Apa Bagusnya? - I

18.6K 44 0
                                    

"Jadi, mau kamu apa? Gimana?" Nisa menantang Zia.

Dalam pertanyaan sederhana itu, tersirat bahwa Nisa menantangnya untuk berpisah. Pertengkaran mereka telah berlangsung cukup lama dan membuat keduanya mulai saling jengah. Tiga bulan terakhir hubungan pasangan itu dipenuhi rasa bosan dan curiga, rasa cinta keduanya perlahan mulai hilang dan memudar.

"Kalo kamu gimana?" Zia malah balik bertanya pada Nisa. Wajahnya datar, laki-laki berumur 25 tahun itu berhasil menyembunyikan amarahnya yang sebenarnya sudah meluap-luap.

"Lho? Kok malah balik nanya? Kalo kamu udah gak mau sama aku, ya bilang!" sentak Nisa. "Enggak usah pake basa basi lagi deh!"

"Nis, kamu baru pulang nonton. Yang nontonnya itu cuma berduaan sama cowok lain yang aku enggak kenal, yang kamu juga sebelumnya enggak bilang. Terus aku nanya, itu siapa? Kok kamu enggak bilang sama aku kalo kamu mau pergi jalan sama cowok? Dan, kamu malah marah, ngomong kesana kemari sampe banding-bandingin hubungan kita sama temen-temen kerja kamu." Zia berbicara dengan suara yang tenang, coba meredam situasi pertengkaran yang justru semakin lama semakin panas itu.

"Emang aku gak boleh nanya kamu? Emang kamu enggak bisa jawabnya pelan-pelan enggak pake marah? Apa wajar yang kamu lakuin tadi? Jalan sam-,"

"Ya makanya, terus kamu sekarang maunya gimana?"

"Kok malah maunya gimana sih? Kamu enngak jawab pertanyaan aku. Aku kan tadi nanya i-,"

"Udah deh Fer- aku capek, tau gak? Mending kamu pulang sekarang, aku mau istirahat." Nisa beranjak dari duduknya dan menuju ke pintu apartemen untuk membukanya.

"Nis." Zia coba untuk berdiskusi lagi. "Nisa-." Ia meraih tangan kekasihnya itu.

"Lepasin!" bentak Nisa pada Zia sambil menarik tangannya.

Zia melangkah perlahan ke pintu yang saat ini sudah Nisa buka untuk mempersilahkannya pergi. Ia berhenti di sebelah Nisa, "Jadi ... Kita sampai sini aja?"

"Enggak tau, terserah ...!" Nisa memalingkan mukanya.

Terlintas dalam benak Zia tubuh telanjang wanita yang sudah ditidurinya selama dua tahun terakhir itu. Kameja putih yang ketat seperti ingin lepas kancingnya -karena menahan payudara besar- itu yang membuatnya tiba-tiba teringat. Perbuatan cabul mereka -yang jumlahnya sudah ratusan kali itu, menjadi pemberat hatinya yang marah. Ia tidak ingin melepas Nisa begitu saja, sudah terlalu banyak kenangan indah yang mengisi hubungan mereka.

"Aku minta maaf Nis, kalo belum bisa jadi yang kamu mau ... Kalo udah nyakitin kamu ..."

"Udah deh, gak usah pake didramatisir."

Tangisan rasa sakit Nisa pecah seketika sesaat setelah pintu tertutup. Nisa tau ada yang salah dengan Zia sebelumnya, dan insting wanitanya berkata bahwa ada wanita lain yang mengalihkan perhatian laki-laki kesayangannya itu. Sifatnya yang egois justru memperburuk keadaan karena ia menjadi mulai membatasi diri, dan itu membuat Zia semakin lama semakin menjauh darinya.

Nisa adalah wanita yang populer sejak masih duduk di bangku SMA. Kecantikannya membuatnya menjadi langganan target para pria disekitarnya. Tidak satupun lelaki yang mendapatkan lebih dari sekedar ciumannya ataupun ijin untuk meraba, kecuali lelaki yang baru diusirnya dari apartemen barusan.

Pertemuan pertama mereka adalah di sebuah bioskop di kawasan Jakarta Selatan. Waktu itu Zia meminta maaf karena tidak sengaja menabrak Nisa saat tergesa-gesa berjalan di lorong untuk masuk ke studio. Dan argumen perdebatan terjadi diantara mereka, namun Zia yang dewasa dan sabar justru malah akhirnya membuat hati Nisa terpesona.

Hubungan mulai terjalin diantara mereka dengan Nisa yang Playing Hard to Get. Tidak butuh waktu lama ketika sikap sok jual mahalnya itu luluh dalam kesabaran Zia, hingga akhirnya selaput daranya dibiarkannya sobek demi laki-laki tampan yang dicintainya itu.

Situasi BirahiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang