5 - Vivi

93 17 15
                                    

Buset! Gue tahu diri gue lagi jadi pusat perhatian. Jangan kira gue nggak tahu. Nyebelinnya lagi, adek gue yang terakhir begonya setengah mati. Bukannya nolongin gue dan ikut masuk ke Ruang OSIS, malah ngacir. Sial, dasar adek gak berguna. Tapi untuk pacar gue berguna banget. Dia tadi coba menolong gue, hanya sayangnya Chuck lebih gede dari dia dan lebih berkuasa. Gara-gara Alvaro kelewatan, si Chuck malah menendang cowok gue keluar.

Wups, malang bener cowok gue.

Tapi ternyata, adek gue yang nggak berguna itu kayaknya berguna juga. Kayaknya dia ngadu ke kakak kembarnya alias adik gue yang kedua, si Scarlet. Buktinya, si Scarlet bisa dateng ke ruang OSIS. Itu anak kan kudet banget. Kalo tiba-tiba dia bisa ikut kejadian yang lagi "nge-hits", pasti dia dikasih tahu sama manusia yang nggak pernah kudet sama gosip-gosip sekolah atau kejadian di sekolah alias Hellena.

Gue dari tadi hanya bisa berakting sedih dan lesu ketika Chuck memarahi gue. Jujur, sebenernya acara keterlambatan gue ke Ruang OSIS itu sedikit-sedikit gue sengajain. Lo tahu, gue kan sempat bilang ke lo kalau gue sebenarnya nggak suka ditunjuk jadi Ketua OSIS. Dan sekarang gue dicabut jabatannya, bahkan sebelum dilantik! Wih, hebat...!!!

Oke, kalian pasti bilang gue keterlaluan. Yah, mungkin emang bener. Gue tahu adek gue, Scarlet, mupeng banget sama jabatan yang gue mau pegang itu. Jadi kalo dia tau gue gak suka jadi ketua, dia pasti syok abis karena merasa gue udah menyia-nyiakan suatu kesempatan emas.

Huh, sebodo amat. Gue kan dah populer, gak kayak dia.

Gue kaget pas tiba-tiba mata Chuck berbinar begitu melihat keramaian di belakang punggung gue. Gue tau, Chuck itu tipe cowok yang seneng banget dapet perhatian. Singkat kata, orangnya caper. Jadi dia Langsung minta Nik, atau Nikolas, anak OSIS baru, mengambilkan mikrofon pribadinya di meja. Setelah Nik mengambil dan menyalakannya, Chuck ngomong seresmi dan seformal mungkin agar terlihat gagah. Ugh, dasar cowok payah.

Dan gue kaget ketika tiba-tiba gue mendengar satu suara yang sangat persis denganku berteriak. Ngomongnya kasar banget pula.

"EH, BANGKE!!!"

JDEEERRR!!! Gue bisa ngeliat tampangnya si Chuck kayak baru tiba-tiba mendapati kamarnya mati lampu. Chuck menghantamkan mikrofonnya ke mejanya, dan dia berteriak. "Siapa sih itu?! Eh buat elo yang tadi ngomong lancang, sini lo! Siapa nama lo?! Kelas berapa?! Apa hak lo ngomong sekasar itu ke gue?!"

Dasar tuan raja labil.

Gue menengok ke belakang dan gue mendapati adik kembar gue yang kedua. Si Scarlet. Gila! Itu cewek nyari masalah, ya? Gue melirik Nojiko, adik kembar pertama gue yang keliatannya juga syok abis.

Lalu gue melihat si Kecil Hellena ikut dan takut-takut bersembunyi di belakang punggung Scarlet. Karena kecil dan kurus, ia nyaris tak nampak.

"Eh! Cewek! Ngomong! Siapa lo?! Apa hak lo ngomong kasar disini?! Lo bukan anak OSIS, 'kan?! Kenapa diem aja dari tadi?! Keder ya, sama gue?! Iya, gue tau juga kok gue emang kayak preman!" teriak Chuck, bete sendiri gara-gara pertanyaan pertamanya nggak dijawab.

Halah, dasar cowok narsis. Bisa-bisanya dia mengira ada cewek yang keder sama cowok selembek dia. Dan dia nggak kayak preman. Dia hanya tegas, itu aja. Tapi dibandingin orang-orang tegas di SMA Pemhara ini, dia termasuk lembek kok.

Dalam situasi begini, gue tau kenapa Chuck nggak bisa mengenal Scarlet. Seandainya potongan rambut Scarlet mirip dengan gue, atau mirip dengan Nojiko (Nojiko sebenarnya sama denganku hanya diikat satu terus) sudah pasti Chuck mengenalnya. Tapi karena potongan rambutnya beda banget, dari kejauhan seperti ini, tidak akan ada yang tahu dia adalahScarlet Suwanda.

"Gue Scarlet, anak 11 IPA 2!" teriak Scarlet lantang. "Eh denger, ya, Chuck!" Mau tak mau gue terkekeh geli karena Scar melafalkan 'Chuck' bukan 'Cak' tapi 'Cuk'. "Lo tau kakak gue baru sekali ini ngaret. Kenapa lo Langsung cabut jabatannya? Emangnya kakak gue suka ngaret? Gak, kan? Jadi jangan asal nyabut! Bilang aja lo gak suka Vivi jadi Ketua OSIS!!!" teriak Scarlet dengan sarkatisme tinggi.

Wahhh....adek gue mantep banget!!! Omongannya menohok banget, man! Wah, sepertinya jiwa Scarlet telah bergabung dengan jiwa Hellena. Ya, Hellena 'kan punya sifat sarkatisme tinggi. Scarlet agak suka ngeles. Jadi kalo tiba-tiba dia sarkastik gitu malahan agak aneh, lho!

Wah....apa dia sebegitu sayangnya sama gue ya...? Hihihi....semoga saja begitu...berarti si Scarlet top abis nih...! Ah mendadak gue jadi terharu karena pacar gue ada disini, dan kedua adik gue yang anggota non-OSIS itu ada disini.

Diantara semua manusia yang hanya menyukai gue karena fisik gue, hanya empat orang yang bener-bener mencintai gue apa adanya.

Sialan, gue jadi mau nangis terharu!

Gue melirik wajah Chuck yang memutih. Kini Chuck terlihat bagaikan boneka yang barusan kepalanya dipuntir ke belakang. Ia gelagapan. "Eh, bukan gitu kok, Scar..."

Wew, sekarang Chuck udah tau itu Scarlet? Eh iya tadi kan Scarlet udah memperkenalkan dirinya...hehehe...amnesia sesaat nih gue!

"Terus apa lagi?!" tanya Scarlet nyolot. Suasana itu makin panas saja hingga gue yakin tempat ini emang lagi panas. "Chuck, gue minta Nojiko, Brady, Cahyono dan Nikolas dicabut semua. Kakak gue dan wakilnya, Henry, tetep harus jadi pemimpin sekolah ini!"

Gue melirik lagi ke arah Scarlet. Gue berjengit. Lho, kemana Hellena? Kemana cewek mungil itu pergi? Sialan, masa dia ninggalin kami begitu saja? Aaarrrggghhh, jadi sebel juga gue sama si Hellena.

Chuck menggelengkan kepala. Ia membantah dengan keras, "Nggak bisa, gue pikir Vivi sama Henry bakal saling melengkapi. Ternyata, ini malah bukannya saling melengkapi malah menjadi saling melengkapi dalam hal menghancurkan sekolah ini!"

Sial, maksudnya apa sih?! Berlepotan banget ngomongnya!

Scar membantah lagi, "Eh lo banyak bacot banget sih?! Maksud lo ap..."

Scar hendak menyelesaikan kata-katanya, ketika tiba-tiba ruangan OSIS gelap.

Suasana panas itu Langsung berganti suasana kaget. Dan dalam kegelapan itu, gue bisa melihat ada sosok kecil mengerikan berjalan ke tengah ruangan. Gue Langsung menjerit begitu melihat sosok kecil itu.

"Aaaaarrrrgggghhhh!!!" Jerit gue ketakutan. Mampus gue! Itu pasti tuyul! Sejak dulu, gue selalu paling takut dengan tuyul.

Memang, seumur hidup gue belum pernah melihat tuyul. Tapi sekarang, ada tuyul muncul di aula ini. Dan sebentar lagi gue harus melihatnya. Dan setelah itu sepertinya gue bakalan pingsan, lalu akhirnya gue dibopong ke UKS sekolah kami yang gelap, pengap, kedap (berirama, aww) dan tidak memiliki ventilasi udara. Semoga tuyul ini nggak bakalan mengikuti gue ke UKS, deh.

Semakin dekat sosok itu, gue semakin yakin sosok itu adalah tuyul. Ya,gak salah lagi, sudah pasti hantu. Tuyul. Kepalanya botak sempurna, dan tampaknya dalam hitungan detik kami bakal melihat tuyul tersebut.

Oh Tuhan...gue sempat diberitahu ciri-ciri tuyul : kecil, cebol sekali seperti bayi. Kadang memakai sebuah kain putih yang diletakkan di dekat private part dan kedua paha kaki kecilnya, bahkan kadang bugil. Gue bisa merasakan bulu kuduk gue meremang.

Wait, cuma kalo ini tuyul, kenapa tuyulnya besar sekali untuk ukuran tuyul? Oh tidak! Jangan bilang kalo ini Raja Tuyul dari segala tuyul!

Gue bisa merasakan Chuck kaget dan takut tapi berusaha menahan kewibawaannya. Gue melihat Scarlet nyaris menjerit takut, tapi kemudian, Mandy, salah satu murid OSIS lama yang paling pemberani menyambar senter di belakang tuyul tersebut, lalu ia berdiri di hadapan tuyul tersebut dan menyalakan senternya. Seketika sinar senter tersebut menyinarkan tuyul itu.

Begitu sosok itu disinari, satu ruangan Langsung berseru lega.

The Curse ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang