4.5 : Cepat Sembuh Soren

52 7 0
                                    

◇Soren◇

Cahaya mentari yang merembes dari sela-sela tirai tipis menyilaukan mata. Membangunkan seorang bocah bersurai merah muda. Soren mengerjapkan kedua netra obsidiannya, mengusir silau. Kepalanya terasa berdenyut. Tiba-tiba ingatan tak asing melintas.

Hutan pinus lebat. Langit cerah. Cahaya sang surya yang menembus rimbunnya hutan. Tanah sedikit basah. Bau hutan pinus. Siluet seekor naga yang tengah mengudara di langit. Soren mengerjap lagi.

"Kak Ren." Soren menoleh.

"Kakak baik-baik saja? Apa panasnya naik lagi?" Yerrik datang dengan semangkuk bubur. Soren mengernyit.

"Kakak panas?" Soren otomatis menyentuh keningnya. Tubuhnya memang terasa lemas tapi ia tak menyangka kalau dia demam.

"Semalam Kakak demam tinggi, Kak Hall sampai panik semalam," jelas Yerrik kemudian duduk di samping kakaknya, "Masih lemes? Kakak mau Erik suapin?"

"Gak usah, Erik." Soren menerima mangkuk bubur yang dibawa Yerrik. "Terima kasih ya," lanjutnya. Yerrik mengangguk kemudian meninggalkan sang kakak.

Soren memakan sarapannya dengan keheranan. Biasanya dia tak mudah sakit. Apa dia terlalu lelah kemarin? Soren tak tau pastinya. Kemarin benar-benar hari yang melelahkan untuk dia dan saudara-saudaranya. Ia juga baru menyadari kalau tempat ia tidur berubah.

"Makananmu sudah habis?" tanya Lyra yang datang dengan sejumlah obat di tangan.

"Sudah, Sister." Soren memaksakan sebuah senyum di sana. Kepalanya kembali terasa pening. Lyra kembali mengecek suhu tubuh Soren.

"Panasmu kembali tinggi, Ren. Setelah minum obat, kembali tidur ya." Lyra meletakkan sejumlah obat di samping Soren dan sebotol air. Soren segera menegak obat yang diberikan kemudian kembali berbaring. Lyra baru keluar saat ia mendengar dengkuran halus dari anak asuhnya.

Soren membuka matanya dan ia menemukan dirinya tak berada di kamar yang tadi ia tepati. Bau hutan pinus menyapanya. Disertai bau tanah basah dan musim panas. Bocah bersurai merah muda itu mengedarkan pandangannya. Ini bukan tempat yang asing baginya. Berulang kali ia terus mengalami mimpi yang sama dengan tempat yang sama. Hutan pinus yang sangat familier.

Sang bocah bersurai unik itu melangkahkan kakinya. Entah kemana kakinya akan membawanya. Di mimpi itu cuaca cerah. Angin pun terasa segar, menyapa kulit Soren. Si bocah tiba-tiba tertawa senang. Kaki-kaki mungilnya beralih berlari kecil. Melompati akar-akar besar yang mencuat dari tanah. Tak tau dari mana asal perasaan senang ini. Soren tak peduli dengan itu.

Kedua kakinya tau-tau berhenti di depan sebuah celah besar yang terbentuk di tebing tinggi. Netra obsidian memandang sekelilingnya. Sepertinya ia berada di pinggiran hutan atau lereng gunung. Soren tak tau pastinya.

"Halo, ada orang?" tanya Soren sedikit berteriak. Suaranya memantul, menggema di celah tebing. Ia tertawa kecil kemudian. Ini kan mimpi. Lalu memangnya ada yang mau tinggal di gua gelap ini.

"Permisi~" Soren melangkahkan kakinya masuk ke dalam celah. Entah apa yang akan ia temui di dalamnya. Ia sudah terlanjur penasaran.

Suara langkahnya menggema ke sudut-sudut gua. Rupanya ini celah tebing yang cukup dalam. Soren menatap ke dalam kegelapan. Perasaan takut menyusup dalam diri. Apa yang menunggunya di balik kegelapan? Si bocah menelan ludah. Tak ada penerangan di sini. Hanya ada cahaya surya dari luar.

Ketika Soren akan melangkah lebih jauh, tiba-tiba tanah yang ia pijak terasa bergetar. Gempa? Soren mengerjap panik. Niatnya ingin bergegas keluar dari celah tapi langkahnya tertahan. Netranya terbelalak. Bahkan napasnya tercekat.

WanderlustTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang