Rasanya Asiy ingin mencak-mencak. Sejak Arkan mengucapkan satu kalimat gila itu Asiy langsung pergi menemui kedua sahabatnya, tanpa pamit dan Arkan pun tidak mengejarnya. Asiy rasa Arkan sedang stress dan perlu sendiri namun sampai rumah pun Asiy masih memikirkannya.
"Dikira agama sebercanda itu apa?" Asiy masih menggerutu.
"Kenapa sih dari tadi kayak sebel gitu?" Azam yang berada di meja kerjanya menoleh. Saking tebalnya masih bahkan tidak sadar kalau Azam sudah pulang Azam.
"Kemarin ada orang gila ngomong nggak bener"
"Udah tahu orang gila, ngomongnya ya pasti nggak bener, ngapain dipikirin?" Azam menaikkan sebelah alisnya.
"Iya juga ya" Asiy jadi bingung sendiri Azam menggelengkan kepalanya lalu kembali fokus ke pekerjaannya.
Asiy menghela nafas kasar. Kenapa ia jadi selalu memikirkan Arkan? Orang patah hati kan memang sering ngelantur, harusnya tidak ia pikirkan.
(´∩。• ᵕ •。∩')
Asiy selesai bermurojaah. Azam baru saja pergi setelah menyimak hafalannya. Azam memang mengharuskan Asiy untuk menjaga hafalannya dengan bermurojaah. Dan ba'da ashar seperti inilah waktu yang tepat menurutnya. Karena kalau tidak disempatkan pasti tidak akan sempat menyadari Azam yang makin sibuk dan Umi yang mulai mengalihkan tugas pesantren kepadanya. Tidak sepenuhnya, tapi sudah membuat Asiy kerepotan jika tidak segera beradaptasi. Untung saja abah dan Umi sangat pengertian, serta Azam dan adik iparnya yang tidak banyak menuntut.
Asiy membuka HPnya, banyak panggilan tidak terjawab dari nomor yang belum masuk ke kontaknya tapi sudah sangat Asiy hafal. Untung hp-nya kini Asiy silent, kalau tidak pasti sangat mengganggu acara bermurojaah tadi.
Saat sedang asyik berselancar ke dunia maya, ada panggilan dari nomor yang sama Asiy mengangkatnya. Siapa tahu penting kan?
"Assalamualaikum" suara di seberang sana membuat Asiy mematung. Asiy menurunkan handphone dari telinganya, memandang nomor itu, itu nomor Arkan. Asiy hafal karena Arkan sering meneleponnya.
"Arkan jangan bercanda ya" Asiy berbicara serius. Apa seminggu terakhir ini Arkan mengalami benturan di kepalanya?
"Hahaha" di gelak tawa terdengar dari seberang sana "kalau ada orang salam itu dijawab Asiy bukan dianggurin malah dibilang bercanda" Asiy masih diam enggan menjawab salam tadi. Ia harap Arkan tidak betulan gila.
"Asiy? Kok diem?" Suara Arkan kembali terdengar.
"Maksud kamu apa ngucap salam?"
"Loh? bukannya orang Islam harusnya menyapa dan mengawali percakapan dengan salam?"
"Iya tapi hanya untuk sesama muslim"
"Dan aku muslim"
"Jangan gila" Asiy berbicara penuh penekanan.
"Gue masuk Islam Asiy. Alhamdulillah bukan gila"
"Kita perlu ketemu, assalamualaikum" Asiy langsung memutus sambungan teleponnya, membuka aplikasi yang bisa menjawab hampir semua pertanyaan kita, Google. Berita seorang Arkan pengusaha terkenal harusnya selalu update kan?
Asiyah menutup mulutnya dengan sebelah tangannya ketika melihat sebuah video dari hasil pencariannya, video dengan judul 'Arkan penerus perusahaan raksasa masuk Islam'
Asiy menyetel video tersebut, video dengan latar masjid agung Semarang itu menampilkan Arkan sedang mengucapkan kalimat sakral, syahadat dibantu seorang kyai yang sangat Asiy kenal dan itu adalah Abah.
(´∩。• ᵕ •。∩')
Setelah mengirim lokasi untuk bertemu dengan Arkan. Asiy juga bersiap-siap. Dan karena pikirannya tidak, ia melupakan satu hal yang mungkin akan mengundang marah seseorang.Asiyah pergi dengan mobil karena Umi tidak begitu menyukai kalau cewek naik motor apalagi anak dan menantunya. Setelah pamit pada Umi dan adik iparnya karena sempat melihatnya menonton televisi. Asiy segera menuju ke taman kota. Asiy memilih taman karena sore begini taman ramai jadi tidak begitu private.
Sampai di sana Asiy mencari sosok lelaki berwajah tampan yang ia kenali, karena Arkan bilang sudah sampai. Asiyah melihat Arkan sedang duduk sendirian di bangku taman dan menghampirinya.
Bangku itu sangat strategis menurut Asiy karena sedikit berjarak dari keramaian namun juga bukan di tempat yang sepi. Arkan yang menyadari kedatangan Asiy mengalihkan tatapannya dari layar handphone dan mengulas senyum di wajahnya.
"Assalamualaikum" sapa Arkan masih dengan senyum di wajahnya.
"waalaikum salam warahmatullahi wabarakatuh" jawab Asiy tanpa melihat Arkan. Jika orang melihat, mereka seperti sepasang kekasih yang bertengkar karena Asiy mengalihkan pandangan padahal Arkan menatapnya. Duduk mereka juga berjauhan
"Kenapa ngajak ketemu? Pasti bukan karena kangen"
"Kenapa masuk Islam?" tanya Asiy to the point. entahlah, dia tidak berselera basa-basi. Padahal dulu Asiy sangat senang mengobrol dengan Arkan entah itu hanya basa-basi atau sampai ke pembicaraan serius.
"Hahaha kalau ada orang masuk Islam harusnya lo bilang alhamdulillah bukan malah kayak gini"
"Aku tanya kenapa masuk Islam?" ujar Asia benar-benar serius.
"Karena dapat hidayah dari Allah"
"Kamu tahu apa yang aku maksud kenapa" Arkan menghela nafas berat.
"Gue cinta sama lo" Arkan menatap lurus ke depan, ke beberapa orang tua yang asik bermain pada anaknya.
"Itu alasan kamu masuk Islam? Agama enggak sebercanda itu Arkan kamu enggak bisa khianatin Tuhan kamu Karena manusia!" Asiy menatap Arkan tajam.
"Gue belum selesai ngomongnya, siy" Arkan menatap Asiy, Asiy memalingkan wajahnya kembali.
"Terusin!" Perintah Asiy dan Arkan menurut.
"Mungkin gue gila atau emang gila. Awalnya gue pengen masuk Islam cuma buat bisa dapetin lo. Tapi Allah kasih hidayah ke gue. Allah mempertemukan gue sama anak kecil yang kehilangan orang tuanya dia nangis dibalik kerudung dan niqobnya. Gue mendekat, dia sempat berpikir bahwa aku ini orang jahat. Setelah gue yakinin anak itu mau ikutin gue cari orang tuanya.
Gue mau pegang tangannya biar dia nggak ilang lagi, tapi dia bilang gue bukan mahramnya dan dia cuma mau pegang kaos gue gue kagum sama dia anak berumur 5 tahun itu sangat taat beragama. Saat nunggu di kantor polisi, aku tanya kenapa dia pakai tutup muka yang akhirnya gue tahu itu adalah niqob. Dia jawab kalau dia malu membuka wajahnya. Gue tanya apa dia punya luka di wajah? Dia jawab dia malu jika wajahnya dilihat oleh lain mahramnya. Dia cuma bukan niqop di depan orang tua dan saudaranya.
Gue ngetes dia mau nggak buka niqob kalau beliin dia boneka dan kasih uang dengan mantap dia menolak. Saat ibunya datang dia menangis dan berkata "Allah sangat baik hingga aku di pertemukan dengan orang baik dan membantuku. Alhamdulillah, bunda Allah sangat baik hingga mempertemukan kita kembali" ibunya menjawab "iya, Allah baik dan tak akan membiarkan hambanya dalam kesedihan"
(´∩。• ᵕ •。∩')
Don't be silent reader, please
Support me
Okey?
Like
Like
Like
Star
KAMU SEDANG MEMBACA
love you in my prostration
RomancePLAGIAT DILARANG MENDEKAT, PLEASE!!!! ayahku memberi ku nama Asiyah agar aku bisa setangguh Asiyah sang mawar gurun pasir. Namun ayahku tak ingin aku menikah dengan lelaki seperti Fir'aun, ayahku ingin aku menikah dengan lelaki sebaik Ali. Sesuci ci...