"Udah ketemu Arkannya?" Tanya Azam sinis saat Asiy baru saja duduk di sofa kamarnya.
"Arkan? Aku barusan sama Nadia nerusin film tadi pagi" jawab pasti bingung.
"Oh jadi kapan mau ketemu Arkannya? Belum puas yang kemarin sampai pulang magrib?" Azam masih menatap sinis.
"Aku nggak kayak gitu mas"
"Terus secara nggak langsung kamu bilang Umi yang bohong? Gitu?"
"Aku nggak bilang gitu, ini cuma salah paham Mas"
"Salah paham dari mananya? Kemarin aku lihat fotonya, terus tadi malam juga Arkan telepon bilang tanya alamat dan tadi Arkan ke sini ngajak kamu pergi! Dimana letak salah pahamnya?!"
"Nggak kayak gitu mas-"
"Nggak kayak gitu gimana? Kamu mikir nggak sih kalau perilaku kamu yang kayak gini tuh nggak cuma kamu yang dapat akibatnya kalau orang lain lihat gimana? Orang cuman nilai dari apa yang dia lihat, kalau kamu memang nggak mikir sampai situ, setidaknya pikirin perasaan Umi sama abah. Umi ikut malu lihat kelakuan kamu yang kayak gitu" air mata Asiy berderai tak menyangka Azam yang selalu sabar sedang berbicara dengan nada tinggi di depannya.
"Mas-"
"Kamu itu sudah dewasa, Asiyah, sudah punya suami. Kelakuan Kamu jangan kayak gini, bahkan anak kecil aja nggak ngelakuin hal kayak gini. Pergi berdua sama cowok lain pas enggak ada suaminya, kayak gitu bener Asiyah? Sekali masih bisa dimaafin tapi lama-lama kamu ngelunjak"
"Mas"
"Nggak usah ngasih alasan lagi selama ini aku udah husnudzon. Tapi sekarang enggak bisa, Umi bahkan udah kecewa sama kamu. Dan itu benar-benar bikin aku bersalah" Azam pergi keluar dan membanting pintu dengan keras.
"Mas Azam" lirih Asiy dengan air mata yang tak terbendung membuatnya tampak menyedihkan.
(´∩。• ᵕ •。∩')
Selama seminggu ini hubungan Asiy dan Azam belum lekas membaik. Azam sengaja menghindari Asiy dan Asiy pun masih takut jika mengajak bicara Azam. Meskipun begitu Asiy masih tetap melakukan kewajibannya mengurus semua keperluan Azam dan tetap menunjukkan senyumnya. Walaupun sebenarnya Asiy ingin menangis setiap Azam tak menghiraukannya. Katakan saja ia cengeng, tapi marahnya orang sabar memang sangat menakutkan.
Hari ini hari pernikahan Ata dan Rendy. Azam dan Asiy sudah siap dengan seragam yang dikirimkan Ata kemarin. Walau begitu mereka tidak terlihat harmonis karena sedari tadi hanya Asiy yang berbicara dan Azam diam.
"Mas mau langsung naik atau ngobrol sama yang lain dulu?" Tanya Asiy begitu sampai sana. Banyak orang menyapa mereka.
"Kamu duluan aja. Aku mau di sini dulu" ucap Azam tanpa menoleh ke arah Asiy.
"Ya udah aku duluan ya, Mas. Assalamualaikum" Asiy hendak melangkah namun tangannya ditahan Azam. Asiy tersenyum, apa Azam sudah memaafkannya?
"Jangan deket-deket sama Arkan, banyak orang waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh" setelah itu Azam pergi, melunturkan senyum Asiy yang sempat ada. Apa Azam masih belum mempercayainya?
Asiy melangkahkan kakinya menuju panggung. Di sana sudah ada dua orang yang menjadi raja dan ratu serta Leana dan Agam yang mengenakan baju yang sama dengannya, seragam dari dua mempelai.
"Assalamualaikum maaf lama" Asiy menyalimi Ata.
"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh, ih aku udah berpikir kamu nggak datang" Ata cemberut.
KAMU SEDANG MEMBACA
love you in my prostration
RomancePLAGIAT DILARANG MENDEKAT, PLEASE!!!! ayahku memberi ku nama Asiyah agar aku bisa setangguh Asiyah sang mawar gurun pasir. Namun ayahku tak ingin aku menikah dengan lelaki seperti Fir'aun, ayahku ingin aku menikah dengan lelaki sebaik Ali. Sesuci ci...