part 15

77 6 0
                                    

"Ayah nggak mau islam terkenal sebagai agama yang primitif. Mentang mentang beda keyakinan langsung putus hubungan. Islam itu rahmatallilalamin, kita nggak boleh berpikir sesempit itu"

/╲/\╭(•‿•)╮/\╱\

"Nama lo Asiyah kan?" Tanya Arkan setelah ibu masuk ke dalam.

"Kamu mau mengulang sesi perkenalan?"

"Haha, ya enggak. Cuma setau aku biasanya nama orang muslim tuh Aisyah kok kamu Asiyah? Nggak salah nulis di akte kelahiran kan?"

"Ngeledek"

"Ya enggak, serius nanya"

"Aisyah itu nama istrinya Rasulullah, nabi umat islam. Sedangkan Asiyah itu istri Fir'aun. Fir'aun itu kafir bahkan mengaku dirinya tuhan tapi Asiyah tetep teguh memegang ajaran Allah, dia juga yang mengadopsi dan mengurus nabi Musa, nabinya orang islam juga. Kedua wanita itu adalah pilar nya umat islam selain Fatimah, putri Rasulullah dan Khadijah, istri pertama Rasulullah. Ayah ingin aku setangguh Asiyah dalam memegang ajaran Allah, seklaipun aku berada di antara orang kafir"

"Gue pernah baca ceritanya Fir'aun, tapi nggak tau ceritanya Asiyah"

"Kenapa baca ceritanya Fir'aun?"

"Karena gue kadang penasaran sama orang islam yang bisa ibadah lima kali sehari di masjid, nama Fir'aun kan sering kesebut. Nggak tau juga kenapa gue sering dengerin tetangga gue baca al-qur'an"

"Membaca al-qur'an memang menyenangkan, menyejukkan dan bikin hati kita tenang. Beberapa ayat al-qur'an juga dijadiin obat penyakit" Asiy tersenyum. Dia jadi ingat kalau dia ingin masuk jurusan tahfiz tapi belum membicarakannya pada orang tuanya.

"Gue pulang ya, udah malem"

"Loh, kan kamu emang dateng nya sore"

"Iya juga. Besok lagi deh gue kesini, di rumah juga bosen, sepupu gue orangnya lempeng akut, suka pemgen bacok takut dosa. Tapi nggak enak diliat tetangga udah gelap gini"

"Ya udah, aku bilangin ibu dulu" Asiy masuk ke dalma mencari ibunya mengatakan kalau Arkan akan pulang.

"Makasih tante tumpangan duduk, minum sama ngobrol nya tante" ujar Arkan sebelum naik ke motornya. Arkan melaju dengan kecepatan tinggi. Mumpung nggak macet kayak Jakarta, pikirnya.

/╲/\╭(•‿•)╮/\╱\

"Yah, Asiy mau bilang" Mereka sekeluarga sedang berkumpul di ruang keluarga ditemani televisi dan gorengan yang masih anget baru diangkat dari penggorengan kecuali Uzan, dia masih terlelap di kamarnya.

"Apa?"

"Asiy pengen masuk jurusan tahfiz" ujar Asiy. Asiy dapat melihat binar bahagia di mata ayahnya dalam keterkejutannya.

"Kenapa?" Asiy menggeleng, tak tau alasan apa yang akan diutarakan.

"Niatnya harus lillahita'ala ya" Asiy mengangguk menganggapi ucapan ibunya.

"Tapi apa nanti kamu nggak kerepotan sekolah sama hafalan? Bukannya nggak suka ibu cuma nggak mau kamu keberatan"

"Enggak kok bu insyaAllah Asiy bisa" Asiy tersenyum, berusaha meyakinkan.

"Tanpa paksaan kan?" Ayah memastikan.

"Enggak kok yah, emang Asiy yang pengen"

love you in my prostrationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang