part 24

69 7 1
                                    

Seindah itu memang, asal Allah berkehendak, semua akan menjadi sangat mudah.

/╲/\╭(•‿•)╮/\╱\

Semudah itu memang kalau Allah sudah menakdirkan. Tanpa pendekatan, tanpa pacaran, baper baperan, jalan dan yang lainnya sudah langsung dilamar. Ayah yang sudah tau karakter Azam dan keluarganya pun langsung menerima, ibu setuju setuju saja. Azim dan Fauzan juga tidak menunjukkan rasa tidak sukanya, artinya mereka menyukai Azam.

Meskipun Asiy sudah resmi dilamar, namun semua masih berjalan seperti biasa. Asiy tidak pernah bertemu dengan Azam. Selesai waktu liburan, Asiy kembali ke pesantren An-Nawawi seperti biasa. Asiy bahkan tidak memberi tau Sania dan Qeyla, rencananya, Asiy akan memberi tau sekalian membagi undangan, mungkin seminggu sebelum hari H.

Yang berbeda hanya umik, beberapa kali umik memanggil Asiy ke ndalem untuk sekedar bercengkrama dan memberikannya beberapa hadiah. Umik juga sering bercerita tentang Azam, membocorkan beberapa tingkah lucunya saat kecil dulu.

Dari umik Asiy tau kalau Azam cukup pendiam dan bertanggung jawab. Azam jarang bahkan tidak pernah berkeluh kesah atau menceritakan masalahnya dengan orang lain, termasuk umik. Umik sangat kaget karena Azam tiba tiba ingin melamar Asiy. Tapi karena umik berpikir kalau Azam adalah orang yang bertanggung jawab dan tidak berpikir cetek, umik menyetujui permintaan Azam, begitu juga abah. Abah hanya menyuruh Azam shalat istikharah dan setelah nya Azam semakin merasa mantap meskipun umurnya terbilang masih muda.

Satu bulan lagi pernikahan akan dilangsungkan, semua persiapan sudah diurus orang tua Asiy, Azim, umik, dan Abah. Asiy benar benar tidak tau tentang segala sesuatunya. Yang Asiy tau hanya bajunya karena kemarin Asiy memilih sendiri bersama ibu dan Azim.

Setelah menikah rencananya Asiy akan tetap melanjutkan kuliahnya yang tinggal setengah semester itu dan hanya mengambil cuti beberapa hari.

Satu bulan bukanlah waktu yang lama dan menikah juga bukan hal sepele yang berlangsung satu atau dua hari saja. Jika memikirkan itu, terkadang rasa ragu muncul pada diri Asiy, karena bagaimanapun seringnya Asiy menyebut nama Azam dalam sujudnya, nyatanya Asiy tidak benar benar mengenal Azam secara dekat. Tapi Asiy yakin, inilah yang Allah berikan untuknya dan itu pasti yang terbaik. Allah sangat baik dengan mengabulkan doa doanya.

Tapi satu yang masih mengganggu pikirannya, Qeyla. Besok Asiy akan menanyakan ini pada Qey, dan jika perlu ia akan menceritakan semuanya pada Sania dan Qeyla.

/╲/\╭(•‿•)╮/\╱\

"Assalamualaikum" Qey meletakkan tas nya di atas meja dengan wajah datar. Membuat Asiy dan Sania kebingungan, kemana wajah ceria yang selalu Qey tunjukkan?

"Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Kamu kenapa?" Tanya Asiy langsung. Qey menggeleng. Duduk di bangkunya, menghela nafas kasar lalu menelungkupkan wajahnya di lipatan tangannya.

"Qey, aku mau tanya sesuatu sama kamu boleh?" Asiy menyentuh pundak Qey membuat sang empunya menoleh masih dengan wajah datarnya, terlihat enggan.

"Apa?"

"Kamu masih suka sama kak Azam?" Qey kembali menghela nafas. Membuat Asiy menerka nerka.

"Kenapa emangnya?" Asiy menggeleng.

"Sama kayak yang dulu dibilang Sania, Qey suka sama kak Azam itu cuma cinta monyet doang. Ya tapi Qey itu nggak monyet ya. Qey juga tau kok kalo Qey ngga bakal sama kak Azam. Aku itu sebenarnya cuma kagum sama kak Azam. Ya walau kagumnya agak berlebihan karena sampek bela belain masuk BEM segala. Masalahnya, Qey itu seneng liat wajah kak Azam, udah ganteng ngga ngebosenin lagi. Tapi kalo disuruh sama kak Azam beneran Qey juga mau kok"

"Ye" Sania menoyor kening Qey membuat Qey terkekeh, wajah ceria nya kembali.

"Kenapa kamu bilang nggak akan sama kak Azam? Kan nggak ada yang nggak mungkin. Nothing is impossible. Gimana kalo ternyata kak Azam suka juga sama kamu?" Asiy kembali bertanya, dan wajah Qey kembali murung.

"Aku tuh sebenarnya udah dijodohin, sejak kecil malahan. Walaupun aku nggak suka sama orang itu tapi aku nggak bisa nolak. Kak Azam cuma buat seneng seneng aja, ganteng soalnya, liat wajah nya itu nyenengin"

"Seriusan?"

"Iya, bahkan aku udah mau nikah"

"What?" Pekik Asiy dan Sania berbarengan.

"Iya, kalau aku udah lulus, satu semester lagi, insyaAllah"

"Emang sama siapa?"

"Kakak tingkat. Satu angkatan sama kak Azam, anak farmasi" jelas Qey ogah ogahan.

"Ganteng ngga?" Tanya Sania yang dibalas anggukan.

"Tapi masih ganteng kak Azam"

"Terus kenapa nggak suka?" Tanya Asiy.

"Ya emang nggak suka aja. Sekarang sih, nggak tau kalau besok" Qey mengendikkan bahunya.

"Terus kenapa tadi kamu berangkat wajahnya ditekuk?" Asiy kembali melontarkan pertanyaan.

"Ya itu, dia Dateng ke rumah. Terus nganterin ke sini"

"Seneng dong harusnya, kan dia baik"

"Baiknya ke semua cewek masalahnya" Qey semakin menekuk wajahnya membuat Asiy dan Sania tergelak.

Setelahnya Asiy bernafas lega, setidaknya apa yang beberapa hari ini mengganggu pikirannya sudah hilang. Walau dengan hal yang tidak pernah Asiy duga, semoga semuanya akan tetap baik baik saja kedepannya. Bismillah...

Sania menatap Asiy dalam membuat Asiy yang merasa diperhatikan menoleh. Asiy mengangkat sebelah alisnya sebagai bentuk bertanya.

"Aku tau apa yang sedang kamu pikirkan" ucap Sania membuat Asiy menunjukan ekspresi bingung, seolah tak tau apa apa.

"Emangnya Asiy mikirin apa?" Tanya Qey tidak paham.

"Nggak ada, Sania itu yang ambigu" potong Asiy cepat dan Sania hanya diam.

/╲/\╭(•‿•)╮/\╱\

Hari ini adalah hari dimana semuanya akan berubah. Ya, ini adalah hari pernikahannya, dimana Asiy akan dipersatukan dengan orang yang selama ini ada dalam doanya, Azam Asy-Syirbini. Seindah itu memang, asal Allah berkehendak, semua akan menjadi sangat mudah.

Asiy masih duduk di kamarnya, ditemani ibu dan umik. Beberapa saat lalu rasa ragu kembali hadir dalam hati Asiy hingga Asiy memutuskan untuk shalat istikharah.

Asiy diam, matanya lurus menatap layar yang menunjukkan proses acara berlangsung dan kini tengah menyoroti lelaki berjas hitam yang terlihat menawan di tempatnya. Dengan mantap Azam menanggapi ucapan calon ayah mertua nya, tanpa kesalahan dan dengan suara yang meyakinkan. Suara Azam terdengar lantang penuh keyakinan hingga semua yang hadir menyerukan satu kata yang sama. 'sah'.

Satu tetes air mata turun dari masing masing matanya tanpa diminta. Membentuk sebuah aliran sungai di pipi Asiy. Kini status nya sudah berubah, tidak lagi menjadi gadis lajang yang bebas kesana kemari. Tadi malam, ibunya sudah memberi banyak wejangan tentang bagaimana menghadapi suami dan berbagai permasalahan rumah tangga. Karena setiap hubungan pasti ada tidak enak nya. Tapi Asiy berdoa agar semua tetap baik baik saja.

/╲/\╭(•‿•)╮/\╱\

Please, don't be silent readers okey?

Thank you

love you in my prostrationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang