15 - Scarlet

5 4 0
                                    

Heboh!!

Status BBMnya si Vivi malam ini!

"@Alvaro = KITA PUTUS AJA YA!>=("

Buseeet....!!!

Jadi cintanya sama Alvaro udah berakhir nih? Yah, sepertinya mereka belum saling mencintai dengan tulus. Baru cinta monyet tolol aja. Mereka memang belum terlalu lama sih pacarannya. Baru delapan bulan, mungkin. Yah...memang sih sudah agak lama, tapi kan belum lama banget.

Ya gue sih cuma heran aja betapa cepatnya Vivi ingin putus dengan cowok itu. Gue kan inget banget betapa panjangnya perjuangan Vivi biar bisa jadian sama tuh cowok. Vivi, Vivi. Pasti dia cemburu lagi sama cewek yang ngedeketin Alvaro. Entah siapa.

Di meja makan, si Vivi juga jadi lebih pendiam. Gue nggak tahu apa dia tegang sama sesuatu atau gara-gara masalah seperti di statusnya. Nyokap guepun sepertinya juga bingung kenapa Vivi sangat pendiam. Biasanya tuh cewek kan seribut babi yang nguik-nguik histeris begitu tahu mau dipenggal.

"Vivi, ada apa?" tanya nyokap gue dengan mulut penuh makanan. "Kamu ada masalah? Kok tumben gak berisik sih?" tanya nyokap gue separuh mengeluh.

Vivi mengangkat kepalanya dari makanannya. "Hmm...aku nggak kenapa-napa tuh, Ma. Emangnya aku kelihatan aneh, ya?" tanyanya.

Iiiish, banget, tau!

"Iya. Kamu jadi pendiem banget. Biasanya kan kamu berisik banget," kata nyokap gue sambil meringis kecil. Vivi terus saja mengunyah, tidak merespons. Selama beberapa detik yang terdengar hanyalah suara Vivi mengunyah makanannya pelan-pelan. Nyokap gue terus-menerus menatap Vivi, mengharapkan jawabannya. Sepertinya Vivi juga menyadarinya, karena dia langsung menelan makanannya cepat-cepat dan membalas ucapan nyokap gue, "Udahlah, Ma, tenang saja. Aku nggak kenapa-napa kok. Sungguh!"

"Yah, semoga saja, ya," ujar Nyokap sambil tersenyum prihatin. "Sudahlah. Lanjutkan makan malammu!"

Vivi mengangguk sambil menyendokkan nasi dan lauk pauk ke mulutnya. Kentara sekali dari caranya menggigit, ia seolah menggigit karton. Wah, pasti dia lagi galau nih. Tiba-tiba setitik air mata mengalir dari mata Vivi. Wih. Dia makan apa sampai-sampai air matanya mengalir deras?

"Vivi, kamu kok nangis?" tanya Nyokap heran.

"Eh...apa? Nggak, aku nggak kenapa-napa kok Ma! Ini cuma gara-gara bawang merahnya terlalu pedes!" seru Vivi ngaco. Nyokap gue mengangkat alis.

"Mama nggak masukin bawang merah di bahan makan malam kita," katanya heran. "Vivi! Kamu pasti ada masalah! Nanti kamu cerita ke Mama ya! Kamu harus ceritain semu....!" kata-kata nyokap langsung terputus begitu melihat raut wajah Vivi.

Mendadak, sebuah kernyit muncul di muka Vivi. Wajah Vivi seperti menghijau, lalu cewek itu berteriak dengan panik dengan mulut penuh makanan, "Tolong! Aku kepengen muntah nih!"

Nyokap gue segera bangkit dengan panik. Hell, yeah, dia pasti panik ruang makannya yang glamor ini tercemar oleh muntahan si Vivi. "Cepat ke kamar mandi, Vivi!" teriak nyokap cepat sambil mendorong Vivi. Beliau sempat menoleh ke arah kami sebelum beliau keluar. "Nojiko dan Scarlet, cepet habisin makanan kalian ya! Jangan bengong-bengong nggak jelas begitu disini!"

Nyokap gue mendorong-dorong Vivi ke kamar mandi. Tak lama terdengar suara cewek muntah. Gue ngakak mendengarnya. Habisnya, lucu banget. Harusnya gue rekam dan kirim ke si Culun Alvaro.

Saat gue masih tertawa terpingkal-pingkal, tiba-tiba Nojiko membekap mulut gue hingga gue tersedak. Gelak gue langsung berhenti, berganti menjadi jengkel. "Apa-apaan sih lo, Ji?! Lepasin bekapan lo! Bau tangan lo kayak jeroan, tau!" seru gue dengan suara tertahan.

The Curse ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang