Note : cerita ini cukup melelahkan karena menggunakan deskripsi yang panjang. Mungkin agak jadi rancu alur waktunya. Jadi ini ceritanya Ward dan Yerrik udah lulus sekolah. Sama umurnya kayak anak SMP lulus.
Kiitos ja selamat membaca.
.
.
.Hari yang cerah untuk bermain sebenarnya tapi tidak. Tidak ada kata bermain hari ini karena Ward dan Yerrik akan diwisuda. Elja akan sakit kepala kalau tau dua anak itu malah main di ladang gandum.
Jubah putih dengan sulaman benang emas yang memenuhi pinggiran lengan berbentuk sulur tanaman yang saling berkelindan terpasang apik di tubuh Ward dan Yerrik. Pada punggungnya terdapat lambang tipe sihir mereka. Ward dengan lambang penyihir tipe penyembuh dan Yerrik adalah tipe penyeimbang alam. Tipe yang sangat langka. Namun mengingat Yerrik adalah keturunan elf hal itu tak mengejutkan.
Ierzie pun diwisuda hari ini. Ia satu-satunya keturunan dark elf yang bisa diterima di sini karena ia juga setengah light elf. Jubah yang ia kenakan pun bukan berwarna putih melainkan hitam. Ia lulus sebagai penjaga hutan.
"Ward, Yerrik ingat jangan buat kekacauan atau kakak benar-benar akan mengurung kalian lagi di kamar. Tidak boleh bermain ke ladang, tidak boleh bermain ke hutan." Elja benar-benar mewanti-wanti dua anaknya. Mereka itu terlihat seperti murid yang tak bermasalah di sekolah tapi lain cerita kalau di rumah.
Ierzie terkekeh. "Nanti kujewer kalau mereka nakal, Kak."
"Cepat berangkat. Kakak akan ada di jajaran para guru." Elja mengantarkan tiga anaknya ke gerbang sekolah kemudian mereka berpisah di sana.
Ierzie menggandeng dua adiknya kanan kiri. Berjaga-jaga kalau mereka malah kabur. Halaman akademi sudah begitu ramai oleh wisudawan yang lain. Aula pertemuan menjadi tempat wisuda dilaksanakan. Aula ditata sedemikian rupa memberi kesan yang magis. Tempat duduk para wisudawan sudah diberi nama. Lucunya, milik Ierzie, Ward dan Yerrik terpisah jauh di belakang. Mereka hanya dapat tempat duduk biasa tak seperti teman-temannya yang lain, duduk di kursi yang terbuat dari kayu khusus dan diberikan bantalan empuk.
Yerrik membuang napas. Ada sedikit rasa iri di hatinya. Ierzie yang mengetahuinya sedikit memukul punggung Yerrik. "Tegakkan kepalamu, berbanggalah."
"Du er kul, Yerrik." (Kau keren, Yerrik)
Yerrik tersenyum mendengar ucapan Ierzie. "Takk skal du ha, Ierzie." (Terima kasih, Ierzie)
"Ayo duduk, dah mau mulai." Ward menunjuk panggung.
Mereka bertiga duduk. Snowy, burung hantu Ward ada di pangkuan tuannya. "Kak, aku gugup."
Ierzie tersenyum. Ia genggam tangan Ward yang dingin. "Gak papa, Ward."
"Mending main aja yuk." Tuh kan, Yerrik mulai ngide aneh-aneh.
Ierzie langsung menatap datar Yerrik. "Hari ini duduk anteng dulu."
Suara gjallarhorn menggema. Hiruk pikuk yang memenuhi ruangan langsung hilang. Seluruh mata fokus pada panggung. Para tetua dan pemimpin penyihir masuk kemudian menempati tempatnya masing-masing. Seorang wanita dibalut gaun putih yang hingga menyeret tanah naik ke panggung. Ia memberi hormat dengan cara membungkuk pada para tetua dan petinggi.
"Wisuda kelulusan," ujar wanita itu. Netra emasnya menatap seisi ruangan. "Wisuda ini terberkati oleh para dewa yang bersemayam di Asgard. Seluruh ujian yang dilewati, dengan sumpah terikat. Terberkatilah para wisudawan yang lulus dan wisuda pada hari ini."
Gjallarhorn kembali ditiup. Proses wisuda berlangsung. Para wisudawan dipanggil satu persatu, sesuai dengan kelulusan tipe sihir mereka. Mereka melakukan pemberkatan dengan cara melukai jari mereka. Kemudian darahnya diteteskan pada cangkir emas dan melakukan sumpah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wanderlust
AdventureWanderlust [wan-der-lust] noun A strong desire to travel. Delapan anak. Delapan jalan. Mereka saling bertemu di sebuah panti tua di pinggiran Kota Gargtus. Soren seorang anak yang penyabar dan penyayang. Hallvard sosok yang tegas. Yerrik anak yang...