Orang tuanya aja sebisa mungkin bahagiain dan mencukupi dia, masa kakak ngajakin hidup susah?
/╲/\╭(•‿•)╮/\╱\
"Maaf ya, nggak bisa ikut ke Aqila, aku disuruh pulang ini" ucap Asiy kepada Vina yang sedang membereskan barangnya, semalam Vina menginap disini.
"Iya, nggak papa, santai aja kali. Kamu kenapa tiba-tiba disuruh pulang gitu?" Tanya Vina.
"Enggak tau juga. Kak Azim cuma bilang ibu sama ayah suruh cepet pulang, udah gitu aja" Asiy mengendikkan bahunya, ia juga tidak tau apa apa. Azim tidak mengatakan apapun.
"Aku harap sih bukan kabar buruk" Vina menepuk bahu Asiy. Sedari tadi Asiy juga berharap begitu, karena kabar mendadak biasanya kabar yang tidak diinginkan. Tapi mengingat suara Azim yang tenang sedikit menurunkan kekhawatiran Asiy.
"Ya udah, yuk keluar nya bareng" mereka berdua berjalan bersama keluar dari pesantren. Mengangkat sendiri sendiri tas mereka.
"Kabar kabar ya kalau ada apa apa. Kalau ada masalah jangan suka dipendam sendiri" ucap Vina sebelum berpisah.
"Iya iya. Assalamualaikum"
"Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh" lalu mereka berpisah menuju kendaraan masing-masing. Asiy dengan motornya dan Vina dengan taksi pesanannya.
/╲/\╭(•‿•)╮/\╱\
Dahi Asiy langsung berkerut melihat pekarangan rumahnya terdapat tiga mobil. Satu milik Azim, satu lagi seperti mobil ndalem, Asiy sering melihatnya parkir di parkiran pondok, dan satu lagi yang sepertinya Asiy juga tau. Ini seperti mobil yang kemarin parkir di sebelah motornya. Ada apa di dalam rumahnya?
"Assalamualaikum" Asiy mematung di ambang pintu, di sofa ruang tamunya duduk beberapa orang yang bukan keluarganya namun sangat ia hormati bahkan ia sayangi.
"Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh" ibu berjalan mendekatinya.
"Duduk, Siy" ujar ibunya, lalu Asiy duduk di samping adiknya yang terlihat tampan dengan baju koko dan peci nya setelah menyalimi ayah dan kakaknya, Fauzan mencium tangan Asiy.
"Jadi begini, Asiy. Tujuan saya, istri dan anak saya kemari karena ada tujuan tertentu" Abah kembali membuka percakapan yang beberapa saat lalu sudah dimulai sebelum Asiy datang.
"Jadi begini nak Asiy. Abah sudah membicarakan hal ini kepada ayah kamu. Tapi katanya keputusan ada di tangan mu" ucap Abah lagi.
Asiy diam belum memahami situasi. Ada hal apa yang membuat keluarga ndalem jauh jauh datang ke rumahnya. Dan keputusan apa yang abah tanyakan? Mengapa keputusan ada di tangannya? Entah kenapa jantung Asiy berdegup lebih kencang seolah menubruk tulang rusuknya. Walaupun belum jelas, pikiran Asiy sudah bisa menebaknya, ya walau sangat sangat tidak mungkin.
"Jadi begini nak Asiy" umik angkat bicara, membuat Asiy yang sejak tadi menunduk segera mengangkat kepalanya menatap umik.
"Kedatangan kami kesini adalah untuk melamar kamu dengan putra kami, Azam Asy-Syirbini" jantungnya yang sejak tadi berdetak tak karuan tiba tiba berhenti, membuat kepalanya sedikit pening. Ucapan Abah, umik dan kedua orang tuanya sudah tidak lagi didengarnya.
"Asiy, jadi bagaimana?" Azim menggenggam tangan Asiy, membuat sang empunya tersadar dari lamunannya. Rasanya semua ini seperti mimpi dan terlalu mendadak, membuat Asiy tak tau harus bagaimana.
![](https://img.wattpad.com/cover/293726623-288-k781682.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
love you in my prostration
عاطفيةPLAGIAT DILARANG MENDEKAT, PLEASE!!!! ayahku memberi ku nama Asiyah agar aku bisa setangguh Asiyah sang mawar gurun pasir. Namun ayahku tak ingin aku menikah dengan lelaki seperti Fir'aun, ayahku ingin aku menikah dengan lelaki sebaik Ali. Sesuci ci...