part 11

64 6 0
                                    

"Ya Allah biarkan hamba memupuk rasa ini dalam kesepian. Biarkan hamba mencintainya dalam sujud hamba. Ya Allah, jangan Kau hukum hamba karena berani memupuk rasa yang belum semestinya ada ini Ya Allah"

/╲/\╭(•‿•)╮/\╱\

Selamat Asiyah, aku jadi ikut bangga walau bukan aku yang menang. Ini aku ada buku kosong, aku nggak tau mau buat apa, jadi aku kasih aja ke kamu buat hadiah, siapa tau berguna. Saran aku buat nyimpen rumus rumus aja biar gampang belajarnya.
Semangat Asiyah, aku tau kamu berbakat, kamu akan jadi juara untuk selamanya. Akan ada banyak piala yang kamu dapat, aku yakin itu. Mungkin hadiahnya emang nggak sampai aku, tapi aku bangga mengenalmu.
Never give up, i know you can.
Maaf bahasanya aneh gini, nggak pandai nulis soalnya.

Azam Asy-Syirbini

___

Asiy melipat kembali kertas itu dengan jerinvat dingin. Ini terlalu mendebarkan, ia tidak pernah menyangka Azam akan melakukan ini padanya. Asiy sungguh bahagia.

"Ya Allah biarkan hamba memupuk rasa ini dalam kesepian. Biarkan hamba mencintainya dalam sujud hamba. Ya Allah, jangan Kau hukum hamba karena berani memupuk rasa yang belum semestinya ada ini Ya Allah" Doa Asiy dalam sujud terakhir tahajudnya hari ini.

Sungguh sekalipun Asiy mencintai Azam, Asiy lebih mencintai penciptanya dan takut jika Allah melaknatnya karena mencintai lelaki yang belum halal untuknya.

Setelah selesai dengan kegiatannya, Asiy melepas mukenanya, melipat dan menyimpannya. Tangannya mengambil kertas yang berisi tulisan tangan Azam yang rapi. Lalu membuka lokernya dan mengambil buku bersampul tebal biru denim, mengambil double tape lalu menempelkan kertas itu di lembar terakhir bukunya.

"Kalau gini kan jadi tambah semangat belajatnya, hehe" Asiy cekikikan sendiri melihat tulisan tangan Azam yang sudah tertempel rapi di bukunya.

"Asiy!" Panggil seseorang. Asiy mengedarkan pandangannya ke sekeliling, semua masih tertidur. Mendadak bulu kuduk Asiy meremang.

"Asiy!" Panggil suara itu dengan lebih keras, ternyata Aqila yang kini sudah duduk dengan rambut berantakan.

"Ngagetin aja"

"Kamu yang ngagetin. Malem malem begini cekikikan sendirian, nggak jelas. Mana suaranya kayak mbak kunti lagi" Gerutu Aqila sebal.

"Hehe, ya maaf. Lagian ini udah nggak malem, tahajud sana. Dari pada tidur lagi kan nanggung" Saran Asiy.

Aqila mengangguk, lalu bangun. Mengikat rambut panjangnya agar tidak seperti mbak kunti. Di luar masih gelap, kan nggak lucu kalau Asiy salah menggandeng wanita berdaster lusuh yang sering cekikikan nggak jelas.

/╲/\╭(•‿•)╮/\╱\

"Semangat mbak Mela, mbak Dona, dan mbak mbak lainnya" ucap Asiy saat Mela, Dona, dan teman temannya melintas di depannya dengan seragam rapi dan kokat yang menggantung di leher masing masing berisi identitas.

Hari ini kelas dua belas UN, jadi kelas yang lain diliburkan. Asiy dan yang lain sedang bersantai di depan kamar.

"Jangan cuma semangatin, doain juga"

"Pasti"

"Doanya aja"

Begitulah jawaban mereka, Asiy dan temannya cekikikan melihat wajah tegang mereka yang disembunyikan.

love you in my prostrationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang