Catatan Musim Dingin - I

1.6K 4 0
                                    

Zofia melewati koridor menuju ruangan pimpinan, suasananya tetap terasa mencekam meski telah dihiasi oleh ornamen-ornamen seni untuk memberi kesan berkelas. Ia tidak memperhatikan hiasan-hiasan tersebut, di dalam benaknya sibuk dengan persiapan untuk menghadapi salah satu manusia monster terkeji yang menjadi pimpinan kamp tersebut.

Penjaga yang mengantarnya memberikan Hitler Salute pada pimpinan, sebelum kemudian mempersilahkan Zofia untuk duduk.

"Fräulein Podolski," kata pria berambut pirang yang sedang duduk sambil menghisap cerutu mahal di hadapan Zofia.

"SS-Oberstrumführer," balas Zofia.

"Oh, tidak. Tolong jangan bersikap terlalu kaku, Fräulein. Anda bisa memanggilku Franz,"

"Maaf SS-Oberstrumführer, saya ti-"

"Atau panggil aku dengan Herr Fuchs."

Zofia diam sejenak, lalu tersenyum canggung. Wajahnya tidak dapat menyembunyikan rasa gugup yang dirasakannya. "Baik, Herr Fuchs." Zofia kemudian segera membuka buku catatannya -bersiap untuk segera memulai sesi konseling.

"Maaf, sebelum memulai ada baiknya jika kita menyamakan pandangan. Ada beberapa aturan dasar yang harus Anda ketahui, Fräulein." kata Franz pada Zofia.

"Oh... Dan apakah itu?"

"Yang pertama, tolong berusaha untuk senyaman mungkin selama kau ada di sini. Anggaplah rumah sendiri, meski Anda juga harus tetap mengingat siapa lawan bicaramu. Yang kedua, yakinlah jika aku akan memperlakukanmu selayaknya seorang psikolog yang ahli. Kewarganegaraan Anda tak merubah nilai Anda di mata ku,"

"Well, thank you. Aku menghargainya, walau ini bukanlah cara yang umum untuk memulai sebuah konseling," sindir Zofia.

Dan sesi konseling pun dimulai. Zofia memulainya dengan pertanyaan-pertanyaan dasar yang ringan seperti mengenai nama dan sebagainya. Franz pun menjawabnya dengan cukup tenang dan santai. Zofia berusaha untuk tidak terintimidasi dan tetap terlihat tenang.

"Lalu, bagaimana dengan masa kecil Anda? Apakah ha-"

"With all due respect, Fräulein. Saya tidak melihat ini semua dapat membantu saya atau berhubungan dengan masalah saya. Alangkah baiknya jika Anda bisa mempercepatnya, supaya ini bisa cepat selesai," potong Franz yang terlihat tidak sabar. "Tanyakan sesuatu yang lebih direct,"

"Seperti apa misalnya?" Zofia menghela nafas.

"Well, Anda tentu tau, kan? Kita di sini karena..."

"Karena Anda memiliki hasrat seksual yang tidak biasa. Ya, tentu saya tau. Tapi tujuan sesi ini lebih dari sekedar curhat. Pertanyaan yang saya ajukan, bagaimanapun terdengar sepele-nya, ditujukan semata-mata untuk menggali informasi lebih dalam mengenai permasalahan yang ada secara keseluruhan." Zofia menjelaskan dengan nada sedikit kesal.

"Tapi-"

"Tolong, Herr Fuchs. Biarkan saya melakukan pekerjaan saya."

Franz mematikan cerutunya, lalu ia menyandarkan punggungnya. "Ok. Please, go on..."

Tanya jawab kembali dilanjutkan, kali ini Franz berusaha untuk patuh. Sebagai pimpinan kamp, Franz terbiasa dengan parangainya yang keras, tegas dan tanpa basa-basi. Jadi, ini bukanlah hal yang mudah baginya.

Zofia memperhatikan raut muka Franz, ia menatapnya dengan tajam. Setelah serangkaian pertanyaan yang ringan, ia kembali bertanya, "Apa yang Anda lihat dari wanita? Bagaimana mereka merangsang Anda?"

"Huufth..." Franz kembali menyalakan cerutunya. "Segalanya. Bahkan lebih dari itu,"

"Apa maksud Anda dengan 'lebih dari itu'?"

Situasi BirahiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang