1 - Astrid

144 19 16
                                    

Dua puluh satu bulan sebelumnya.

Kami.

Iya kami.

Mungkin agak-agak norak kalau gue harus memberitahu satu hal pada kalian. Sebenarnya sih, hal yang mau gue kasih tahu ke kalian itu bukan suatu hal yang membanggakan banget. Tapi buat yang udah terlanjur kepo, gue lanjutin aja ya. Jadi kami ini adalah anak-anak yang memenuhi sebuah kompleks perumahan elite di Jakarta. Namanya Kompleks Mawar Merah. Kedengarannya memang girly. Tapi percayalah sama gue. Kompleks ini sama sekali nggak ada girlynya. Semua orang mengatakan kompleks ini mengerikan, apalagi namanya adalah mawar merah. Ya, nama mawar merah itu mengingatkan semua orang pada Elisa Day, seorang gadis yang sangat cantik yang dibunuh pacarnya dengan brutal. Ketika Elisa sudah mati, pacarnya itu mengatakan dengan nada horror yang gue yakin bisa bikin sejuta umat di Bumi ini langsung keder, "semua yang indah harus mati."

Dan meski namanya mawar merah, sama sekali nggak ada bunga mawar merah di kompleks ini. Apalagi patung cewek besar yang anehnya dibuat di tengah-tengah kompleks ini makin memperkuat dugaan semua orang, bahwa kompleks ini dibikin seolah untuk menghormati Elisa Day. Habisnya aneh, patung cewek itu jelas menggambarkan seorang gadis yang sudah mati. Patung itu dibuat dalam posisi tiduran, kelopak mata si patung tertutup, dan tampak cipratan besar merah di jidatnya. Cipratan merah itu seolah menggambarkan darah. Dan patung cewek itu mendekap bunga mawar. Tentu saja bunga mawarnya juga terbuat dari patung.

Yah, meski elite, kompleks ini sebenarnya pasti menyimpan banyak rahasia-rahasia kotor di dalamnya. Entah apa.

Kompleks ini juga terkenal seramnya bukan main karena sudah banyak perampokan dan pembunuhan terjadi disini. Tapi syukurnya, tahun ini tidak ada kejadian semacam itu di Kompleks Mawar Merah. Paling hanya masalah-masalah kecil yang kami timbulkan.

Keluarga gue adalah keluarga pertama yang menempati rumah elite dan mewah di Kompleks Mawar Merah. Selama berbulan-bulan, tidak ada yang berani tinggal disini karena banyak yang mengatakan kompleks ini berhantu dan seram. Halah, plis deh. Berhantu? Dasar tolol, mana mungkin banget, coba?

Tapi kemudian, setelah sendirian beberapa bulan, muncullah keluarga Miyuki, cewek pindahan dari Jepang yang lucunya, fasih berbahasa Indonesia. Dengan cepat kami Langsung akrab.

Setelah Miyuki datang, kemudian keluarga-keluarga lainnya datang dan pindah kesini. Akhirnya kompleks ini semakin meriah. Apalagi, banyak banget anak-anak yang seumuran dengan gue. Singkat kata, gue jadi nggak kesepian lagi. Selain nggak kesepian lagi, gue jadi hepi karena nggak usah luntang-lantung di rumah karena bosan.

Semua cowok baik cewek di kompleks ini secara nggak Langsung pasti akhirnya jadi akrab dengan gue. Karena setiap hari gue keluyuran keluar rumah, gue jadi berkenalan dengan anak-anak lain. Nggak jarang gue bertemu anak-anak lain di Mall Mawar Merah, mall yang baru jadi dan resmi dibuka sebulan yang lalu. Atau di warnet, surga untuk para gamers. Ajaibnya, cewek-cewek disinipun sama kayak gue. Mereka juga gamers. Cowok-cowoknya juga.

Hidup gue di Kompleks Mawar Merah hanya bisa dijelaskan oleh satu kata.

Mengasyikkan.

Iya. Betul. Lo nggak salah baca kok. Mengasyikkan. Iya. Benar kok. Yah, seenggaknya hidup gue tetap mengasyikkan, sampai keluarga Suwanda pindah ke Kompleks Mawar Merah ini.

Keluarga rese itu memiliki empat cewek yang sebaya dengan gue. Gue kira seperti yang lain, mungkin dia seorang Otaku atau gamers---tapi gue salah total.

Gue bertemu mereka pertama kali dan berkenalan dengan mereka di toko American Girl, toko yang menyediakan pakaian-pakaian seksi khas Amerika yang hanya ada di Mall Mawar Merah. Butik itu termasuk butik yang sangat mewah dan trendy, tapi kalau gue perhatikan sepertinya butik ini mengeluarkan tanda-tanda bakal bangkrut karena cewek-cewek disini sama kayak gue, nggak suka pakaian-pakaian kurang bahan kayak gitu.

The Curse ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang