7 - Scarlet

92 17 13
                                    

"HELLENA....!!!!" gue berteriak.

Adek gue kenapa sih? Dia kerasukan apa?

Mandy menyalakan lampu ruangan, sehingga lampu ruang OSIS seketika menjadi terang benderang. Kami melongo. Kami baru menyadari ternyata mata Hellena terpejam. Ya ampun dia mau ngapain sih?

Dan, oh my God, untuk apa dia mengangkat pisau besar itu tinggi-tinggi?!

Dia nggak kepikiran bunuh Chuck, 'kan?

Gue melihat Chuck berusaha melindungi kepalanya dengan tangannya yang kuat. Hellena menggeleng muram. "Terlambat," katanya. "Detik ini juga lo harus mati."

Ruang OSIS bener-bener gaduh, mereka benar-benar takut Chuck dibunuh. Mereka mulai menyerang Hellena, sambil berusaha merebut pisau maut itu. Tapi Hellena dengan tangkas menendang semua tangan dan kaki yang menghampirinya. Tampaknya, Chuck emang harus mati agar bisa memuaskan hawa nafsu Hellena.

Oh, nggak, nggak, nggak, gue gak boleh mikir kayak gitu.

Gue melihat mata Chuck mulai berkaca-kaca. Cowok itu terlihat kalut banget dan takut banget. Chuck mulai memohon-mohon, tapi Hellena hanya menggeleng-geleng tanpa kompromi. Dan yang bikin mata gue, Nojiko dan Vivi dan semua orang disini melotot...

Ya Tuhan! Ya Tuhan! Ya Tuhan!

Cewek itu menghunuskan pisau daging yang sangat besar itu ke arah kepala Chuck yang melongo saking syoknya.

Gue menjerit kaget, lalu gue Langsung lari secepat kilat ke arah Hellena dan sebelum ia bereaksi, gue mendorongnya jauh-jauh dari Chuck kuat-kuat. Gue melihat Nikolas, cowok yang tadi mengambilkan mikrofon untuk Chuck, sempat mendorong Chuck kuat-kuat agar terhindar dari Hellena. Tapi sial bagi cowok itu, pisau itu dengan mudah merobek seragam Nikolas dan akhirnya kulit Nikolas sendiri. Nikolas mengaduh kesakitan.

Rasanya kini seluruh dunia sedang menjerit kaget. Ruangan ini benar-benar bising. Gue bisa melihat Chuck berterima kasih pada Nikolas. Cowok itu menghela nafas lega dan kabur menjauh. Tapi kejadian ini nggak berhenti disitu saja. Nafas gue tersengal-sengal. Gue menoleh ke arah Vivi dan berteriak, "Vivi! Ambil pisaunya! Nojiko, tahan Hellena, ya!"

Diiringi dengan seluruh pandangan orang-orang, maka kami, Kembar Empat, eh salah deh Kembar Tiga, bereaksi. Hellena menggeram marah. Masih dengan mata yang terpejam, cewek itu menendang kami. Nojiko meringis kesakitan karena punggungnya dicakar oleh kuku-kuku tajam milik Hellena, hingga titik-titik darah mulai nampak di seragamnya.

Semua kini berusaha menolong kami.

Akhirnya salah seorang anak yang bukan OSIS dari luar menerobos masuk, dan menginjak wajah Hellena kuat-kuat dengan sepatunya. Hellena menjerit keras. Cewek itu langusng ambruk ke lantai. Pingsan.

Meski kini ia sudah pingsan, gue tahu penyiksaan fisik ini bukan penyelesaiannya. Gue melihat Nojiko melotot marah.

"Eh, elo! Jangan sembarangan injek muka orang!" teriaknya.

"Harusnya lo berterima kasih sama gue! Anak SMP ini kesurupan, tau? Lo mau dia bunuh seseorang disini? Mendingan gue injek kepalanya 'kan?" seru cowok itu jutek sambil melotot ke arah Nojiko. Sementara itu gue hanya meringis mendengar omongan cowok baru itu. Huah, lagi-lagi Hellena dikira bukan anak SMA. Syukur Hellena dalam keadaan nggak sadar. Kalo dia sadar, dia pasti kesal banget.

Dan astaga...apa kata cowok itu? Adik gue kesurupan? Kesurupan gimana?!

Gak mungkin!

The Curse ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang