03

43.2K 3.1K 247
                                    

Delvin keluar dari kamar mandi, Aron bisa melihat Delvin memakai pakaiannya yang terlihat pas-pasan di tubuh Delvin.
"Anak-anak memang tumbuh cepat, itu pakaian ku yang paling besar" ujar Aron.

Delvin terkekeh pelan.
"Aku rajin minum susu t'rus main basket juga om"

Aron menghela nafasnya berat.
"Ya, memang aku yang nggak suka olahraga.. wajar saja badan ku kurus begini"

Delvin tersenyum mendengar apa yang Aron katakan, Aron mematikan komputernya lalu naik ke atas kasur.

Aron melepas kacamatanya lalu menatap Delvin.
"Aku nggak punya kasur cadangan dan aku nggak mungkin nyuruh kamu tidur di lantai atau di kamar Nanda.. jadi tidur lah disini dengan ku"

Glup.
Delvin menelan salivanya berat.
Lama dia hanya diam menatap Aron.

"Delvin.. ?"

"Ah, iya om.. ak-aku tidur dengan om! Terima kasih !" Delvin bergegas naik juga ke atas kasur Aron.

Aron menarik selimut lalu tidur membelakangi Delvin.
"Malam" ujar Aron.

Delvin menatap punggung Aron.
"Malam om" kata Delvin pelan.

Delvin mencoba menutup matanya tapi dia tidak bisa tidur, Delvin melirik jam di kamar Aron yang sudah menunjukan pukul 11 malam.

Aron juga terlihat sudah tidur nyenyak terdengar dari dengkuran pelannya.

"Om Aron .. " Delvin perlahan mendekat, jarak antara keduanya hanya beberapa cm saja.

" ..hah .. " tangan Delvin bergerak masuk ke dalam celananya, dia menyentuh miliknya sendiri.

" ..ah, hah .. " Delvin melihat leher belakang Aron, dia sangat ingin mengecup leher pria yang sudah memiliki anak ini.

Tangan Delvin bergerak semakin cepat, tanpa dia sadari tubuhnya sudah menyentuh belakang Aron.

Aron yang cukup sensitif dengan suara dan sentuhan langsung membuka matanya.

Dia spontan menoleh.

DEG!

Jantung Delvin terasa berhenti berdetak saat melihat tatapan mata Aron.

"Lagi apa kamu ?" Tanya Aron, dia sedikit bingung karena kedua pipi Delvin memerah hingga akhirnya dia sadar saat merasakan sesuatu terasa hangat menyentuh belakanganya.

"Hah!" Aron menyibak selimut dan mendapati hal yang seharusnya tidak dia lihat, cairan kental itu lengket di celana Aron.

"Apa-apaan kamu Delvin ?!" Aron terlihat marah.

"Om! Maaf.. ak-aku nggak maksud keluar di celana om! Om bikin aku kaget jadi spontan aja keluar!" Jelas Delvin.

"Kenapa juga kamu kocok-kocok di belakang ku ?! Kalau mau kan bisa di kamar mandi! Anak-anak jaman sekarang memang nggak tau privasi !" Ujar Aron yang langsung berdiri melepas celananya.

Delvin meremas seprei kasur saat melihat Aron berdiri hanya memakai celana dalam.
"Om, ajarin aku s*x"

Mata Aron langsung melotot melihat Delvin.
"Hah ?! Kamu ngomong apa ?!"

"S*x.. aku mau ngelakuin itu, om jauh lebih berpengalaman sampai bisa buat Nanda"

"Ya ampun anak ini, bicara apa kamu tengah malam begini ?.. Hah !" Aron menepuk kesal kepala Delvin.

Delvin langsung menahan tangan Aron dengan tatapan sayunya.
"Aku sebentar lagi lulus SMA.. aku takut nggak punya pengalaman buat making love dengan pasangan ku nanti, jadi ajari aku om Aron.. please~"

Blush!

Kedua pipi Aron memerah, bukan karena dia terpesona melihat wajah tampan Delvin tapi dia bingung harus menjawab keinginan remaja berusia 17 tahun ini terlebih Delvin menginginkan hal yang terdengar tabu untuk Aron.

.
.

Bersambung ...

Berondongnya Papa (Tamat BL21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang