9 - Vivi

5 4 0
                                    

LOOOOOL.....!!!

Gue abis ditraktir Alvaro (yah, setelah gue memaksanya jajanin dia, akhirnya dia jajanin gue :D. Lagian siapa suruh menjuluki dirinya sendiri sebagai si Kaya yang Murah Hati?) dan berpapasan dengan Orlando di koridor. Mukanya bete berat. Huahahaha.... pasti dia habis ditolak Nojiko!

Yah, tadi gue ketemu dia di tangga, dan dia lari dengan muka pucat. Mungkin dia dikata-katain Nojiko, hahaha... Nojiko itu bisa juga ngomong kasar kalo mau!

Tapi abis dijajanin, cowok itu terpaksa pergi karena Bu Lucy memanggilnya tentang PR Ekonominya. Yah, PR Ekonominya pasti ancur berat. Harusnya gue juga dipanggil, karena dia nyalin dari gue. Tapi aneh, kok gue gak dipanggil ya? Hmmm, mungkin karena PR gue belom dikoreksi kali?

GUBRAK!

Aww, sakit banget!! Gue hampir saja mendamprat orang yang menabrak gue. Tapi gue jadi malas ngedamprat begitu tahu orang itu adalah Nojiko yang tak lain adalah adik kembar gue. Dia tampak terburu-buru.

"Eh, Oji!" kata gue kaget. "Eh lo bisa gak ujian Sejarahnya?"

Nojiko cemberut. "Gak bisa, huh!" kata Nojiko.

"Gak belajar sih," kata gue sambil memeletkan lidah.

"Halah, emangnya elo belajar?!" sembur Nojiko jengkel.

Cih, kok dia jadi sensi gini sih? Sejak kapan dia begini? "Nggak, 'kan lu tau gue kemaren nge-date sama Alvaro di Starbucks Coffee," kata gue nyengir. Emang bener, dan gue yakin nilai ulangan Sejarah gue tadi hancur total. Cuma sebodo amat. "Yah baca dikitlah."

"Lo nggak takut gak naik kelas, apa?" tanya Dave, tiba-tiba muncul di belakang Nojiko. Hah, jadi dari tadi Dave sama Nojiko berduaan aja nih? Mereka saling suka, ya? Mereka kayaknya HTS-ria nih. Atau nggak TTM-an.

"Takut sih. Tapi, cinta lebih baik dan lebih seru dari pendidikan," kata gue nyengir.

"Astaga, liburan kan nanti lo juga bisa nge-date, ngapain di musim ulangan gini?" tanya Dave sambil berdecak-decak.

"Males ah, lama nungguinnya," kata gue.

Dave mendesah pelan. "Cewek ini beneran kembaran lo gak sih?" tanya Dave pada Nojiko. Gue berdecak mendengar pertanyaan tolol itu.

Nojiko hanya mengangkat bahu. "Menurut lo gimana?"

Mereka berdua apa-apaan sih?!

"Menurut fakta, gue emang kembarannya. Tapi menurut lo?" Nojiko bertanya lagi. Dave hanya mengangkat bahu. "Muka kalian emang lumayan mirip, tapi tingkah laku kalian beda banget."

"Oh iya dong," kata gue menanggapi dengan malas. Gue gak tau kenapa gue sempet suka sama Dave dulu. Gue gak nyangka ternyata itu cowok membosankan banget.

"Vi, kok lo jadi ngejengkelin gini sih?" sembur Nojiko jengkel.

"Oh, masa? Gak ngerasa tuh. Eh, cari cermin sono! Yang ngejengkelin itu gue atau lo?! Perasaan elo deh!" seru gue, mulai jengkel.

Nojiko ternyata lebih pemarah juga dari gue. Wajahnya mendadak merah, dan dia memasang tampang super jengkel. "Ya udah," tukas Nojiko jengkel, "Get out!"

Lucu banget! Ngapain lo ngajak gue ngomong pake bahasa inggris segala?!

"Cih, sok bule!" kata gue, berusaha memancing amarah Nojiko.

"Biarin aja! Malah bagus kalo gue ngomong pake bahasa Inggris!! Practice makes perfect, tau?!" dengus Nojiko, masih sok bule.

"I don't know what you say, but could you please go to the hell?"kata gue pongah, ikut-ikutan sok bule. Mayanlah ngikutin gaya cewek rese ini.

The Curse ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang