"Del-Delvin.. Mm!" Aron meremas baju Delvin.
"Kenapa om ?" Bisik Delvin tepat di telinga Aron.
"Ja-jangan di k*Cok begitu, tunggu Delvin.. Ah!" Cairan kental keluar membasahi tangan juga p*nis Delvin.
"Hah.. hah.. hah.. " Aron melihat p*nisnya dan Delvin di bawah sana tapi yang membuat Aron terkejut Delvin ternyata belum klimaks.
"Katanya kalau nggak di keluarin nanti jadi penyakit" ujar Delvin.
"Kamu tau dari mana ?" Tanya Aron.
Delvin terkekeh pelan.
"Internet penuh dengan jawaban.. jangan terlihat jadul-jadul amat om""Ugh.. bukan gitu, aku jarang nyari hal semacam itu di internet jadi aku nggak tau"
Delvin menarik pinggang Aron.
"Jadi gimana om, kalau aku sakit.. ini salah om ya""Kok jadi aku yang salah ?! Kamu sendiri yang minta di ajarin"
Delvin tersenyum.
"Iya jelas salah om, om nggak bantu aku keluar.. om cuma muasin diri sendiri, gimana ?"Aron mengepalkan kedua tangannya.
"Trus mau kamu apa ? Aku bukan lawan jenis mu, aku nggak bisa ngasih apa yang kamu mau ! Aku pun nggak mau kamu nyentuh Nanda !"Delvin memeluk pinggang Aron.
"Tapi aku mau gituan.. aku maunya sama Nanda, kasih restu ntar aku nikahin anak om deh.. janji !"Aron menepuk jidat Delvin.
"Jangan ngomong sembarangan ya kamu ! Nggak akan ku kasih restu!"Seringai terlihat di bibir Delvin, dia menyandarkan dagunya di dada Aron.
"Kalau om yang ganti'in Nanda gimana ?""Maksud kamu apa Delvin, jangan aneh-aneh !" Aron berusaha mendorong Delvin agar menjauh darinya tapi remaja ini tetap bersikeras memeluk Aron.
"Aku nggak aneh-aneh kok, aku ngasih ide .. dari pada om takut Nanda hamil dan sebagainya, gimana kalau waktu aku mau 'gituan'.. aku tinggal minta sama om aja, kan om nggak bakal bisa hamil"
"Delvin! Kamu sadar permintaan mu udah nggak masuk di akal.. kamu masih waras kan ?! Aku laki-laki dan aku orang tua teman mu!"
Delvin terus tersenyum menatap Aron.
"Aku sadar kok, kan aku cuma ngasih ide.. " Delvin melepas tangannya dari Aron.".. kalau om nggak mau juga nggak apa-apa, tapi om nggak akan tau kapan dan dimana aku sama Nanda prakteknya"
"Anak ini, hei !" Aron meremas kerah baju Delvin.
Delvin menyentuh tangan Aron.
"Om sayang Nanda kan ? Dan lagi om nggak punya isteri.. ajarin aku s*x pun nggak jadi masalah, ini nggak termasuk selingkuh karena kita sama-sama masih sendiri"Kedua tangan Aron tergetar mencoba menahan emosinya, dia tidak habis pikir kenapa Delvin membicarakan hal seperti ini pada pria yang berusia jauh lebih dewasa darinya.
"Gimana Om ? Saling memuaskan hasrat terpendam nggak ada salahnya kan ?"
Aron melepas tangannya dari Delvin.
"Oke kalau itu mau mu tapi..!" Aron menunjuk wajah Delvin.
".. jangan pernah menyentuh putri kesayangan ku !"Delvin tersenyum penuh arti.
"Setuju.." ujar Delvin.
".. jadi sekarang..""Hah!" Aron cukup terkejut saat Delvin dengan mudahnya membalik tubuh Aron membelakanginya.
Touch.
Deg!Kedua mata Aron membulat saat sesuatu yang hangat masuk di antara belahan bokongnya.
"Hei, mau apa kamu ?!" Aron menahan tangan Delvin.
Delvin memeluk Aron dari belakang.
"Mau keluar.. jadi bantu aku ya om, hm~""Ta-tapi kenapa di situ ?!"
"Karena disini tempat yang ku suka, sempit dan enak" jawab Delvin.
Blush!
Kedua pipi Aron memerah.'A-anak ini sudah gila !' batin Aron.
.
.Bersambung ...
KAMU SEDANG MEMBACA
Berondongnya Papa (Tamat BL21+)
RandomMenjadi orang tua tunggal tidak lah mudah, terlebih punya anak gadis yang baru menginjak masa remaja. Aron sangat menjaga putrinya dari pria nakal di luar sana hingga suatu hari Nanda tiba-tiba membawa teman sekolahnya datang ke rumah mereka.