Aron langsung menolak tawaran Tyson.
"Ti-tidak...terima kasih pak, um.. " Aron melepas satu kancing baju atasnya.
" ..ruangannya panas"Tyson tersenyum manis.
"Ruangannya cukup dingin, mungkin hanya perasaan pak Aron saja" ujar Tyson."Ah, iya.. mungkin hanya perasaan ku saja.. hah.." Aron menyentuh kepalanya.
" ..Pa-pak, aku merasa tidak enak badan...bisakah kita pulang sekarang ?" Tanya Aron."Oh iya, tunggu sebentar ya pak Aron.. aku bayar dulu"
"Hm," Aron mengangguk pelan.
Tyson beranjak dari tempat duduknya meninggalkan Aron seorang diri.
Kepala Aron semakin lama semakin terasa berat, dia mencoba mengelengkan kepalanya beberapa kali agar penglihatannya tidak berbayang tapi usahanya gagal.
Dia mencoba berdiri menyusul Tyson tapi keseimbangan tubuhnya langsung hilang, Aron hampir saja jatuh ke lantai tapi seseorang dengan cepat menahan tubuh Aron.
Aron menatap orang yang sudah menolongnya yang ternyata Tyson.
"Pak, kenapa tiba-tiba berdiri.. ? Bukan kah aku menyuruh mu menunggu sebentar""Aku... Hik.. rasanya tubuh ku.. hik.. aneh"
Tyson mengubah posisi tangannya dengan merangkul pundak Aron.
"Itu mungkin pengaruh minumannya, bagaimana kalau ku antar pulang ?""Ah ya, hik.. terima kasih"
"Sama-sama pak" Tyson menuntun Aron keluar dari bar tersebut, saat mereka hampir sampai ke mobil Tyson, Aron tiba-tiba muntah yang membuat lengan baju Tyson dan celana Aron kotor terkena muntahan Aron.
"Ugh.. maaf" Aron merasa bersalah tapi dia tidak mampu berdiri dengan benar.
"Tidak apa-apa pak Aron, aku tau hotel terdekat... Mari bersihkan ini dulu baru pulang, kamu mau ?" Tanya Tyson tapi Aron tidak terlalu mendengar apa yang Tyson katakan jadi lah dia hanya mengangguk pelan.
Tyson tersenyum penuh arti, keduanya pergi ke hotel yang Tyson katakan. Sesampainya disana, Tyson membaringkan tubuh Aron di atas kasur.
Dia melepas kemejanya yang tadi terkena muntahan Aron, Tyson sekarang hanya bertelanjang dada. Perlahan dia membuka sabuk celana Aron lalu melepas celana pria berkacamata ini.
Tyson pergi ke kamar mandi hotel mencuci kemejanya dan celana Aron, dia juga menghubungi laundry hotel untuk kembali mencuci pakaian mereka agar lebih bersih dan cepat kering.
Setelah petugas hotel pergi, Tyson mengunci pintu kamar lalu berjalan kearah Aron yang saat ini terbaring lemah di atas kasur.
"Pak Aron, mari cuci mulut mu dulu" Tyson berusaha membawa Aron ke kamar mandi dengan menopang tubuhnya, dengan sabar Tyson mencuci mulut Aron.
"Ah.. "
Aron membuka matanya, dia menatap pantulan dirinya di cermin.
" ..dimana aku ?" Tanya Aron."Kita di hotel" jawab Tyson.
Aron menatap Tyson, dia mencoba memfokuskan matanya tapi akibat wajah Tyson sedikit mirip dengan Delvin, Aron mengira orang yang ada di hadapannya ini adalah Delvin.
"Um!" Aron tiba-tiba memeluk Tyson.
"Ada apa ?" Tanya Tyson.
Aron mendongakkan wajahnya dengan mempoutkan bibirnya.
"Kamu nggak boleh nikah sama orang lain.. kamu janji mau nikahin aku kan !""Pa-pak Aron.." Tyson sedikit kesulitan mengontrol Aron yang saat ini tengah mabuk jadi lah Tyson terpojok di ujung pintu kamar mandi.
"Uhh! Kamu nggak dengar.. kamu nggak boleh nikah! Nggak boleh!!" Aron terlihat kesal pada Tyson, sikap Aron saat mabuk terlihat seperti anak kecil yang tengah merajuk.
Tyson terkekeh pelan melihat tingkah lucu Aron, dia memeluk Aron lalu mengusap pelan sudut bibir Aron yang tadi basah terkena air.
"Tapi kita sama laki-laki, bagaimana caranya menikah ?" Tanya Tyson."Kamu janji bawa aku ke luar negeri.. kita berdua" ujar Aron.
"Oh...begitu, jadi itu rencana kalian" Tyson menarik kacamata Aron.
"Tapi sayangnya, rencana kalian akan berujung gagal" perlahan Tyson mendekat lalu melumat pelan bibir Aron..
.Bersambung ...
KAMU SEDANG MEMBACA
Berondongnya Papa (Tamat BL21+)
AcakMenjadi orang tua tunggal tidak lah mudah, terlebih punya anak gadis yang baru menginjak masa remaja. Aron sangat menjaga putrinya dari pria nakal di luar sana hingga suatu hari Nanda tiba-tiba membawa teman sekolahnya datang ke rumah mereka.