"kenalin, gue Arkan"
/╲/\╭(•‿•)╮/\╱\
"Ibu!" Pekik Asiy melihat ibunya yang sedang celingukan mencarinya di antara ribuan orang berlalu lalang.
"Asiyah!" Panggil ibunya juga, Asiy mendekat lalu menyaliminya.
"Ayah mana bu?" Asiy celingukan mencari sosok lain yang juga dirindukannya.
"Ayahmu itu nunggu di mobil. Katanya udah males duluan liat orang bejibun kayak gini. Ibu juga sebenernya pusing cariin kamu, pangling ibu sama kamu, tambah cantik" goda ibu.
"Ibu ih, suka gitu" Asiy bersemu hanya karena ucapan tulus ibunya. Ucapan seseorang yang disayangi memeang selalu berpengaruh besar.
"Haha, merah gini mukanya. Ya udah ayo keluar, ibu tadi udah absen" Ibunya membantu membawa tote bag Asiy, Asiy mengangguk dan menurut.
Dampai di luar Asiy langsung bisa menemukan sosok ayahnya yang sedang berbincang dengan lelaki seumurannya. Mungkin wali santri juga.
"Ayah!" Panggil Asiy mendekat, ayahnya menoleh.
"Assalamualaikum dulu sayang" Ayahnya menegur.
"Hehe, lupa yah. Assalamualaikum" ucap Asiy sambil cengengesan, lalu mengambil tangan kanan ayahnya untuk disalimi.
"Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh" ayah mengelus kepala Asiy yang terbalut jilbab berwarna mocca dengan lembut.
"Ya sudah pak, saya pamit dulu. Anak saya juga sedang keluar" Lelaki yang tadi berbincang dengan ayahnya itu pamit, menunjuk gerbang pesantren dengan dagunya.
"Oh iya pak. Mari, silahkan" jawab ayahnya. Asiy mengikuti ara langkah bapak bapak itu.
'deg' bapak bapak itu menghampiri sosok lelaki yang selalu Asiy sebut dalam sujudnya. Siapa lagi kalau bukan Azam Asy-Syirbini? Terlihat Azam menyalimi bapak itu bersama seorang wanita berumur yang sepertinya adalah ibunya berdiri di sampingnya.
"Yuk langsung pulang aja" ucap ayah membuat Asiy menoleh, mengangguk dan masuk mobil. Meninggalkan pesantren sementara waktu untuk liburan.
/╲/\╭(•‿•)╮/\╱\
Sampai rumah, Asiy juga disambut kakaknya yang ternyata juga sudah liburan lebih awal, sementara adiknya sedang bermain di rumah temannya.
"Asiy langsung mandi, barangnya ditata nanti malam aja!" Perintah ibunya, Asiy juga merasa gerah. Padahal sebelum dijemput Asiy sudah mandi tapi karena tadi mampir dulu untuk makan membuat Asiy berkeringat.
"Biar Azim aja yang natain buk" ucap kakak Asiy berbaik hati. Ini yang membuat Asiy suka pulang ke rumah. Setelah mondok, keluarganya lebih perhatian, ya walau hanya beberapa hari pertama karena setelahnya semua akan biasa saja.
"Makasih mas, love you deh pokoknya" Asiy menampilkan senyum terbaiknya dan Azim hanya memutar bola matanya malas sebagai tanggapan.
Asiy berlalu ke kamar mandi yang ada di kamarnya. Berlama lama di kamar mandi yang airnya terasa berbeda dari yang ada di pesantren. Selang satu jam Asiy keluar, terlihat Azim sedang berbaring di kasurnya. Asiy membuka tasnya, kosong. Artinya kakak baik hatinya ini memang sudah menata semua pakaian dan barangnya.
"Jalan yuk dek!" ajak Azim.
"Loh! Asiy kan baru sampai, masa pergi lagi. Pasti nggak boleh sama ayah" Asiy mengambil ponsel nya di atas nakas. Karena saat Asiy di pondok tak ada yang memakai ponsel nya jadi Asiy harus mencharger nya dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
love you in my prostration
RomancePLAGIAT DILARANG MENDEKAT, PLEASE!!!! ayahku memberi ku nama Asiyah agar aku bisa setangguh Asiyah sang mawar gurun pasir. Namun ayahku tak ingin aku menikah dengan lelaki seperti Fir'aun, ayahku ingin aku menikah dengan lelaki sebaik Ali. Sesuci ci...