Delvin bangun dari tidurnya, dia melihat samping kiri tapi tidak ada Aron disisinya.
"Mm.. " Delvin merenggangkan tubuhnya setelah puas tidur dengan perasaan bahagia.
Dia menyibak selimut lalu berjalan keluar dari kamar Aron, kakinya melangkah kearah dapur dimana Aron terlihat tengah memasak sarapan disana.
Senyum terukir di bibir Delvin, dia mendekat kemudian melingkarkan kedua tangannya di pinggang Aron.
"Delvin!" Aron cukup terkejut saat pria muda ini tiba-tiba memeluknya.
"Pagi om~" Delvin mengecup singkat leher belakang Aron.
"Pa-pagi" jawab Aron dengan kedua pipi bersemu merah.
"Hah.. nggak sabar makan masakan om, masakan paling enak~"
"Ck, memuji pasti ada maunya" ujar Aron.
Delvin semakin erat memeluk Aron.
"Kalau iya gimana ? Mau yang malam tadi" bisik Delvin tepat di telinga Aron.Aron menyentuh telinganya.
"Ugh! Jangan-"Krek!
Deg!
Aron langsung mendorong Delvin agar menjauh darinya saat mendengar suara pintu kamar Nanda.Nanda berjalan melewati dua orang ini. Nanda mengambil minum tanpa perduli pada mereka berdua.
"Sayang, kamu mau kemana ?" Tanya Aron saat melihat Nanda memakai jaket dan sepatu olahraganya."Aku mau lari pagi bentar pa" jawab Nanda.
"Jangan lama-lama ya, sarapan bentar lagi siap !"
"Iya ~" jawab Nanda.
Aron dan Delvin bisa mendengar suara pintu di tutup tanda Nanda sudah keluar dari rumah.
Delvin tersenyum aneh pada Aron.
"Apa ?! Jangan mikir yang aneh-aneh ya mentang-mentang Nanda nggak ada disini !" Aron terlihat kesal melihat tatapan mata Delvin."Hehe...nggak kok om, aku paham om pasti capek setelah malam tadi.. " Delvin mengecup singkat pipi Aron.
" ..aku mandi dulu ya"Delvin berjalan meninggalkan Aron di dapur, Aron menyentuh pipinya.
"Dia pengertian juga" kata Aron dengan senyum tipis di bibirnya."Ah.." Aron ingat sesuatu, tentang hubungannya dan Delvin yang tidak di ketahui oleh Nanda.
" ..aku tau ini terlalu cepat tapi setidaknya dia harus tau, aku.. " Aron mengepalkan kedua tangannya." ..nggak boleh ada rahasia"
.
.Setelah 30 menit, Nanda kembali ke rumah.
Aron mengajak Nanda sarapan bersama, di tengah sarapan Aron terlihat gelisah.
"Kenapa pa ? Ada sesuatu yang mau papa kasih tau ?" Tanya Nanda penasaran.
Aron meremas sendoknya lalu menatap Nanda serius.
"Papa boleh jujur sesuatu ke kamu ?""Hm, boleh.. memangnya tentang apa ?"
Mata Aron melirik kearah Delvin yang juga terlihat penasaran apa yang akan keluar dari mulut Aron.
Aron kembali menatap Nanda.
"Papa.. papa rasa.. "Aron semakin kuat meremas sendoknya."Iya ?" Nanda terlihat semakin penasaran.
Aron menundukkan kepalanya.
"Papa gay" kata Aron pelan.Nanda dan Delvin saling bertatapan.
"Ah, bagus lah" ujar Nanda tanpa terkejut mendengar pengakuan Aron."Huh, Bagus ?" Aron kembali menatap Nanda.
"Iya, biar ku tebak.. dia kan yang papa suka ?" Nanda menunjuk Delvin.
"P-papa belum ngomong-"
"Ya, nggak jadi masalah.. selamat ya" potong Nanda.
Blush!
Wajah Aron memerah."Ke-kenapa kamu ngomong sesantai itu ?! Papa ngomong serius ini ! Kamu nggak keberatan papa mu gay ?!"
Nanda menaikkan bahunya.
"Masalahnya dimana ? Delvin suka papa dan papa juga suka Delvin.. kenapa aku harus keberatan .. "Nanda tersenyum tipis.
"Kalau papa bahagia, kenapa nggak ? Cinta nggak mandang jenis kelamin bahkan umur.. yang terpenting rasa nyaman"Aron melepas sendoknya lalu berdiri dari posisi duduknya.
"Papa ?" Nanda sedikit bingung melihat Aron berjalan kearahnya."Nanda !"
"Ugh!" Aron memeluk Nanda erat.
"Ternyata kamu udah dewasa ! Anak ku!" Aron mengusap-usap pipinya di pipi Nanda.
"Akh! Papa !! Jangan gini.. malu tau !!"
Nanda berusaha mendorong Aron tapi yang ada Delvin ikut memeluk mereka berdua."Ahh.. pacar dan anak tiri ku luar biasa akur ~"
"Hei !! Jangan bicara sembarangan, aku nggak mau jadi anak mu !!" Nanda jadi kesal sendiri mendengar apa yang Delvin katakan.
Tapi di balik semua itu, Nanda senang kalau Aron bisa kembali membuka hatinya setelah sekian lama terluka.
.
.Bersambung ...
KAMU SEDANG MEMBACA
Berondongnya Papa (Tamat BL21+)
RandomMenjadi orang tua tunggal tidak lah mudah, terlebih punya anak gadis yang baru menginjak masa remaja. Aron sangat menjaga putrinya dari pria nakal di luar sana hingga suatu hari Nanda tiba-tiba membawa teman sekolahnya datang ke rumah mereka.