pantaslah jika memang saat ini hamba merasakan sakit hati karena sesungguhnya tempat berharap hanya Engkau.
/╲/\╭(•‿•)╮/\╱\
"Sania, Asiy, sekarang Qey tau satu hal tentang dia" ucap Qey penuh semangat.
"Dia siapa lagi ini?" Tanya Sania dengan malas, sementara Asiy masih sibuk dengan siomay nya.
"Yang kemaren aku bilang suka itu loh"
"Ouh" Sania membalas pendek.
"Ih, ouh doang jawabannya. Mau cerita sama Asiy aja deh" Qey menyerong menghadap Asiy yang duduk di sebelahnya.
"Apa?" Tanya Asiy.
"Aku udah tau nama anaknya" Qey berkata dengan mata berbinar.
"Siapa?"
"Azam, Azam Asy-Syirbini. Anak BEM. Ganteng banget deh pokoknya" Qey bercerita dengan menunjukkan raut bahagianya.
Jantung Asiy seketika berhenti berdetak. Mengapa harus pemilik nama itu? Nama yang sama dengan nama yang setiap hari ada dalam sujud dan doanya.
"Azam Asy-Syirbini?" Asiy memastikan sekali lagi. Berharap kalau bukan nama itu yang keluar dari mulut temannya, semoga Asiy hanya salah dengar.
"Iya, yang kemarin itu loh. Kan aku udah kasih liat, emang sih anaknya agak pemalu gitu, kalau jalan nih ya, nggak pernah liat cewek. Idaman deh pokoknya" Qey masih bercerita, belum menyadari perubahan raut wajah Asiy.
"Ouh" Asiy hanya bisa membalas itu.
"Ih, kalian nih ya. Qey udah cerita panjang lebar kalian jawabnya ouh doang. Nyebelin banget" Qey melipat tangan di depan dadanya.
"Az-" Sania yang hendak menjawab ucapan Qey terpotong Asiy.
"Masuk kelas yuk. Udah mau masuk ini" Asiy bangkit dan berjalan cepat, ingin segera keluar dari obrolan ini. Ia masih merasa sesak dan syok.
"Tungguin!" Teriak Sania dan Qey bersamaan, lalu berlari menyusul Asiy.
"Kenapa sih kok kayak buru-buru gitu?" Tanya Qey.
"Nggak kenapa" Asiy terus berjalan cepat. Ia berharap hari ini segera berakhir berganti hari esok yang akan ia awali dengan sujudnya. Menumpahakn seluruh keluh kesah nya pada sang pencipta, seperti yang setiap hari ia lakukan.
/╲/\╭(•‿•)╮/\╱\
Dengan mata yang masih enggan terbuka, Asiy melangkahkan kaki menuju kamar mandi untuk me gambil wudhu. Air yang disentuhnya terasa sangat dingin dan menyejukkan.
Asiy mengawali tahajud nya lebih awal karena terkadang Aqila juga bangun untuk shalat tahajud, Asiy tidak mau saat ia tengah asyik berkomunikasi dengan rabb nya terganggu dengan kehadiran seseorang.
Di sujud terakhir nya, doa Asiy masih sama dengan sebelum-sebelumnya. Masih tentang iman, istiqomah, khusnul khotimah, kebaikan untuk orang tua, keluarga, guru, Azam, dan semua orang yang dikenalnya. Namun setelah selesai shalatnya Asiy kembali menengadahkan kedua tangannya dengan kepala menunduk, kembali meminta pada dzat yang dapat mengabulkan seluruh doa hambanya.
"Ya Allah, maafkan hamba karena telah berharap kepada selain engkau. Pantaslah jika memang saat ini hamba sakit hati karena sesungguhnya tempat berharap hanya engkau.
Tapi Ya Allah, kenapa rasanya sesakit ini. Padahal jelas ia belum menjadi milik hamba, tapi mendengar teman hamba sendiri yang mengucapkan suka padanya tiba tiba membuat hati hamba sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
love you in my prostration
RomancePLAGIAT DILARANG MENDEKAT, PLEASE!!!! ayahku memberi ku nama Asiyah agar aku bisa setangguh Asiyah sang mawar gurun pasir. Namun ayahku tak ingin aku menikah dengan lelaki seperti Fir'aun, ayahku ingin aku menikah dengan lelaki sebaik Ali. Sesuci ci...