23 - Dave

7 4 0
                                    

Gue terbangun dan mendapati diri gue udah di tempat tidur di sebuah ruangan VIP yang mewah. Gue mencibir. Wew, siapa yang menaruh gue disini? Wah, pasti orang tua gue deh.

Gue melihat bahu gue sudah diobati dan ditutup perban. Wah. Apa yang terjadi dengan bahu gue, ya? Gue ingat ketika benda kecil itu menghampiri bahu gue dan detik berikutnya, gue malah langsung terkapar di lantai.

Gimana nasib Nojiko dan Krystha ya?

Nojiko......

Aduh. Gila. Kemana ya cewek itu? Kok dia nggak besuk gue?

Mmm...buat yang belum tahu, sebenernya gue nggak suka sama Vivi. Gue sukanya sama Nojiko. Ya, kalau Nojiko ceritain kejadian-kejadian gue sama dia dengan baik, elo pasti bisa menganalisis kalau dia suka sama gue. Tapi kalau nggak, ya udah. Pokoknya sekarang gue kasih tahu aja ya : gue sukanya sama Nojiko! Titik!

"Ternyata lo udah sadar, ya."

Gue menoleh. Gue mendapati ada wajah saingan gue dalam memperebutkan Nojiko. Nggak pelak, cowok itu adalah kakak kelas gue yang bernama Orlando. Gue mendengus. "Eh, elo. Ngapain lo?"

"Besuk elo," kata Orlando.

"Wih," kata gue sinis. "Baik bener ya lo!"

"Jangan begitu. Gue besuk elo karena perhatian. Elo kan pacar Nojiko, dan gue sayang sama Nojiko. Ya, apapun yang berhubungan sama Nojiko, ya gue kasih perhatian lebihlah!" seru Orlando sambil cengar-cengir.

"Oh gitu. Makasih, ya," kata gue tanpa bisa menyembunyikan senyum karena dibilang pacar Nojiko.

"Hmm, tapi lo nggak pacaran sama Nojiko kan?" Orlando tersenyum menyelidik. Gue terperangah. Hah, dari mana cowok itu tahu?

"Kok lo tahu?" tanya gue heran.

"Ah, lo gimana sih?" dengus Orlando. "Gue tahu Nojiko minta elo agar gue tersingkir dari kehidupannya. Kalau kalian pacaran beneran, harusnya kalian pamer kemesraan kalian kayak Alvaro dan Vivi, dong. Tapi ini nggak, tuh!"

Ternyata Orlando pandai juga. Meski dia anak IPS, ternyata kemampuan observasinya nggak kalah sama anak-anak IPA.

"Dan lo tahu nggak," Orlando menatap gue sambil tersenyum misterius, "Nojiko itu naksirnya sama elo, tahu."

Gue berjengit. Apa dia bilang? Nojiko? Naksir? Sama gue?

Pasti cowok ini hanya bercanda.

"Nggak mungkin," kata gue. "Mana mungkin dia naksir gue, Lan? Dia pasti ogah naksir gue, karena gue selalu bilang gue naksirnya sama Vivi. Kalaupun dia naksir gue, pasti dia langsung ilfil begitu tahu gue naksirnya sama Vivi. Padahal sih gue nggak suka sama Vivi, tapi nggak sukanya sama dia!" seru gue lantang.

"Dia naksir elo!" tukas Orlando ngotot. "Lo buta atau gimana sih? Lo nggak lihat dia ngelirik elo terus? Lo nggak nyadar cara menatapnya dia ke elo beda? Lo nggak nyadar cara ngomongnya ke elo beda? Lo nggak nyadar dia selalu berkorban buat lo?! Lo tuh cowok atau gimana sih?! Sama cewek aja kok nggak ngerti!" tukasnya lagi.

Apa? Apa yang Orlando bilang bener?

"Dave. Gue hanya pengen Nojiko senang. Plis, kalo dia besuk elo, elo akuin perasaan lo sesegera mungkin. Jadi pacar yang baik buat dia. Dia pasti udah frustasi dengan musibah dan rahasia-rahasia kotor di keluarganya. Buat dia seneng gara-gara elo. Gue nggak tahan ngeliat dia sedih gitu." Lanjut cowok itu lagi.

The Curse ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang