Orang tua kita udah berpanas panasan untuk mencari nafkah di dunia masak besok di akhirat harus ngerasain panas lagi sih?
***-_-***
"innalilahi wa innailaihi rojiun, kok bisa?" Tanya Asiy kaget mendengar berita yang disampaikan Aqila barusan. Begitu juga Vina dan Bina yang juga berseru kaget.
"Ya kalau emang Allah udah berkehendak, takdir udah ditentukan dan malaikat udah datang ya bisa kan?" Jawab Aqila sambil memutar bola matanya malas. Pertanyaan yang sungguh tidak penting, kenapa orang bisa meninggal? Tentu saja jawabannya adalah karena malaikat Izrail sudah diperintahkan oleh Allah untuk mencabut nyawa si Fulan.
"Maksudnya kronologi nya" Asiy geram mendengar kelemotan temannya.
"Ouh" Aqila mengangguk.
"Ouh apa?" Desak Vina.
"Ouh, kalau kronologi nya aku juga nggak tau. Tadi Sella cuma diberitahu kalau ayah nya meninggal terus dijemput deh" Asiy, Vina dan Bina mendesah kecewa, mereka kira Aqila menjawab ouh karena tau, ternyata tidak.
"Ya udah, tunggu aja sampek Sella balik kesini" usul Vina yang hanya bisa diangguki oleh yang lain.
"Udah ashar, wudhu aja yuk" ajak Bina karena azan ashar memang sedang dikumandangkan dari masjid pondok putra.
"Bentar, nunggu azan ashar nya selesai dulu. Kita dengerin lalu jawab azannya" Asiy mencegah temannya yang akan bangkit.
"Ouh iya" lalu mereka menjawab azan dan berdoa lalu setelahnya beranjak wudhu dan menunaikan shalat ashar den berjamaah.
***
"Qil" panggil Asiy pada Aqila yang sedang membaca novel. Malam malam begini, Aqila memang membaca novel. Bina sedang mengobrol bersama teman yang lain di luar sedangkan Vina sudah terlelap di sampingnya.
"..." Tidak ada jawaban membuat Asiy geram. Cewek ini kalau sudah dihadapkan dengan novel, konsentrasi nya sulit teralihkan.
"Aqila!" Panggil Asiy sangat keras di telinga Aqila membuat Aqila terlonjak kaget hingga novel nya hampir terjatuh jika tidak segera ditangkap.
"Kamu tuh ngagetin aja sih" gerutu Aqila sebal karena dia sedang berada di titik klimaks.
"Harusnya aku yang sebel. Kamu kalo udah sama novel dipanggil panggil nggak nyaut sih" Asiy membela diri.
"Ya udah iya apa?" Tanya Aqila malas menanggapi. Ingin segera meneruskan membaca novel.
"Kamu kenapa pengen masuk jurusan Tahfiz?" Tanya Asiy serius membuat Aqila menatap bola matanya beberapa detik.
"Kamu kenapa pengen tau jawabannya?" Aqila bertanya balik. Hanya ingin mengetes keseriusan Asiy. Aqila tidak mau menjelaskan alasan kenapa ia masuk jurusan Tahfiz kepada orang orang yang tidak benar benar ingin tau penjelasannya. Dia dia dia berbicara jika tidak benar benar didengarkan.
"Aku serius Aqila. Kalo nggak serius aku mending tidur" ucap Asiy mantap menunjuk keseriusan nya. Aqila mengangguk, memutuskan akan menjelaskan nya pada sahabat di depannya ini.
"Aku pengen jadi Hafidhoh karena pengen bales budi ke kedua orang tua ku, itu alasan yang paling utama"
"Bales budi? Maksudnya?" Asiy menggaruk kepalanya yang tidak gatal, tidak paham dengan maksud balas budi Aqila.
KAMU SEDANG MEMBACA
love you in my prostration
RomancePLAGIAT DILARANG MENDEKAT, PLEASE!!!! ayahku memberi ku nama Asiyah agar aku bisa setangguh Asiyah sang mawar gurun pasir. Namun ayahku tak ingin aku menikah dengan lelaki seperti Fir'aun, ayahku ingin aku menikah dengan lelaki sebaik Ali. Sesuci ci...