Anya - II

1.6K 13 0
                                    

Semakin hari menjadi semakin nyaman. Aku tak menyangka agensi iklan & modelling yang kecil-kecilan ini ternyata memiliki nuansa kerja yang menyenangkan. Tidak butuh waktu lama bagiku untuk mengakrabkan diri dengan Mbak Yayank atasanku, hingga ke Pak Jo sang Office Boy yang baik hati. Semua pekerja inti di kantor ini sangat ramah dan seperti keluarga. Bisa dibilang hanya model-model yang sering bergonta-ganti sajalah yang tidak ku kenal.

Saking tenggelamnya dalam kesibukan baruku ini, hingga aku lupa untuk menyelesaikan laporan magangku. Rupanya tidak terasa sudah hampir tiga bulan aku magang disini, artinya sudah setengah jalan kewajiban magangku, namun belum satupun progress report yang aku laporkan pada dosen pembimbingku. Aku tiba-tiba jadi teringat soal ini karena Mika yang tiba-tiba meminta tolong padaku untuk membantunya mengisi kuesioner pendukung untuk data tambahan skripsinya. Ia memintaku untuk membolehkannya menyebar kuesioner itu di kantorku.

"Eh, Beb, makasih ya udah mau bantuin gue," kata Mika. Kami berbincang di tempat parkir kantorku sebelum mengajaknya masuk.

"Iya, pokoknya lo harus traktir gue makan dan nonton, ya? Gue gak mau tau! Gue aja belum setor laporan magang,"

"Iyaaa, bereees!!!"

Kami pun masuk ke dalam, dan Mika segera menyebarkan kuesionernya pada setiap orang yang ditemuinya. Untungnya para pegawai di kantor semuanya ramah dan tidak keberatan mengisi kuesioner Mika.

"Eh, ada apa nih?"

Sialnya, mas Eka baru saja datang, dan melihatku dan Mika yang sedang membagikan kuesioner.

"Anu Pak, saya-,"

"Halo Mas Ganteng, tolong bantu isi kuesioner aku yaaa." Mika memotong kata-kataku sambil memberi lembar kuesionernya pada Mas Eka dengan wajah yang sok imut.

"Hush! Apaan sih, lo? Ini Bos gue, tau gak!?" Aku berbisik padanya sambil menariknya untuk menjauh, sementara Mas Eka melihat-lihat kertas kuesioner itu.

"Hah!? Sumpah lo? Aduh, sorry ... gue gak tau, Beb. Tapi ... Bos lo ganteng, gila!"

Aku menatapnya dengan wajah yang nyinyir.

"Oke, Saya isi, ya?" kata Mas Eka pada kami seraya berjalan menuju ruangannya.

Aku dan Mika mengangguk malu meng-iya-kan.

"Beb, kok lo gak pernah cerita sih kalo bos lo se-ganteng itu?"

"Idih, apaan sih lo?"

"Yeee, pasti lo mau modusin sendiri, ya?"

"Ih, amit-amit! Emang gue cewek apaan sampe modusin cowok duluan? Emangnya kayak lo???"

Beberapa menit berselang, kuesioner yang telah diisi pun terkumpul, dan diberikan pada kami oleh Mbak Sri, resepsionis kantor. Aku dan Mika mengucapkan terimakasih karena telah merepotkan, lalu Mika pun segera pulang.

Aku kembali ke ruanganku sambil berfikir soal laporan magangku. Subjek apa kira-kira yang harus aku laporkan? Bagaimana caranya agar aku tidak harus malu soal jurusanku?

"Dasar cowok brengsek!" Tiba-tiba suara Mbak Yayank mengejutkanku. "Eh, sorry Nya,"

"Eh, gak apa-apa kok, Mbak," sahutku.

"Emang ya, semua cowok tuh sama aja. Janji manis di depan, habis sepah dibuang. Bangke!"

" ... " Aku pun bingung harus merespon apa.

Mbak Yayank lalu menghela nafas. "Pokoknya jangan sampe kayak Aku, Nya. Harus selektif milih laki-laki."

"Lho? Emangnya Mbak kenapa? Sorry kalo jadi nanya-nanya, hehehe," tanyaku.

Situasi BirahiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang