan tentang Azam kepada siapapun. Apalagi tentang perasaan yang belum terdefinisikan ini.

love you in my prostrationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang