01

51.7K 3.6K 84
                                    

"Hah!" Pria dengan kacamatanya terlihat menghela nafasnya berat.

"Apa ada masalah berat sampai kamu menghela nafas begitu ?" Tanya teman kerjanya yang duduk bersebelahan dengannya.

"Ya, ku pikir anak ku sudah berjalan cukup jauh .. bagaimana bisa dia dengan santai membawa teman pria ke rumah, dia masih anak-anak.. kalau terjadi apa-apa bagaimana ?" kata pria berkacamata ini sembari mengusap air matanya yang jatuh setitik.

Temannya tersenyum kaku.
"Nanda bukan anak-anak lagi, bagaimana bisa kamu khawatir pada gadis berusia 17 tahun ? Dia sudah tau apa yang benar dan salah"

"Kamu nggak mengerti !" Pria berkacamata bernama Aron ini meremas kesal kedua pundak temannya.

"Nanda masih perlu arahan dari ku, dia belum cukup usia buat terbang bebas" kata Aron dengan tatapan mengintimidasi.

Teman Aron tersenyum kaku.
"Oke.. kamu orang tuanya" kata teman Aron.

"Hmp.. itu benar, aku harus menghentikan cinta remaja itu sebelum berakhir tragis"

Teman Aron mengelengkan kepalanya.
'Dia terlalu mengekang Nanda, ya.. aku bisa memaklumi karena dia pernah gagal dalam pernikahan'

"Apa yang kalian bicarakan ? Terlihat seru" suara seseorang terdengar dari belakang Aron dan temannya.

"Oh! Pak Manajer, selamat siang !" Aron dan temannya langsung berdiri.

"Siang, kalian belum istirahat makan.. ? Kita punya waktu 20 menit lagi kalau mau ke kantin perusahaan"

Aron melihat jam di tangannya.
"Ah iya, tapi kami membawa bekal sendiri...terima kasih atas perhatiannya pak Manajer" Aron tersenyum tipis.

"Oh, itu bagus.. masakan rumah lebih baik" kata Manajer di tempat Aron sekarang bekerja.

Aron tersenyum menanggapi kata-kata manajernya ini.

"Kalau begitu, aku pergi ke kantin dulu" kata manajer Aron.

"Baik pak" Kedua orang ini menunduk singkat, Aron kembali duduk di ikuti oleh temannya.

Aron dan temannya membuka bekal masing-masing.
"Pak Manajer terlihat nggak tertarik bicara dengan ku, tidak kah kamu sadar Aron.. dia terus memperhatikan mu" kata teman Aron.

Aron terkekeh pelan.
"Nggak mungkin lah, dia perhatian juga dengan beberapa karyawan lain"

Teman Aron mengangkat bahunya.
"Entah .. mungkin hanya perasaan ku saja"

"Hm, cuma perasaan mu aja, sudah...lebih baik kita makan!" Aron terlihat lahap menyantap makanannya.

Seperti biasa, saat jam sudah menunjukan pukul 4 sore Aron pulang kerja. Sebagai kepala rumah tangga sekaligus berperan seperti ibu bagi Nanda, Aron harus menyiapkan makanan sebelum anaknya pulang dari sekolah.

Dan kembali hari ini, Nanda membawa pria bernama Delvin itu lagi.
"Selamat malam om~"

Aron tersenyum kaku.
"Kamu sadar kan ini jam berapa Nanda ?" Tanya Aron dengan senyum paksa di bibirnya.

"Baru jam 6 pa" jawab Nanda.

"Bukan masalah baru jam 6 tapi-"

"Ah, aku lupa beli cemilan.. Delvin masuk lah dulu.. aku ke minimarket" Nanda melangkah pergi.

"Hei Nanda! Nanda!!" Nanda seolah menutup telinga saat Aron memanggilnya.

"Ck, anak itu!" Aron terlihat kesal, dia melirik Delvin.
"Hah.. masuk lah, lebih baik kamu ikut makan malam"

"Eh, serius ?! Aku boleh makan masakan om ?"

"Hm, sebaiknya kamu pulang dalam keadaan kenyang" kata Aron melangkah masuk ke dalam rumah di ikuti oleh Delvin.

Delvin tersenyum melihat punggung Aron.
"Terima kasih om, aku masuk ~"

.
.

Bersambung ...

Berondongnya Papa (Tamat BL21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang