"Al, jangan berhenti di depan gerbang sekolah. Kira-kira 200 meter dari sekolah, lo berhenti, lalu sembunyikan motor lo di tempat yang gelap." Kali ini terdengar suara si Scarlet di handphone gue.
"Oke, Scar, makasih," kata gue sambil terus menyetir motor.
"Yoi. Kami tinggal nungguin elo nih, cepetan ya," seru Scarlet, lalu langsung menutup teleponnya. Huh, kalo ditanya, gue lebih suka Scarlet dari pada Nojiko. Kalo Scarlet ngomong selalu langsung to the point, sementara si Nojiko harus pake "bla bli blu ble blo" baru hal utamanya. Bosen! Lama-lama orang yang ngedengerin ocehan si Nojiko jadi nggak ngerti maunya si Nojiko itu apa.
Akhirnya sekitar dua ratus meter dari gedung sekolah, atau bahkan mungkin tiga ratus, gue mematikan motor gue dan menyembunyikan di tempat yang gelap. Gue mengambil kuncinya dan menyimpannya dalam saku.
Seperti yang dikasih tau Nojiko tadi siang, gue memakai pakaian serba hitam. Bahkan gue diharuskan memakai sarung tangan. Memang sih jadinya panas banget. Tapi kata Scarlet, ini buat memudahkan gue untuk ngumpet kalo ternyata si pengirim surat-surat dan sajak-sajak tolol itu ada di sekolah.
Hmm, si Scarlet cerdik juga ya! :D.
Gue berjingkat-jingkat berjalan ke arah sekolah. Gue berjengit lagi ketika HP di saku gue bergetar. Gue cepat-cepat mengambilnya, lalu mengangkatnya. "Halo? Siapa?"
"Ini gue, Scarlet! Lo udah dimana?"
"Gue ada di sekitar tujuh meter dari sekolah. Ada apa?"
"Kalo lo ketemu cewek yang bajunya serba item depan sekolah, itu gue ya. Cuma mata gue doang yang kelihatan. Nanti lo langsung sebut kata sandi kita, ya."
"KATA SANDI, gitu?" tanya gue.
"Bukan. Nih kata sandi gue. Malem."
Gue bengong. "Malem?" tanya gue gagu. Scarlet ber-"mmmhmm"-ria. Scarlet menjelaskan lagi bahwa kata sandinya malem, bukan malam. Nanti kami akan langsung pergi ke 'Ruang Induk'.
"Ruang Induk-nya dimana tuh?" tanya gue sambil terus berjalan.
"Di lab. Fisika," kata Scarlet. "Sudah, tutup teleponnya, cari gue, oke? Jangan terlalu kaget, gue nambahin lima orang yang sama sekali nggak ada hubungannya disini. Sekalian aja kenalan."
Sebelum gue menjawab, Scarlet sudah menutup teleponnya. Gue memasukkan HP gue ke saku, lalu berjalan pelan. Setibanya disana, gue melihat orang berbodi tinggi, langsing, pakaiannya serba hitam, wajahnya ditutupi slayer hitam. Hanya matanya yang terlihat.
"Malem." Gumam gue pelan.
"Malem juga, Jer," kata orang itu. Yap, dari suaranya, kelihatan jelas dia cewek, dan suaranya sangat familier. Yeah, ini pasti Scarlet. Dari intonasi suaranya ia kedengarannya kepingin ketawa. "Ayo, Jer, kita ke markas," kata Scarlet, lalu dia membuka gerbang pintu sekolah. Setelah menutupnya kembali, gue dan Scarlet langsung pergi ke lab. Fisika yang merupakan satu-satunya ruangan yang terang. Oh, nggak, ruangan itu sebenarnya tetep gelep, hanya ada satu senter menyala disitu.
"Sebutkan kata sandi dulu, ya Jer," kata Scarlet.
"Oke," kata gue.
Scarlet masuk ke markas dan menutup pintunya. Gue ketuk pelan. Scarlet berbisik di lobang kunci, "Kata sandi."
"Malem," bisik gue pelan.
"Oke, Alvaro. Member terakhir yang baru datang. Silahkan masuk." Kata Scarlet dengan baku sekaligus resmi yang bikin gue pengen ketawa. Gue masuk. Disana, semua membernya, udah duduk di lantai membentuk lingkaran. Gue sama sekali gak tau siapa aja mereka. Dan, ih, ada orang dewasa juga! Scarlet memberi isyarat kepada gue untuk menutup pintu di belakang. Maka guepun menutup pintunya pelan-pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Curse ✔️
Mystery / Thriller[COMPLETED IN 19/7/2015] [Rating : 13+, thriller, blood] Kebencian adalah sumber awal dari kematian. Itulah yang Astrid ketahui setelah ia membenci empat gadis di kompleks perumahannya : Vivi, Nojiko, Scarlet dan Hellena. Kebenciannya pada empat gad...