part 32

55 3 0
                                    

"Azzam!" Panggil Agam begitu Azam memasuki ruangan.

"Assalamualaikum!" Tegur Azzam

"Hehe, iya lupa, maaf. Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh"

"Kenapa?"

"Lo lagi ada masalah ya?" Agam memandang Azam. Azam diam, sebenarnya masalah kemarin sudah ia maafkan, hanya saja saat mengingat wajah Umi yang kecewa membuat Azam ikut sebal.

"Nggak, cuma lagi nggak mood aja"

"Oh ya udah"

"Kenapa emang?"

"Nggak papa. Mood kamu lagi nggak bagus, nanti aja"

"Sekarang aja, lah" Azam mendesak karena penasaran.

"Jadi gini" Agam menghela nafas "Aku nggak tahu ini bakal berakibat baik atau enggak. Aku harap kamu nggak gegabah walau lagi nggak mood"

"To the point lah, gam"

"Oke kemarin aku lagi jalan di taman kota. Dan ini" Agam mengotak-atik hp-nya lalu diberikan kepada Azam. Walau bingung, Azam tetap menerimanya, memandang Agam sebentar lalu mengalihkan pandangan pada layar handphone tersebut.

Tangan kiri Azam terkepal di sisi tubuhnya dan wajahnya lebih mengeras.

"Aku harap kamu nggak gegabah, aku foto karena aku rasa kamu perlu tahu. Bukan buat adu domba kalian"

"Makasih" Azam memberikan handphone itu pada empunya "itu teman dia kok. Dia udah izin sama aku" ujar Azam tersenyum menutupi apa yang sedang ia rasakan. Dan dari situ Azzam semakin tidak beberapa pekerjaan tidak terselesaikan pada waktunya.

(´∩。• ᵕ •。∩')

"Assalamualaikum" Azam membuka pintu utama, kosong. Lalu berjalan menuju kamar, kembali mengucap salam dan sama, kosong. Azam memutuskan untuk mandi, hari ini terasa sangat melelahkan.

"Ceklek" Asiy mendongak saat mendengar pintu kamar mandi dibuka. Asiy menampilkan senyumnya sambil membawa baju ganti untuk Azam yang keluar hanya dengan handuk yang melilit di pinggangnya.

"Dari mana kamu?" tanya Azam tanpa menatap Asiy, membuat Asiy bersusah payah mempertahankan senyumnya yang akan luntur.

"Tadi pergi ke rumah Bude Ajeng. Habis itu Umi minta pijit karena pegel" maaf karena pas mas pulang Asiy nggak ada.

"Mas harap kali ini kamu nggak bohong, lagi" Azam menekankan kata lagi membuat Asiy takut. "Asiy nggak bohong kok mas" Asiy masih tersenyum.

"Kemarin kamu juga bilang gitu, padahal kamu bohong" Azam menjawab. Senyum Asiy langsung luntur. Azam hendak berlalu tapi ASI menahan lengannya.

"Asiy nggak bohong, demi Allah"

"Oke, mas percaya untuk kali ini. Tapi bisa jelasin kenapa kemarin kamu bohong pergi sama temanmu padahal kamu pergi sama Arkan?" Asiy menurunkan tangannya dari lengan Azam, jantungnya berpacu dengan cepat.

"Asiy bisa-"

"Nggak usah ngelak, sesusah itu ya ngomong jujur? Sampai harus orang lain yang bilang ke aku?" Lidah Asiy rasanya keluh untuk menjawab, ditambah tatapan Azam yang seolah menusuknya membuat Asiy terdiam.

"Mas pernah bilang kan! Jangan bohong apalagi khianati mas!" Setelahnya Azam terlalu pergi, meninggalkan Asiy yang sudah berkaca-kaca.

love you in my prostrationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang