Gue gak tahu sama sekali berapa lama kami ada di kamar Mama. Mama juga tidur lelap. Tapi seenggaknya, kami gak dirongrong Hellena dengan kemampuannya yang mengerikan yaitu sixth sense, atau indigo.
Ih, indigo itu bukannya warna? Ada yang bilang dulu sama gue indigo itu warna biru tua. Tapi apa bener? Ah, meneketehelah. Yang pasti nama kemampuan Hellena ya itu. Tapi gue punya firasat tadi Hellena sempet masuk ke kamar. Yap, di lantai dekat tempat tidur ada remah-remah cookie hancur dan beberapa chocochips jatuh. Cookie-cookie dari mana itu selain dari si Hellena Gila?
Gue melirik jam di kamar Mama. Sudah pukul sepuluh malam. Ups, gue yakin pasti si Vivi mengumpat-umpat kalau sudah melihat jam dinding itu. Pasti Alvaro sudah meneleponnya untuk kedua kalinya. Sejak Hellena gak normal, 'kan, si Alvaro janji nelfon pacarnya itu paling nggak tiga kali semalam. Sumpah, cowok itu beli pulsanya berapa sih?
Alvaro gak mau menghubungi Vivi lewat LINE ataupun BBM. Katanya Alvaro sih pas gue tanya, "Males ah, Scar. Siapa tau yang bales bukan Vivi beneran. Bisa aja kan emaknya, ato lo, ato Nojiko, kalo Langsung denger suaranya 'kan enak."
Huh ini cowok parno banget sih? Disuruh Line Free Call juga gak mau. Ini cowok sebenernya kudet tapi gak mau ketahuan kudet atau gimana sih? Dasar cowok culun yang mimpinya ciuman mulu sama Vivi tiap malem (gak tau bener atau nggak, hehehe)! Tapi kalo di real lifesih, tentu saja mereka gak pernah ciuman beneran. Alvaro sama Vivi 'kan sebenarnya religius banget. Mereka berdua punya patokan 'no sex before marriage'. Asik deh. Lagi-lagi mereka sehati dalam soal ini. Hal apa sih yang gak sehati dalam diri mereka?
Gue bangun dan gue pergi keluar kamar. Diluar gelap gulita, tidak ada siapa-siapa. Ih, laper juga. Gue berjingkat-jingkat ke dapur, ketika tiba-tiba gue menginjak sesuatu yang keras.
KRUTAK!
Gue terkesiap. Apaan tuh? Gue mengangkat kaki. Hati gue berdentam. Cookie itu!
Tiba-tiba gue sadar gue gak sendirian. Gue menengok ke belakang. Seketika gue lega. Untung, cuma Nojiko!
"Oji? Ngapain lo disini?" tanya gue dengan bibir bergetar
"Nyari cemilan, hehehe..." kata Nojiko ketawa. Kemudian Nojiko menghentikan tawanya. Ia pasti baru inget hawa permusuhan antara gue dengan dia. Meski Vivi jelas sudah memaafkan gue (meski ia tidak mengucapkannya dengan kata—kata), gue gak tau apa Nojiko segampang itu memaafkan orang. Gue hanya tersenyum. "Ada cemilannya disini," kata gue.
"Gak usah makan cemilan! Ada cookie! Ada cookie!" tiba-tiba Hellena muncul sambil teriak-teriak sambil ketawa serem. Nojiko mendesah. "Cewek ini dari tadi merongrong minta gue makan cookienya. Tapi itu bisa aja santapan setan Neraka! Ya, nggak heranlah! Orang yang bikin juga setan!"
Betul juga. Kayaknya kalo makan cookie itu, bahaya banget.
"Cookie rasa apa itu, Len?" tanya gue, respek. "Kelapa?"
"Kepala-kelapa." Hellena menyeringai kekanak-kanakan. "Kepala-kelapa. Kelapa-kepala. Kepala-kelapa!"
"Hmm...kelapa? Ah, itu kan nggak enak, Hellena," kata gue sambil mencoba bernafas kencang-kencang, mengetes suhu. Yap, gue takut gue mengalami hal yang sama dengan Vivi, bisa melihat nafas sendiri. Tapi tidak terjadi apa-apa.
"Ini Cookie Laura! Cookie Laura!" seru Hellena lagi dengan nada kekanak-kanakan.
"Laura?" tanya Nojiko heran.
"Hellena bilang itu nama setan cewek yang cinta bikin cookie. Dasar Hellena kepo dan suka masak, dia ikutan bikin. Laura nitipin cookie-cookienya buat kita makan lewat Hellena," tukas gue sambil memutar bola mata. "Si Vivi kasian banget. Tadi Hellena bilang Laura ada di sebelahnya. Karena dari sononya dia takut sama setan, cewek itu langsung lari tunggang langgang ke kamar gue," kata gue nyengir.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Curse ✔️
Mystery / Thriller[COMPLETED IN 19/7/2015] [Rating : 13+, thriller, blood] Kebencian adalah sumber awal dari kematian. Itulah yang Astrid ketahui setelah ia membenci empat gadis di kompleks perumahannya : Vivi, Nojiko, Scarlet dan Hellena. Kebenciannya pada empat gad...