23 : Keberangkatan

38 2 0
                                    

Bau asinnya laut menyergap penciuman. Hallvard tengah berdiri di dek asyik menonton ombak kecil yang saling berlomba. Sesekali menyapa om-om kelasi kapal yang tengah membersihkan kapal. Yang lain masih tidur di kamar mereka. Masih mabuk laut. Belum terbiasa padahal sudah hampir seminggu mereka naik kapal. Tetap saja, ketika ombak menerjang kapal. Isi perut keluar semua. 

Om-om kelasi berkulit kecoklatan akibat terbakar matahari dengan wajah sangar akibat luka bekas besi panas yang dulu tidak sengaja melukainya datang mendekat. Beliau yang ditugasi menjaga Hallvard dan yang lain. Orangnya sebenarnya jenaka. Tidak ada seram-seramnya. 

"Oh, kenapa Om?" Hallvard terlebih dahulu menyapa pria itu. 

"Pagi, Tuan. Tidak ingin sarapan?" tanya pria itu. 

"Saudaraku belum ada yang bangun, Om. Nanti saja. Om jangan panggil aku tuan dong, panggil nama aja." Hallvard terkekeh kecil. 

Om kelasi itu ikut terkekeh. Teringat kemarin dia kewalahan mengurusi Jaromir dan Steinar yang mabuk laut. “Baiklah, Hallvard lebih baik kau segera ke dapur karena tuan marah-marah sudah selesai memasak. Sarapan pagi ini cukup menghangatkan perut. Biar Om bangunkan saudaramu yang lain."

Hallvard menggeleng. "Aku akan ikut Om untuk membangunkan yang lain." 

Om-om kelasi itu mengangguk. Ia gandeng tangan mungil Hallvard. Mereka berjalan menuju kamar yang diinapi Hallvard dan saudara-saudaranya. 

Soren sudah bangun sangat mereka masuk. Jaromir dan Steinar masih meringkuk di kasur mereka. Mabuk laut membuat tidur mereka saat malam tidak nyenyak. Hallvard jadi tak tega membangunkan mereka tapi om-om kelasi tetap membangunkan mereka dengan cara menggendong keduanya sekaligus. Steinar sedikit mengerang kesal tapi sangat kepalanya ditepuk-tepuk ia kembali pulas. Jaromir langsung bangun ketika om kelasi menggendongnya. 

"Pagi Paman!" sapa Soren pada juru masak kapal yang tengah membagikan makanan pada kru kapal.

"Pagi anak manis, pagi juga Hallvard dan dua bocah yang masih pulas sepertinya," balas sang Juru Masak. 

"Masak apa, Paman?" Hallvard mengintip kuali yang mengepulkan asap. 

“Sup jamur, kebetulan jamur di gudang persediaan nyaris tak bisa dimakan. Daripada dibuang mendingan dimasak,” ujar sang Juru Masak. 

“Nanti Ren sama Hall bantu bagi-bagi makanan ya, Paman,” tawar Soren. Sang Juru Masak mengangguk. 

Tak lama setelah itu, sarapan siap. Bel tanda sarapan dibunyikan. Seluruh awak kapal pergi ke dapur kecuali awak kapal yang memiliki tugas pagi. Mereka sudah sarapan terlebih dahulu karena mereka bertugas di saat yang lain akan sarapan. Hallvard dan Soren membantu membagikan piring dan sendok serta roti. 

“Hallvard sama Soren gantian makan. Ini biar aku yang ngurus.” Seorang kelasi muda menghampiri dua anak itu. 

Hallvard dan Soren mengangguk. Tak lupa mengucapkan terima kasih kemudian bergabung dengan saudara-saudaranya. Steinar wajahnya sudah lumayan cerah. Dia bilang sudah tidak terlalu mabuk. Mungkin karena hari ini lautnya tenang. Berbeda dengan Jaromir yang masih tampak pucat. 

“Ini dibuatkan om kelasi jahe hangat.” Soren membawakan dua gelas jahe hangat. 

“Makasih kak Soren.” Jaromir menerima jahenya. Ugh, dia masih sangat mual. Padahal selama latihan pasukan amfibi dia baik-baik saja. Kenapa baru satu minggu di kapal malah dia mabuk? 

Hallvard terkekeh. Mengusap kepala Jaromir. “Habis ini istirahat lagi.” 

“Perut Aro gak enak, Kak,” rengek Jaromir. 

WanderlustTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang