Teman Tapi... - II (Main)

4.5K 26 0
                                    

Aku duduk di depan pintu kamar kos Magi. Magi belum juga pulang, masih juga enggak ada kabar. Aku terlalu takut untuk balik ke kamarku, karena sekarang udah mulai gelap. Sebenernya aku punya kunci cadangan kamar Magi di kamarku, tapi ... sama aja bohong, kan? Karena aku takut sendirian. Nanti kalau aku masuk kamar, takutnya ... Pokoknya gitu deh.

Anto, dari kamar sebelah Magi, keluar dan ngajak ngobrol. Dia ngajak aku ke dalam kamarnya, 'daripada di luar' katanya. Tapi aku enggak mau, karena ... mukanya si Anto itu tipe-tipe mas-mas yang ngerasa dirinya ganteng gitu. Ih! Akhirnya si Anto capek sendiri nge-godain aku, terus balik ke kamarnya.

Tanpa terasa aku pun tertidur sambil bersandar di pintu kamar Magi.

"Heh, bangun. Ngapain lo tidur di sini?" Magi membangunkanku. Dia jongkok di depanku. "Emang lo segitu takutnya masuk kamar, sampe lebih milih tidur di luar kayak gini? Lo kan punya kunci kamar gue, Han,"

Aku cuma diam aja, cemberut. Lalu Magi membuka kamarnya, dan mengajakku masuk.

"Lagian lo darimana aja sih? Jam segini baru pulang," kataku dengan kesal.

"Abis ada urusan."

"Urusan apaan? Lo juga enggak kuliah tadi. Sinta nyariin lo tuh! Kasian tau anak orang lo bikin khawatir gitu,"

"Biarin aja udah."

Ada yang beda sama Magi, dia kelihatan lagi bad mood. "Udah makan belom?" tanyanya dengan nada tak acuh.

Aku diam aja. Lalu magi menyeduh mie instan dalam cup untukku, kemudian langsung masuk kamar mandi. Aku memperhatikan kalau dia enggak bawa tas, berarti dia habis kelayapan pastinya. Aku menghabiskan mie instan buatannya, lalu rebahan di kasur Magi. Memang untuk ukuran cowok, Magi itu orangnya rapi banget. Bahkan kelewat rapi, sampe kamarnya dia itu udah kayak kamar hotel yang bersih dan wangi.

Setelah selesai mandi, Magi menghampiriku. "Ayo,"

"Kemana?"

"Ya ke kamar lo, emang lo enggak mau mandi?" katanya dengan nada yang nyebelin.

Aku pun lalu beranjak dari kasur, lalu kami berdua menuju kamarku. Sesampainya di sana, Magi langsung tiduran di kasur Rina. Aku tau ada yang salah sama Magi, tapi aku enggak berani nanya karena dia kayaknya lagi bete berat.

Setelah mandi, aku langsung berbaring di kasurku. Magi tidur membelakangiku. Aku tau dia sebenernya belum tidur, karena dia agak ngorok kalo tidur.

"Lo dari mana sih tadi?" tanyaku. Magi enggak jawab. "Gi, Magi!"

Dia tetep diem aja, aku lalu menghampirinya. "Lo kenapa sih Gi?" Aku bertanya dengan suara pelan khas perempuan, dengan harapan dia mau meresponku.

"Enggak apa-apa."

"Tapi ... kok kayaknya lo bete gitu? Dari tadi tiap ngomong dikit-dikit doang ... biasanya enggak gitu." Aku mengeluarkan suara manja khas perempuan, supaya dia mau ngomong. "Gi ... cerita doong ... lo lagi kenapa, sih?"

"Orang gak kenapa-kenapa juga, apa yang mau diceritain?" Nada bicaranya masih dingin.

Aku lalu melompat kehadapannya, kemudian menatap wajahnya. "Cerita doong ..." rayuku dengan manja.

"Percuma, lo gak bakalan ngerti," katanya judes lalu kembali berbalik membelakangiku.

"Kok gitu, sih? Gi ... cerita dooong ..., soal apa, sih?" Aku menaruh wajahku di bahunya. "Cewek?" tanyaku lagi.

Magi tetap diem aja, dia menghela nafasnya.

"Bener ya soal cewek?"

"Kalo iya, terus kenapa?"

Situasi BirahiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang