25 - Felicity

6 4 0
                                    

Tiga minggu kemudian.

"Wih, Felicity laptopan!"

Gue melotot jengkel pada Alberto yang lagi menatap gue sambil cengar-cengir. "Lagi apa?" tanya cowok itu lagi. "Keknya sibuk banget."

Gue melirik MS Word di laptop gue dengan bosan. "Oh, ini," kata gue, "gue hanya lagi menulis kesimpulan kejadian tiga minggu yang lalu, kok."

"Oh, wow," kata Berto. "Boleh gue baca?" tanyanya.

Gue mengedikkan bahu. "Boleh," gue berdiri. "Silahkan."

Bertopun duduk di kursi, lalu membaca tulisan gue di MS Word dengan teliti.

Sudah tiga minggu berlalu sejak tragedi itu, dan kini kami betul-betul akrab. Ya, kami semua. Gue, Astrid, Alberto, Felicio dan Echa sekarang berteman sama Nojiko, Scarlet, Alvaro, Krystha, Jessie. Dan nggak ketinggalan, kakak kelas mereka yang diluar dugaan sebenarnya kocak banget dan seru, Orlando. Dan nggak ketinggalan juga, Dave.

            Gue betul-betul kaget dengan fakta yang diceritakan Nojiko pada gue setelah akhirnya semuanya 'beres'. Ternyata, setelah Nojiko dan Scarlet bertanya pada nyokap mereka tentang sehubungan dengan cerita Suster Mary, nyokap mereka mengaku dulu dia memang hamil Stefani di luar nikah. Dan gue sempat juga bertanya apa hubungannya Pak Hatta dengan semua ini. Nojiko terdiam, lalu dia menceritakan satu cerita. Ini hasil copy-paste cerita dia di chatroom gue sama dia di LINE dulu.

            "Alasan Pak Hatta melakukan ini adalah---ternyata dia dulu sebetulnya kenal nyokap gue. Mereka tinggal di satu kampung yang sama. Sejak kecil, Pak Hatta sudah jatuh cinta dengan nyokap gue. Tapi nyokap gue sebetulnya sama sekali tidak mengenalnya---boro-boro mencintainya. Lalu nyokap gue bertemu bokap gue dan keduanya berpacaran gila-gilaan selama berbulan-bulan. Dan tiba-tiba nyokap gue udah hamil aja. Yap, hamil Stefani, tentu saja. Akhirnya bokap gue meminang nyokap gue dan menyelenggarakan pernikahan. Tentu saja Pak Hatta kesal sekali dan ia cemburu dengan bokap kami. Akhirnya, setelah bertahun-tahun lewat, ia memutuskan membunuh seluruh keluarga wanita yang pernah sangat dicintainya---yakni nyokap gue.

            "Gue nggak percaya nyokap gue dicintai oleh orang sakit jiwa sepertinya. Dan akhirnya, setelah tujuh bulan setelah menikah, lahirlah Stefani. Tapi cewek itu diculik oleh seseorang dan dibuang begitu saja. Pak Leon, ayah tiri Stefani, menemukan cewek itu dan berusaha merawatnya.

            "Lalu ternyata Pak Leon meninggal setahun yang lalu dan mewariskan uang dengan jumlah luar biasa besar pada Stefani. Stefani melacak keberadaan keluarga Suwanda dan mencari kami. Dan dalam perjalanannya ia bertemu Pak Hatta dan Suster Mary yang gila.

            "Dan gue juga kaget, ternyata Hellena bukan adik kembar Vivi, Nojiko ataupun Scarlet. Mereka bertiga memang anak kembar---yap, Kembar Tiga---tapi sebetulnya Hellena adalah adik mereka. Bukan adik kembar. Yep, seperti mereka dengan Emily begitu deh."

Pak Hatta, Stefani, dan Suster Mary sudah ditangkap. Kroco-kroco rendahan mereka yang lain juga sudah ditangkap, tapi hukuman kroco-kroco itu cukup ringan karena keinginan mereka cuma satu : uang. Guru-guru yang setuju dengan rencana Pak Hatta hanya diberi peringatan keras dan disuruh mengembalikan duit mereka. Ya, tentu saja itu adalah duit yang sudah diberikan Pak Hatta hanya untuk memeras mereka agar mereka mau melaksanakan rencana jahatnya.Ya, Pak Hatta memang otak dari semua ini.

Kroco-kroco rendahan Pak Hatta ternyata bahkan beberapa murid yang sekelas dengan si Kembar Tiga. Ya, ternyata merekalah yang menulis sajak-sajak dan surat-surat brengsek yang ditujukan ke Vivi, Nojiko, Scarlet, Alvaro, Dave, Orlando, Jessie, Krystha, dan Ibu Angela, penjaga perpustakaan.

Dan, kabar baik buat lo semua :

Hellena membaik.

Berto tersenyum ketika selesai membaca tulisan gue. "Jadi, endingnya kita hepi nih?"

Gue tersentak. "Ki-kita?" gue kaget.

"Ya kita semualah, masa kita berdua?" Berto mengangkat alis.

"Ehm...I guess," gue mengangguk.

"Lo tau," kata Berto sambil menepuk-nepuk bahu gue, "kita harus selalu siap siaga. Walaupun tiga bangsat itu udah ditangkep, bukan artinya mereka gak berdaya selamanya."

Gue mengangguk. "Gue punya firasat mereka akan kembali suatu saat, untuk balas dendam."

"Gue juga mikir gitu," Berto mengangguk. "Mulai sekarang, kita semua harus siaga. Oke?"

"Oke."

Gue tersenyum, lalu menatap matahari yang mulai terbenam. Kami memang menang sekarang, tapi siapa yang bisa menebak apa yang akan terjadi di masa depan? Apa kami akan tetap  bernafas seperti sekarang, atau kami malah sudah terbang di alam lain?

Jawabannya : nggak ada tahu.

The Curse ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang