Tqpi katanya nih ya, kalau kita baca shalawat nqbi sambil ngeliatin dia, dia bakal nengok"
*_*
"Haha... iya pak" lelaki yang diduga bernama Azam itu menggaruk kepala nya yang tidak gatal, malu.
"Kamu memang berbeda, nak" pak Safak mengelus pundak Azam, terlihat bangga dengan apa yang dilakukan Azam.
"tapi katanya nih ya, kalau kita baca shalawat nabi sambil ngeliatin dia, dia bakal nengok"
Ucapan mbak Mela tempo hari tiba-tiba terngiang di kepala Asiy. Asiy menggelengkan kepala agar suara mbak Mela hilang dari kepalanya. Juga berharap pusing yang mulai mendera ikut hilang, ia terlalu lama berada di bawah sinar matahari, itu membuatnya pusing. Apalagi dia belum sarapan, ini yang membuatnya tak pernah ikut upacara bendera atau dia akan hilang sadar.
"Kamu baik-baik aja Asiy?" Tanya Aqila khawatir karena melihat Asiy menggeleng-gelengkan kepalanya cepat. Ia tau bagaimana kondisi sebenarnya gadis cantik di sampingnya, lemah. Aqila juga sejak tadi memperhatikan Asiy yang terkadang terhuyung ke belakang.
"It's okey" Asiy mengatupkan jari telunjuk dan ibu jari membentuk huruf o ke arah Aqila. Pertanda ia baik-baik saja.
Asiy kembali melihat Azam yang masih berbincang dengan pak Safak. Demi menghilangkan rasa penasarannya, Asiy akan melakukannya.
"Allahumma shali 'ala sayyidina Muhammad" Dan ya! Azam menoleh, lebih tepatnya melirik karena masih berbincang dengan pak Safak.
Jantung Asiy berdegup kencang saat mata mereka bertemu. Azam belum melepaskan komtqk mata mereka hingga saat Asiy merasakan pusing yang semakin menjadi-jadi. Pandangannya semakin gelap dan Asiy tak merasakan apa pun lagi.
*_*
"
Maafkan bapak ya Siy. Bapak tidak bermaksud membuat kamu pingsan, bapak tidak tau kalau kalian belum sarapan" Asiy mengerjapkan matanya, untuk pertama kalinya Asiy melihat sisi lembut dari guru yang terkenal killer ini.
Asiy memgangguk, tak ada yang salah disini. Aqila tak bermaksud membuat mereka terlambat dan pak Amir tak tau kondisi kesehatan Asiy.
Asiy juga tak mengira kalau dirinya akan pingsan. Dia pikir bisa bertahan karena hanya satu jam pelajaran dikurangi lima belas menit mereka terlambat. Asiy juga merutuki dirinya yang semakin lemah karena tidak sarapan.
"Tidak masalah, pak" Asiy tersenyum.
"Pak Amir bawa ini. Dimakan ya, berdua sama Aqila, saya harus segera ke kelas" Pak Amir mengangkat kantung kresek bening berisi dua cap yang Asiy duga adalah bubur.
"Terima kasih, pak. Seharusnya tak perlu repot-repot begini, saya hanya belum sarapan" Pak Amir mengangguk lalu keluar UKS.
Pak Amir bukan type orang yang bisa berbasa-basi. Dan perilaku Pak Amir barusan sudah menjelaskan bahwa dia tidak se killer yang dibicarakan. Setiap orang pasti punya sisi lain dari yang terlihat.
"Makan dulu ya, Siy" Aqila yang sejak tadi diam di bangku putih mengeluarkan cqp yang memang berisi bubur dari kresek yang tadi dibawakan oleh Pak Amir.
Asiy duduk dan memakan bubur itu dari suapan Aqila. Ruang UKS lengang. Di pesantren An-Nur memang ada UKS di sekolah karena memang jarak pesantren dengan gedung sekolah agak jauh.
"Kamu tau nggak, Siy?" Tanya Aqila. Asiy menggeleng, dia masih memkan bubur dengan tenang.
"Tadi waktu kamu pingsan, aku kaget dan nggak cukup kuat buat nahan berat badan kamu. Dan sebelum aku ikut limbung, Azam lari nolongin kita!" Aqila sedikit menggebu di ujung kalimatnya.
"Hmmhp" Asiy tersedak, Aqila langsung mengambil air mineral yang tadi juga dibawa pak Amir.
"Maksudnya?" Tanya Asiy setelah dia sudah cukup tenang.
"Iya dia lari, nahan badan kamu. Pakek siku sama punggung sih karena nggak mau bersentuhan jadi jangan harap adegan kayak di film ya. Tapi itu justru uwuw banget. Damage nya nggak ngotak" Aqila menggebu-gebu.
"Terus ada pengurus yang liat nggak?" Tanya Asiy cemas, takut terkena takziran.
"Ada"
"Kita ditakzir nggak?"
"Enggak"
"Loh kok?"
"Ya karena itu kan nggak sengaja, reflek, spontanitas. Selain itu juga karena dibelain Pak Amir sama Pak Safak. Pak Safak kan saksi mata"
"Pak Amir?"
"Iya, awalnya pengurus ngotot mau ngasih takziran tapi pak Amir ngasih pembelaan terus. Mungkin karena dia ngerasa bersalah karena secara nggak langsung dia yqng bikin kamu pingsan. Lagian ada saksi mata juga"
Asiy mangut-mangut, dia tau kalau Pak Amir adalah orang yang bertanggung jawab, jadi hal ini bisa saja terjadi.
"Pak Amir juga kelihatan khawatir banget waktu kamu dibawa kesini sama pengurus, bukan sama Azam, dia cuma bantu nahan aja. Pak Amir juga disini terus sampek kamu siuman"
"Pak Amir kan juga punya anak. Tentu ada sisi penyayang dari dirinya" jawab Asiy.
Mata Asiy tak sengaja melihat bayangan seorang laki-lqki yqng melintas dari jendela, begitu cepat. Dia terlihat seperti Azam, tapi apakah mungkin? Ah, pasti hanya kebetulan saja.
*_*
"Asiyah!" Asiy menoleh ke sumber suara yang memanggilnya.
"Kenapa mbak?" Tanya Asiy saat orang yang tadi memanggilnya sudah di sampingnya, mbak Mela.
"Nggak papa sih, cuma mau jalan bareng. Tadi udah ditinggal sama yang lain" Jawab Mela. Asiy mengangguk, ia juga jalan sendiri. Tadi ia ada urusan mading sebentar, karena diq ketuanya jadi ia yang mengurus, sendiri karena ini jam pelajaran.
Mereka berjalan bersisian sambil bercerita ringan hingga tiba-tiba Mela menghentikan langkahnya, Asiy ikut berhenti.
"Ada apa mbak?" Tanya Asiy pada Mela yang diam menatap ke arah lain, Asiy mengikuti arah pandang Mela.
'deg!' Itu Azam, sedang merapikan barisan sandal. Asiy memperhatikan wajah Mela yang bersemu merah.
"Ada apa? Apa benar mbak Mela menyukai Azam? Waktu itu mbqk Mela hanya bilang nggak dekat, jadi ada kemungkinan mbak Mela suka walau emang nggak dekat" batin Asiy bingung.
Tiba-tiba Asiy teringat kejadian seminggu lalu saat ia dihukum Pak Amir. Saat Asiy membaca shalawat, Azam benar-benar mrnengok. Tqpi bisa saja kan itu kebetulan? Asiy akan mencobanya sekali lagi.
"Allahumma shali 'ala sayyidina Muhammad" Lagi! Azam menengok ke arah mereka, entah Asiy atau Mela.
Asiy sedikit tersentak saat lengan nya dicengkeram Mela, wajah Mela semakin bersenu merah.
"Jalan lagi yuk" Ajak Mela. Asiy mengangguk, lalu mereka kembali meneruskan perjalanan yang terhenti beberapa menit.
"Azam ganteng banget. Berdamage lagi" gumam Mela pelan entah sadar atau tidak tapi membuat Asiy semakin yakin kalau Mela memang menyukai Azam.
"Kok aku nggak tenang ya tau mbak Mela suka sama Azam?" batin Asiy. "Ya ampun, apaan sih, nggak jelas banget" Asiy menggeleng-gelengkan kepalanya.
+_+
JANGAN JADI SILENT READERS YA KAWAN.
SUPPORT NYA.
LIKE LIKE LIKE
COMMENT
![](https://img.wattpad.com/cover/293726623-288-k781682.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
love you in my prostration
RomancePLAGIAT DILARANG MENDEKAT, PLEASE!!!! ayahku memberi ku nama Asiyah agar aku bisa setangguh Asiyah sang mawar gurun pasir. Namun ayahku tak ingin aku menikah dengan lelaki seperti Fir'aun, ayahku ingin aku menikah dengan lelaki sebaik Ali. Sesuci ci...