"Ya Allah, hari ini engkau mengizinkan hamba memimpikan dia, semoga engkau juga mengizinkan hamba memilikinya di kemudian hari. Ya Allah, berikan juga rasa yang sama kepada dirinya seperti yang engkau berikan pada hamba. Dan jadikan dia yang terbaik untuk hamba"
/╲/\╭(•‿•)╮/\╱\
Nanti pulang sekolah adalah jadwal Asiy bimbingan dengan Azam. Dan entah kenapa, sejak jam pelajaran terakhir Asiy sudah tak karuan. Jantungnya beberapa kali berdetak cepat, dan tiba-tiba berhenti bernapas. Materi yang disampaikan guru di depan pun tidak ada yang masuk sama sekali.
"Ya sudah, karena waktunya tinggal beberapa menit lagi, yang barusan itu dijadikan PR saja" ucapan guru barusan membuat Asiy bingung. Tugas apa? Asiy menolehkan kepalanya ke kanan dan kiri, semua memang sedang sibuk dengan buku dan polpennya namun segera mereka kemasi karena bel pulang sudah berdering nyaring memenuhi seluruh koridor sekolah.
Kok Asiy tidak tau apa-apa? Sepertinya yang sejak tadi ada di kelas hanya raganya saja sementara pikirannya sudah melanglang kemana-mana.
"Astghfirullah" Asiy mengusap wajahnya, nanti ia akan menanyakan tentang tugas itu ke yang lain saat di pondok.
"Harus bisa, nggak boleh gugup, nggak boleh salting, nggak boleh malu-maluin, pokoknya harus fokus sama materi" doktrin Asiy pada dirinya sendiri sebelum masuk ke ruang BK. Azam akan menunggunya di ruang BK jika sudah pulang, kalau belum, maka Asiy yang akan menunggunya seperti keputusan kemarin.
Asiy membuka pintu ruang BK yang sedari tadi tertutup dengan pelan. Tiga lelaki di dalam sana langsung menengok ke arahnya. Azam, Ilham, dan Pak Tri.
"Assalamualaikum" ucap Asiy sambil tersenyum setelah mampu menetralisir kegugupannya.
"Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Sini masuk, Siy!" Perintah pak Tri.
Asiy duduk di hadapan Azam dan Ilham yang sepertinya sudah memulai bimbingan terlihat dari beberapa buku yang sudah dibuka dan ada beberapa coretan di kertas buram yang biasa digunakan untuk mengerjakan.
/╲/\╭(•‿•)╮/\╱\
Asiy berjalan menuju pesantren sambil memegangi dadanya. Jantungnya tak bisa berhenti berdegup kencang, membuatnya sedikit pusing. Walau tadi Asiy sudah bisa mengotrol dirinya dan tidak terlihat gugup. Tapi justru perasaanya semakin tak menentu.
"Kayaknya saat ini aku nggak cuma di tahap suka deh, tapi udah jatuh cinta. Ini sangat memdebarkan, nggak kayak kagum. Aku juga kagum sama kang Abi, dia baik, pintar, sopan, takzim, nggak suka tebar pesona, tampan jugq tapi aku nggak pernah deg-degan" Asiy bermonolog.
KANG abi adalah salah satu khodam atau pengurus yang mengabdikan dirinya pada pesantren yang kebetulan menjadi guru madin sore nya.
"Ya Allha.... Asiy nggak paham" desah Asiy.
/╲/\╭(•‿•)╮/\╱\
Semua santri sedang bersiap-siap Intuk ngaji sore atau kelas madin. Ngaji sore atau ngaos sonten ini diisi pengajaran beberapa kitab kecil sedangkan kalau ngaji malam atau kelas madin malam diisi pemgajaran beberapa kitab kuning tergantung kelasnya. Kalau kelas 3 SMA ngaos langsung sama abah. Kalau Asiy masih menggunakan kitab kuning yang bernama sulam taufiq yang diampu Pak Tamar.
Asiy berjalan bersama teman sekamarnya menuju kelas mereka di lantai dua. Beruntung tidak terlambat karena kang Abi, guru ngaji sore hari ini juga terlihat baru keluar dari mushala putra, sepertinya baru saja selesai jamaah shalat asar.
"Assalamualaikum" ucap seorang berbadan tinggi putih saat masuk kelasnya Asiy, dialah kang Abi. Masih muda, baru lulus SMA tiga tahun lalu dan masih kuliah.
"Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh" Jawab semua murid di kelas itu serempak dengan semangat. Pasti semangat lahkalau yang mengajar modelan kang Abi begini.
"Hari ini dengan saya kan?" Tanya kang Abi memastikan. Kalau salah kan malu.
"Iya" jawab semuanya serempak, lagi.
Ngaji sore itu dimulai dengan samtai namun tetap kondusif. Ilmu sharaf yang sangat sedikit peminatnya mampu menjadi pelajaran seru di kelas kang Abi. Asiy diam memahami perasaannya sendiri. Asiy kagum dengan kang Abi, tapi kenapa tidak ada debaran seperti saat melihat Azam? Rasa ini terlalu sulit dipahami. Apa benar ia sudah menyukai Azam? Secepat inikah?
Sebenarnya tak ada cinta pandangan pertama. Itu hanya sebuah rasa ketertarikan yang mendebarkan, membawa penasaran pada perasaan yang berujung cinta. Dan saat ini Asiy masih di tahap penasaran atau sudah perasaan.
"Ya Allah. Engkau yang Maha Tahu apa yang tidak aku tau. Jika perasaan ini salah maka hapuskanlah. Jangan biarkan hamba berharap kepada selain engkau ya Allah" doa Asiy dalam hati.
/╲/\╭(•‿•)╮/\╱\
"
Semangat Asiyah, Ilham. Kalau menang jangan lupa hadiahnya sampai aku" ucap Azam bercanda. Ini pertemuan terkhir mereka. Besok hari perlombaan nya, langsung sampai tahap final.
"Doanya aja mas Azam" jawab Ilham seadanya.
"Doanya juga" jawab Asiy pendek.
"Sudah pasti aku doakan" Entah hanya Asiy yang merasakan atau memang kenyataan. Saat mengatakan hal itu Azam sedikit melirik ke arahnya. Padahal selama tiga kali pertemuan, Azam tak pernah berani menatap Asiy, sangat menjaga pandangannya. Ada sedikit senyum juga di wajah Azam.
Asiy menunduk, menyembunyikan wajahnya yang sudah memerah hanya karena perlakuan kecil Azam yang mungkin tidak disengaja.
"Ya Allah, hamba benar-benar telah mencintainya. Tolong berikan rasa yang sama kepada dirinya Ya Allah" entah mendapat keberanian dari mana hingga Asiy bisa berdoa seperti itu di depan orangnya, walaupun di dalam hati.
/╲/\╭(•‿•)╮/\╱\
"Ya Allah, hari ini engkau mengizinkan hamba memimpikan dia, semoga engkau juga mengizinkan hamba memilikinya di kemudian hari. Ya Allah, berikan juga rasa yang sama kepada dirinya seperti yang engkau berikan pada hamba. Dan jadikan dia yang terbaik untuk hamba"
Asiy bangkit dari sujudnya dan meneruskan shalatnya. Untuk pertama kalinya Asiy meminta seorang lelaki dalam sujut terakhir tahajudnya. Bahkan hari kemarin, doanya masih tentang kebaikan orang tua dan kelancarqn olimpiadenya.
Asiy sudah menyelesaikan shalatnya, lalu kembali meminta pada Allah ta'ala. Di waktu sepertiga malam ini, do'a umat umat yang rajin akan dikabulkan. Umat yang mau merelakan waktu tidurnya untuk bertemu dengan penciptanya.
Asiy merapal doa yang sama setiap harinya, semua untuk orang terkasihnya dan untuk dirinya sendiri. Dan lagi, Asiy menyelipkan nama Azam Asy-Syirbini dalam doanya. Asiy sudah yakin dengan perasaannya, ini bukan rasa tertarik atau penasaran lagi. ini adalah rasa yang apabila dipaksa ditebas maka akan tumbuh semakin liar.
/╲/\╭(•‿•)╮/\╱\
don't be silent readers, guys.
tinggalin jejaknya disini
support me with your star. Okey?"
KAMU SEDANG MEMBACA
love you in my prostration
RomancePLAGIAT DILARANG MENDEKAT, PLEASE!!!! ayahku memberi ku nama Asiyah agar aku bisa setangguh Asiyah sang mawar gurun pasir. Namun ayahku tak ingin aku menikah dengan lelaki seperti Fir'aun, ayahku ingin aku menikah dengan lelaki sebaik Ali. Sesuci ci...