DUA PULUH SEMBILAN

10.6K 1.1K 31
                                    


Jangan lupa Vomen

Suasana perkemahan kerajaan tampak hening, acara berburu di batalkan karena semua kini berfokus mencari sang ratu yang hilang dan belum menemukan titik terang, selain helaian gaun serta beberapa jepit rambut yang tersangkut tidak ada tanda tanda keberadaan sang ratu di sungai Aru, bahkan para prajurit juga sudah mencari sampai kebawah air terjun, tapi tetap saja ratu tidak ada di temukan.

Ragon dan para pasukan Asseudhal juga sudah menyusuri hulu sungai, ia bahkan ikut menyelam kedalam air berharap bisa menemukan sang ratu. Pria itu tampak lesu dan tak memiliki selera hidup, dibanding dengan Althar yang terlihat masih tenang meski matanya menyiratkan kekhawatiran.

Ia juga sudah memerintahkan sebagian rombongan untuk kembali ke kota, tak terkecuali dengan Tealha, wanita itu Althar hukum agar mengurung diri di aula makam leluhur kerajaan selama 1 bulan.
Karna bagaimana pun Tealha turut bersalah karena sudah lalai dalam menjaga ratu.

" apa sudah ada laporan dari para prajurit?? " tanya Althar saat panglima masuk kedalam tenda.

" kami sudah menyusuri semua hulu sungai Aru yang mulia, tapi tidak jejak sang ratu di sana, hamba khawatir yang mulia ratu sudah hanyut terlalu jauh, karena kita terlambat menuruni tebing air terjun " terang sang panglima dengan wajah muram.

" aku mengerti panglima, tapi kita harus menemukan ratu dalam keadaan hidup atau pun mati, aku tidak bisa kembali ke istana tanpanya! Terlebih ini sudah hampir memasuki 4 hari kabar hilangnya ratu juga sudah sampai ke kota dan aku khwatir klan Zion akan sulit menerima " ujar Althar dengan nada cemas.

" hamba mengerti yang mulia, dan kami akan terus berusaha sekuat tenaga" ucap panglima sebelum meninggalkan tenda raja.

" dimana kau Tamara ?? Apa kau benar benar se kecewa itu padaku!? Semua ini memang salahku!! Aku pun tidak tahu mengapa aku selalu saja di penuhi dengan kebencian saat melihat dirimu!? Aku bahkan tidak bisa menahan diri untuk tidak memarahimu meski aku tahu kau tidak bersalah. Aku sangat ingin memperbaiki hubungan kita, tapi mengapa semua niat ini terus saja hancur tanpa alasan?? Sekarang kau benar benar menghilang tanpa memberiku satu pesan pun" batin Althar kesal pada dirinya sendiri yang tidak pernah bisa mengontrol dirinya.

" yang mulia sebaiknya kita berdoa agar Tuhan mengembalikan ratu pada kita" ucap Harez menenangkan.

" aku tidak tahu lagi harus bagaimana Harez, aku bahkan tidak memiliki alasan untuk menghadapi klan Zion dan rakyatku "

" kita masih akan terus mencari yang mulia ratu " balas Harez meyakinkan.

🍂🍂🍂🍂

LEMBAH WUJI

Semilir Angin pagi terus berhembus menyapa wajah Nadine yang tengah tertidur lelap di sebuah rumah bernuansa kayu.

Mata dengan bulu mata lentik nanti lebat milik Tamara kini mulai terbuka setelah beberapa hari ia terpejam.

" dimana aku?? " batin Nadine saat ia mulai membuka mata sepenuhnya.
Nadine mengitari pandangannya keseluruh ruangan, namun ia tidak menemukan siapa pun.

Mata Nadine membulat saat ia teringat kejadian terakhir yang ia ingat, ya Nadine ingat bahwa saat itu Tealha menjatuhkan dirinya kedalam sungai dan karena kelelahan berenang melawan arus dan akhirnya pingsan karena kelelahan.

Entah apa yang terjadi padanya, dan jujur saja pada awalnya Nadine berfikir bahwa saat itu dirinya pasti akan lenyap atau mungkin kembali ke dunia dimana ia tinggal. Tapi sepertinya semua pemikiran nya tidak ada yang terjadi karena ia masih bisa merasakan suasana Arth di rumah ini.

Nadine kini kembali mengingat dimana dirinya hidup di dalam istana yang penuh dengan kebencian dan masalah, belum lagi pertengkaran nya dengan Althar yang tak pernah berujung. Ia juga tidak tahu mengapa pria itu selalu saja marah dan marah saat mereka bicara. Setelah berfikir Nadine akhirnya memutuskan untuk melupakan jika dirinya adalah Tamara atau pun ratu Arth, bahkan jika memang tempat ini masih bagian dari Arth ia berharap dirinya bisa hidup dengan normal tanpa adanya gelar.

" anda sudah sadar?? " ucap seseorang saat ia membuka pintu kayu di ujung ruangan.

" tunggu sebentar aku akan memanggil dijun " imbuhnya seraya kembali keluar.

Nadine mengulum senyum hambar saat ia melihat gaya pakaian mereka yang sama dengan orang orang di kota Asha, Artinya ia memang belum kembali ke dunianya atau bahkan berpindah dimensi.

Tak lama kemudian wanita itu kembali dengan seorang pria berambut perak, ya pria itu memiliki rambut berwarna putih seperti kakek kakek. Sebenarnya tidak juga, Nadine kini teringat bahwa Althar juga memiliki rambut perak. Tapi apa warna rambut seperti mereka adalah hal umum??

" apa kau baik baik saja?? " tanya wanita itu seraya mendekat ketepi ranjang.

Sementara pria berambut perak itu menuang ramuan yang sudah matang kemudian memberikan nya pada sang wanita agar diminum oleh Nadine.

" ah ini adalah ramuan herbal uang bisa mengembalikan tenaga dalam, kau sudah beberapa hari tak sadarkan diri pasti sangat lemah " ujar wanita itu seraya meniup cairan di dalam sendok giok.

Tanpa berkomentar Nadine pun menghabiskan semua ramuan yang dibuat oleh si pria berambut perak, Nadine yakin mereka adalah orang baik yang sudah menyelamatkan nya.

" syukurlah kau sudah sadar, kami sangat khwatir saat melihat mu terapung di sungai Aru " celoteh nya

" dimana ini? " tanya Nadine hati hati.

" haa, ini -- am maksud ku saat ini kau berada di lembah Wuji, lembah wuji terletak di ujung kota Edyth "

Nadine mulai mengernyit saat mengingat nama kota Edyth, Nadine teringat penjelasan Edghar tentang nama kota kota yang merupakan bagian dari kerajaan salah satunya adalah kota Edyth, kota ini cukup jauh dari Asha dan merupakan kota maju kedua setelah Asha, namun entah mengapa Nadine bisa sampai di lembah ini hanya dengan mengarungi sebuah sungai.

" bagaimana aku bisa berada disini--"

" Dijun yang menyelamatkanmu, kau tahu nona, tidak pernah ada yang bisa kembali hidup hidup jika sudah jatuh dari air terjun sungai Aru dan kau termasuk beruntung mungkin juga satu satunya " terang nya lagi seraya menatap ke arah pria berambut perak yang sibuk membuat ramuan obat.

" apa kau ingat siapa dirimu??? " tanya wanita itu lagi.

" ah namaku, namaku---" Nadine terdiam saat ia berfikir harus menyebutkan sebuah nama. Sedang Nadine tidak ingin menjalani kehidupan sebagai Tamara untuk yang kedua kalinya

" namaku Hasa, aku adalah murid Dijun sebenarnya masih banyak murid dijun di sini, namun kali ini aku yang bertugas menjagamu "

" Hasa jangan terus mengganggunya " sela Pria berambut perak dengan nada dingin namun lembut.

" Dijun---" erang nya sebal.

Nadine kembali menatap pria itu, entah mengapa Nadine merasa jauh lebih tenang saat melihatnya dari pada melihat para pria yang pernah ia lihat.

Wajahnya juga begitu teduh dan tampan meski tidak memiliki tulang rahang yang tegas, namun alisnya mengatakan bahwa pria ini adalah pria yang berwibawa tinggi.

" namaku Ananta " ucap Nadine sengaja mengenalkan diri sebagai Ananta karena Ananta adalah gadis yatim piatu yang sudah lama menjadi budak di keluarga Haraga.

°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°πππππ°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°



Queen Evil  Eternal Love END Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang