part 25

65 4 0
                                    

"Asalamualaikum, Ibu, Umi, ayo antarkan Asiy ke bawah " Azim berkata di ambang pintu.

"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh jawab ketiganya sembari berdiri.

Asiy terlihat benar-benar cantik malam ini. Kebaya berwarna taupe dan kerudung berwarna senada juga jari berwarna dark grey melekat sempurna di tubuhnya Asiy terlihat sangat dewasa layaknya wanita Jawa yang memegang teguh pada prinsip-prinsipnya.

Di belakang Asiy ada sepupu dan sahabat-sahabatnya sebagai pagar ayu. Tapi Leana dan Ata belum juga datang, entahlah.

Asiy hanya bisa tersenyum saat seluruh pasang mata menghadap ke arahnya. Yang membuat jantung Asiy berdegup tak karuan bukan karena semua mata yang mengawasinya tapi karena seseorang di atas panggung yang kini sudah menjadi pasangan sahnya. Jujur, rasanya ingin menangis karena debaran jantungnya tak kunjung mereda dan semakin menjadi-jadi hingga tangannya ikut gemetaran. Umi dan ibu yang menyadarinya hanya tersenyum menenangkan.

Asiy duduk di samping Azam. Dari instruksi pak penghulu, Azam menyentuh kepala Asiy dan menariknya, menempelkan bibirnya di kening sambil berbisik "assalamualaikum istri" lalu tersenyum sangat manis. Benar-benar ingin menangis sekarang. Debaran jantung dan semua rasa dalam hatinya membuat Asiy bingung sendiri.

Dengan tangan bergetar, Asiy menyalimi tangan Azam sambil berucap berdiri "waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh, mas" Azzam kembali tersenyum.

(◕દ◕)

"Asiyah!" PekikAta tanpa malu berlari ke atas panggung, Leana di belakangnya berjalan dengan wajah ditekuk membuat Asiy bertanya-tanya.

"Maafin Ata ya telat, eh kak Azam. Congratulation buat kalian" Ata memeluk Asiy.

"Kenapa telat? "Tanya Asiy.

"Tadi ada calon imamnya, ngotot mau ikut, Atanya nggak mau, jadi harus kabur-kaburan dulu "jawab Leana sebal.

"Ya abisnya orangnya nyebelin, pasti kalau di bawah sini rempong "

"Nggak boleh gitu sama calon imamnya!" Leana menoyor kepala Ata.

"Au ah, mau bicara sama kak Azam aja. Kalian nyebelin" Ata berdiri di depan Azam "hai kak Azam. Aku kaget banget sumpah begitu tahu sama kak Azam. Asiy diem-diem bae kalau kadang aku cerita tentang kak Azam kalian juga nggak pernah kelihatan dekat. Langsung halal aja, nggak asik kalian tuh "bersedekap, terlihat merajuk.

"Ya terus kita harus bagaimana? Emang harus pacaran dulu?" Tanya Azam.

"Nggak tahu, kaget aja sih tiba-tiba sebar undangan "

"Aku sih nggak begitu kaget. Dulu waktu masih ospek aja kak Azam yang nolongin ASI waktu dia pingsan dan di sana sih aku udah menduga kalau kalian nggak cuma saling kenal, kak Azam kelihatan khawatir banget "ucap leana membuat Asiy juga ingin mempertanyakan tentang itu, mungkin nanti.

"Woi udahan dong, lama banget cuma salaman juga "suara itu berasal dari seseorang yang baru saja naik panggung.

"Kamu ngikutin aku ya!" Tuduh Ata dengan muka bersungut-sungut. Yang di depannya ini adalah cowok yang sangat menyebalkan tapi sayangnya justru menjadi seseorang yang dijodohkan kepadanya.

"GR banget. Azam kan temen aku juga, aku juga dapat undangan kali "ya benar, Rendy, tunangan Ata memang teman fakultas Azam yang lumayan dekat dengannya. "aku tadi ngajakin bareng cuma biar hemat aja, nggak usah GR"

Ata menghentakkan kakinya kesal dan tanpa pamit turun dari panggung.

"Eh Ata! Mau ke mana? "Tanya Leana.

"Nyari cowok "jawab apa asal tanpa menoleh.

"Eh ngelunjak. Ya udahlah, Zam, congratulation ya, maafin drama aku barusan, unfaedah banget deh "

"Makasih, kalian pacaran? "Tanya Azam.

"Emangnya dengan interaksi kayak gini pantes dibilang pacaran?" Rendy menaikkan sebelah alisnya.

"Nggak juga sih " Azam menggeleng.

"Aku dijodohin sama dia, udah dari dulu sih sebenarnya, cuma ya gitu, aku sama dia belum saling suka "Rendy menatap Ata yang sedang duduk dengan membawa minuman.

"Aku doain biar cepet nyusul aku "Azam menepuk pundak Rendy. Rendy hanya mengendikkan bahunya.

"Siy, kak Azam, aku turun dulu ya "pamit Liana yang dari tadi diam. Asiy mengangguk.

(´∩。• ᵕ •。∩')

Asiy masuk ke kamar Azam, setelah resepsi di rumahnya, ASI memang langsung diboyong ke rumah Azam. Karena resepsi dilakukan tiga hari dan yang dua hari dilaksanakan di rumah Azzam. Hari pertama untuk teman-teman Asiy dan Azam, hari kedua untuk para keluarga dan kiai-kiai, hari ketiga untuk santri dan wali santri.

"Kamu mandi duluan aku barusan dipanggil Abah "ujar Azam seraya memberi Asiy handuk, tanpa melihat Asiy, mungkin Azam masih canggung.

"Makasih" Asiy menerima handuk tersebut dan berlalu ke kamar mandi yang ada di dalam kamar. Setelah pintu kamar mandi tertutup, Azam berlalu, masih ada beberapa tamu dan beberapa Kiai yang mungkin tidak bisa hadir besok.

(´∩。• ᵕ •。∩')

Azzam keluar kamar mandi, duduk di samping ASI yang sedang menonton televisi. Mereka diam, tidak ada yang berniat membuka suara hingga kecanggungan melanda. Asiy berinisiatif membuka percakapan.

"Mas"

"Asiy" mereka berucap bersamaan, membuat suasana semakin canggung.

"Mas Azzam duluan" ujar Asiy.

"Maaf karena sebelum menikah , aku mencintai seseorang, bertahun-tahun" Asiy diam, kalau Azam menyukai seseorang, kenapa justru menikahinya? Walaupun Asiy juga bertahun-tahun mencintai Azam.

"Kok kamu nggak tanya siapa" Asiy menatap azam yang juga menatapnya, harus ya Asia tahu orang yang dicintai Azam selama bertahun-tahun.

"Siapa?" Asiy bertanya

"Asiyah Al manawi" Asiy melongo. Itu namanya kan? Mendadak Asiy menjadi orang linglung.

"Kamu mau tahu bagaimana ceritanya?" Tanya Azam sambil tersenyum Asiy mengganggu dan Azam mulai menceritakan semuanya.

(´∩。• ᵕ •。∩')

Don't be silent reader, please

Support me

love you in my prostrationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang