19

26.3K 2K 92
                                    

Setelah fotocopy'annya selesai, Aron memberanikan dirinya masuk ke ruangan Tyson.

Tok
Tok

"Permisi pak"

"Masuk" jawab Tyson dari dalam.

Aron menghela nafasnya berat lalu membuka pintu ruangan Tyson. Dia bisa melihat Tyson duduk di kursinya dengan senyuman kecil di bibir Tyson.

"Ini pak, sudah ku fotocopy" Aron menaruh kertas tadi di atas meja Tyson.

"Terima kasih banyak pak Aron, silahkan duduk dulu"

"Ah, i-iya" Aron duduk di kursi yang berhadapan dengan meja Tyson.

Tyson menyusun hasil fotocopy'an Aron.
"Maaf aku ikut campur dalam masalah mu tapi aku ingin mendengar langsung dari mu pak Aron"

"I-iya ?" Keringat mulai membasahi dahi Aron.

"Tentang apa yang kalian bicarakan tadi, jadi pak Aron benar tengah menjalin kasih dengan seorang remaja ?"

"Itu.. tentang itu.. " Aron terlihat gugup.

Tyson menaruh kertas-kertas tadi di dekatnya lalu menopang dagu menatap Aron.
"Apa dia seseorang yang ku kenal ?"

Deg!
Aron meremas celananya.

Melihat reaksi Aron, Tyson merasa tebakannya benar.
"Apa dia-"

"Aku benar-benar minta maaf!"

"Hm ?" Tyson cukup terkejut saat Aron menaikkan volume suaranya.

"Pak, mungkin ini hal yang sangat aneh bagi anda tapi sebelum semua ini menjadi runyam dan panjang.. aku akan jujur"

Tyson tersenyum tipis.
"Ya, lebih baik anda jujur saat ini" ujar Tyson.

Aron semakin kuat meremas celananya.
"Ad-adik anda.. Delvin, sebulan yang lalu dia mengatakan suka pada ku dan sekarang dia menganggap aku kekasihnya jadi.. "

Aron mendongakkan kepalanya menatap Tyson.
" ..bisakah anda memberitahunya untuk tidak menaruh perasaan pada ku ? Karena hal seperti ini tidak wajar dan aku, aku cukup tua untuknya.. aku, aku.."

Touch.

Deg.
Tyson tiba-tiba berdiri lalu menyentuh bibir Aron.

"Sudah cukup pak Aron, aku mengerti.. aku akan memberitahunya setelah ini"

"Benarkah ?"

"Hm, menyukai orang yang lebih dewasa darinya sangat lah mustahil.. pak Aron harusnya menjalin kasih dengan seseorang yang punya usia sepantaran dengan pak Aron"

Aron tersenyum kaku lalu menarik pelan tangan Tyson dari wajahnya.
"Te-terima kasih banyak pak sudah membantu ku"

"Ya, tidak jadi masalah" Tyson kembali duduk di kursinya.

Aron melirik wajah Tyson.
"Ah, kalau begitu...aku permisi"

"Hm, silahkan pak Aron"

Aron menunduk singkat lalu berjalan keluar dari ruangan Tyson, setelah Aron pergi senyum terukir di bibir Tyson.

Dia menempelkan ibu jarinya di bibirnya yang tadi dia pakai untuk menyentuh bibir Aron.
"Delvin, kamu harus mundur.. kita tidak bisa mengincar orang yang sama" kata Tyson.

.
.

Sepulang sekolah, Delvin tiba-tiba mendapat telpon dari Tyson. Tyson membawa Delvin bertemu di restoran.

"Nggak biasanya kakak ngajak aku makan di sini ?" Ujar Delvin sembari memutar spaghettinya.

Tyson tersenyum lalu menyodorkan sejumlah uang.
"Ini buat mu juga"

"Wah, tumben sekali" ujar Delvin, dia mengambil uang tadi dengan wajah senang.

'Persetan dengan gengsi.. Lumayan lah, aku bisa nabung buat buka usaha nanti' batin Delvin.

"Itu obat patah hati mu"

Delvin langsung menatap Tyson.
"Apa maksud kakak ?"

Tyson tersenyum lalu menopang dagunya menatap Delvin.
"Hari ini Aron datang ke ruangan ku, dia ngadu kamu nganggu dia.. Delvin, kamu itu masih anak-anak.. nggak seharusnya kamu suka sama orang dewasa, kamu tau sendiri suka sesama jenis itu tabu.. kalau ayah tau gimana ? Habis nanti kamu"

Delvin menaruh kembali uang tadi di atas meja lalu mengusap bibirnya dengan tissue makan.
"Aku nggak bisa bedain antara kakak bohong atau nyata.. tapi aku bakal tanyain langsung ke om Aron dan lagi.. "

Delvin menatap Tyson tajam.
" ..seksualitas ku bukan urusan kakak, kalau pun ayah nanti marah pun itu jadi akibat dari apa yang ku tanam saat ini jadi kakak jangan ikut campur urusan ku, aku selesai makan.. makanannya enak yang nggak enak itu pembicaraan kita"

Saat Delvin berniat pergi, Tyson menahan tangan Delvin.
"Kamu satu-satunya anak yang tinggal sama ayah, dia pasti berharap lebih .. dia mau kamu nerusin perusahan trus nikah dan punya keturunan"

Delvin tertawa pelan mendengar apa yang Tyson katakan.
"Kalau gitu, kakak balik aja ke rumah trus bawa isteri dan cucunya nanti.. kakak pasti di kasih perusahaannya, simpel kan ? Sekarang tanyakan sama diri kakak, kakak mau atau nggak ngelakuin hal kayak gitu ? Jangan cuma menekan aku aja" Delvin menepis tangan Tyson lalu berjalan keluar dari restoran itu.

Tyson menghela nafasnya berat.
"Dasar keras kepala"

.
.

Bersambung ...

Berondongnya Papa (Tamat BL21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang